Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sesudah 'Pasukan Duri' Beraksi

Meski perjanjian damai sudah ditandatangani, serangan milisi sipil prointegrasi terus berlangsung. Di New York, usulan otonomi Indonesia ditolak. Kubu prointegrasi makin galak.

19 April 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GORESAN tinta perdamaian belum lagi kering. Tokoh-tokoh kelompok prointegrasi dan prokemerdekaan Timor Timur baru saja berpeluk-pelukan, Kamis pekan lalu. Mereka berjanji mengakhiri saling bunuh yang sudah memakan korban puluhan jiwa. Tapi, lain janji tokohnya, lain yang terjadi di lapangan. Di Maliana, sehari setelah perdamaian ditandatangani, bentrokan pecah dan dua korban tewas, sementara enam orang dilaporkan diculik. Sebelum kasus Maliana pecah, banyak yang menaruh harapan pada perjanjian damai 21 April itu. Bahkan Panglima TNI Jenderal Wiranto menyempatkan diri menjadi saksi perdamaian tersebut, bersama Uskup Dili Ximenes Belo, Uskup Baucau Basilio do Nascimento, serta Djoko Soegianto dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Dari pihak yang prokemerdekaan Timor Timur, hadir Leandro Isaac dari Conselho Nacional Resistencia de Timores (CNRT) dan Falintil, sedangkan yang prointegrasi diwakili Domingos Soares dan Joao Tavares. Inti kesepakatan damai itu: kedua pihak setuju dengan ide rekonsiliasi di antara masyarakat Tim-Tim untuk menciptakan tertib hukum. Sebelumnya, pertikaian berdarah terus terjadi, terutama setelah Presiden B.J. Habibie, pada Februari 1999 lalu, mengeluarkan dua opsi untuk Tim-Tim: menerima otonomi atau lepas dari wilayah negara kesatuan Indonesia. Habibie menyebut bahwa sebelum tahun 2000 tiba, nasib Tim-Tim sudah akan jelas. Mereka yang prointegrasi kelihatan cepat mengorganisasikan diri dalam berbagai kelompok?ada yang dibina oleh ABRI. Mereka berhadapan dengan sayap militer Fretilin, yakni Falintil dan juga CNRT. Jorjoran "adu panjang barisan" antara dua kelompok itu terlihat pada Sabtu, 17 April lalu. Hari itu, sekitar 1.500 orang pasukan milisi prointegrasi dari pelosok-pelosok Tim-Tim melakukan apel akbar di halaman kantor gubernur di Dili. Apel rakyat bersenjata tersebut, antara lain, dihadiri oleh Gubernur Tim-Tim Abilio Soares serta komandan-komandan "pasukan" prointegrasi, yakni Edmundo da Conceicao dari tim Alfa, Cancio Lopes dari tim Mahidi, Joanico da Costa dari tim Saka, dan Manuel Sousa dari tim Besi Merah Putih. Dalam apel ini pula diresmikan berdirinya "pasukan" Aitarak (alias Pasukan Duri) dengan komandan Eurico Guterres, yang juga adalah wakil dari Panglima Pembela Integrasi Pro-Otonomi pimpinan Joao da Silva Tavares. Di depan pejabat pemerintah daerah, Eurico membakar semangat anggotanya dengan orasi bernada permusuhan terhadap pihak prokemerdekaan. Bahkan Eurico menghujat mantan Gubernur Tim-Tim Mario Viegas Carascalao?kini anggota Dewan Pertimbangan Agung dan staf ahli Presiden Habibie?yang dianggap sepaham dengan kakak kandungnya, Manuel Carascalao, Ketua Umum Gerakan Rekonsiliasi dan Persatuan Rakyat Tim-Tim, yang prokemerdekaan. Dengan emosi yang dipompa penuh, peserta apel kemudian melakukan konvoi keliling Dili. Maka satu per satu korban berjatuhan. Pembantaian brutal terjadi di rumah Mario Carascalao. Rumah yang sejak Januari lalu dijadikan tempat penampungan pengungsi yang takut terhadap serangan milisi prointegrasi tersebut diserbu dan dihujani peluru. Menurut angka resmi dari Komandan Komando Resor Militer Wiradharma, Kolonel Tono Suratman, 12 jiwa tewas dalam serangan tersebut. Di antaranya Manuel Intan Carascalao, 21 tahun, anak Manuel Carascalao. Anak Mario yang lain, Joao Alves, 18 tahun, mengalami luka tembak dan tusukan benda tajam. Manuel beserta keluarganya yang lain meminta perlindungan ke Markas Kepolisian Daerah Tim-Tim. Penyerangan brutal itu berlanjut ke kantor harian Suara Timor Timur (STT). Kantor koran yang bermoto "Menyuarakan Kebenaran dan Keadilan" itu berantakan. Kaca-kaca hancur terkena tembakan, sementara belasan komputer yang ada remuk. Akibatnya, hari itu STT tidak bisa terbit. Aksi tersebut juga mengakibatkan Mario Carascalao mengungsi dari rumahnya di Jakarta ke Makao. Mario mengambil langkah itu setelah menerima ancaman pembunuhan. Aksi penyerangan terhadap kelompok prokemerdekaan ini tampaknya merupakan serangan pamungkas yang terencana. Dengan konsentrasi massa yang besar, kelompok Aitarak seakan mendapat restu pejabat setempat untuk menghantam simpul-simpul gerakan prokemerdekaan. Serangan yang membuat aktivis prokemerdekaan kocar-kacir ini kemudian ditutup dengan selembar janji perdamaian. Namun, goresan tinta perdamaian yang disaksikan Jenderal Wiranto tadi akhirnya belum menjamin terciptanya tertib hukum. Ironisnya, hanya dalam hitungan jam sesudah perjanjian damai disepakati, kelompok milisi Aitarak sudah melakukan penyerangan terhadap warga Metiaut, empat kilometer dari Dili. Penyerangan itu mengakibatkan lima pemuda setempat luka-luka. Dan keesokan harinya, Kamis, 22 April, Besi Merah Putih menyerang pemuda di Liquica, yang menyebabkan lima pemuda luka-luka. Sedangkan di Ambeno, wilayah enklave Tim-Tim di Nusa Tenggara Timur, delapan rumah dibakar oleh kelompok prointegrasi. Seorang pengamat melihat bahwa konflik tidak akan mereda selama masih ada orang sipil yang dipersenjatai pihak militer. Jadi, percuma mencanangkan kesepakatan damai jika senjata masih terus mengalir ke tangan sipil. Dengan kondisi kusut begini, penyelesaian Tim-Tim kelihatan belum menemukan titik terang. Apalagi, Jumat pekan lalu di New York, usulan otonomi untuk Tim-Tim yang diajukan Menteri Luar Negeri Ali Alatas ditolak wakil Portugal Jaime Gama. Urusan masih panjang. Dan kita tak tahu berapa korban lagi akan jatuh di sana. Rustam F. Mandayun dan Cyriakus Kiik (Dili)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus