Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Megawati Soekarnoputri diminta Presiden Joko Widodo bergabung di mobilnya begitu acara makan soto ayam bersama di kawasan Gading, Solo, selesai. Sabtu dua pekan lalu, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu memilih ikut ke kediaman pribadi Jokowi di kawasan Sumber, Solo. Padahal, sesuai dengan jadwal, Mega dan para petinggi partai koalisi penyokong pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla siang itu mesti terbang kembali ke Jakarta.
Mega mengajak putri bungsunya, Puan Maharani. Mereka berkumpul di ruang tengah rumah bergaya Solo. Iriana, istri Jokowi, menjamu dengan aneka rupa penganan. Jokowi bahkan sempat mengajak sang ibu, Sujiatmi Notomiharjo, yang tinggal berpunggung rumah, bergabung.
Menurut Jokowi, banyak hal diobrolkan selama kunjungan itu. Dari urusan lukisan, perburuan barang antik, hingga pernak-pernik kain batik. Termasuk topik dahsyat yang tak ada tandingannya: berburu kuliner Solo. Jokowi mengatakan Megawati cukup andal soal ini. "Beliau lebih hafal makanan Solo yang enak ketimbang saya."
Kepada Tempo, yang menemuinya di Istana Merdeka pada Jumat sore pekan lalu, Jokowi menyebutkan bahwa pertemuan satu jam itu dipenuhi gelak tawa. Semua obrolan mengalir cair. Karena itu, Jokowi heran jika tiba-tiba orang luar memandang hubungan dia dengan Megawati ada masalah besar. "Padahal kami happy-happy saja," ujarnya. Jokowi hanya tertawa ketika ditanya apakah pertemuan itu adalah cara untuk merapatkan hubungan setelah ketegangan "urusan Kepala Kepolisian RI" yang sudah terjadi dalam sebulan terakhir.
SANTER beredar kabar bahwa hubungan Megawati, ketua umum partai yang menyokong pencalonan Joko Widodo sebagai presiden, merenggang menyangkut soal rencana pembatalan pelantikan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kepala Polri. Lebih sukanya Jokowi dalam sepekan terakhir berkegiatan di Istana Bogor dituding sebagai buah dari ketegangan itu.
Seorang politikus PDIP mengatakan ketegangan itu tak lepas dari percakapan penuh emosional di Loji Gandrung, rumah dinas Wali Kota Solo. Ketika itu, menurut dia, Megawati sempat menyoal rencana Jokowi membatalkan penolakan Budi Gunawan.
Isu ketegangan kian kuat ketika Presiden Jokowi berkunjung ke kediaman pribadi Megawati di Teuku Umar, Jakarta Pusat, malam sebelum pengumuman pencalonan Komisaris Jenderal Badrodin Haiti. Dua kali berkunjung ke Teuku Umar, Presiden tak ditemui Megawati. Salah satu orang dekat Presiden menyebutkan kunjungan ke Teuku Umar karena Jokowi ingin pamit soal keputusannya tak melantik Budi Gunawan. "Beliau tetap datang meski tahu hatinya akan terluka tak ditemui," ucap politikus itu.
Toh, Jokowi tetap memutuskan tak melantik Budi Gunawan. Keputusan itu mengejutkan banyak pihak, terutama PDI Perjuangan, yang dari awal ngotot mendesak pelantikan. PDIP, kata politikus tadi, masih yakin keterangan pers yang digelar Jokowi di Istana hari itu adalah mengumumkan pelantikan Budi Gunawan, bukan sebaliknya mengumumkan calon pengganti. Wajar, menurut politikus PDIP, Trimedya Panjaitan, kemudian muncul usul dari partai bahwa mereka akan menggunakan hak interpelasi untuk menyoal keputusan Jokowi.
Menurut Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Achmad Basarah, Mega tak hanya kecewa terhadap keputusan Jokowi, tapi juga sempat terpukul oleh cara Presiden mengambil keputusan. "Dalam Undang-Undang Polri, tidak ada norma yang memberikan wewenang kepada presiden untuk tidak melantik calon yang disetujui DPR," ujarnya.
Salah seorang politikus PDIP menuturkan, meski Megawati menghargai hak prerogatif Jokowi sebagai presiden, butuh waktu bagi dia untuk mencerna. Mega memilih berlibur ke Bali sekaligus merapatkan barisan untuk menyiapkan kongres PDIP pada April mendatang.
Cara ini dilakukan karena Megawati juga ingin meredakan kader-kadernya di bawah. Bahkan Mega, menurut Basarah, telah meminta kader-kadernya di Dewan Perwakilan Rakyat, yang semula marah, tetap tegak lurus mendukung pemerintahan Jokowi. "Kami tetap diminta proporsional dan mengamankan Pak Jokowi sampai lima tahun," kata Basarah.
Mega, menurut orang terdekatnya, sesungguhnya sudah bisa menerima keputusan Jokowi. Namun ia meyakini hubungan dengan Jokowi belum bisa cair seperti sedia kala. "Ibu beberapa kali mengatakan ingin kembali seperti dulu, mengobrol tanpa beban dengan Pak Jokowi," ujar politikus itu menirukan Megawati.
Pelaksana tugas Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, tak menampik kabar bahwa hubungan antara Presiden Joko Widodo dan Megawati Soekarnoputri belum sepenuhnya mesra seperti sebelumnya. "Masih ada hal-hal psikologis setelah kejadian itu," kata Hasto kepada Tempo. Ia mengakui butuh waktu agar keduanya bisa cair kembali mengingat ada sejumlah pihak yang dianggap menghalangi komunikasi dengan Megawati.
Kelompok yang dituding para politikus PDIP adalah orang-orang sekitar Presiden, seperti Kepala Kantor Kepresidenan Luhut Panjaitan, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, juga Rini Soemarno, yang kini menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara. Sejumlah politikus PDIP, salah satunya Masinton Pasaribu, menyebutkan orang-orang sekitar Jokowi menghalangi Presiden berkomunikasi dengan Megawati.
Luhut Panjaitan menyangkal jika dituding berupaya menjegal komunikasi Jokowi-Megawati. Menurut dia, tak ada alasan baginya menghalangi komunikasi politik Presiden dengan ketua partai yang menyokongnya. Luhut berkilah adalah tugasnya menyokong kedekatan Jokowi dengan Megawati. "Saya tak punya kepentingan apa pun menghalangi komunikasi Presiden dengan Ibu Mega," ucapnya.
Namun agaknya Presiden Jokowi menimbang ketidaknyamanan kubu banteng terhadap figur Luhut dan Andi, khususnya dalam kisruh pencalonan Kepala Polri. Salah satu orang dekat Jokowi menuturkan, Presiden berusaha menghindari situasi tidak enak itu berlanjut. Dalam kasus Budi Gunawan, Jokowi sengaja melimpahkan tugas urusan Kepala Polri ke Menteri Sekretaris Negara Pratikno karena dianggap bebas kepentingan dan tidak "berkonflik" dengan partai penyokongnya, khususnya PDI Perjuangan.
BERAGAM cara sebenarnya dilakukan Joko Widodo untuk berkomunikasi lagi dengan pihak Teuku Umar. Menurut salah satu petinggi Istana, Jokowi kerap berkomunikasi dengan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, yang menjadi kurir ibunya. Jokowi pun berkomunikasi dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, yang juga dikenal sebagai karib Mega. "Dengan cara seperti ini, sangat tak mungkin jika akses Teuku Umar ke Presiden tertutup," kata politikus itu.
Politikus itu cemas ada sejumlah pihak yang menginginkan hubungan segitiga Jokowi; kalangan Istana yang menjadi bumper Presiden, seperti Luhut Panjaitan, Pratikno, dan Andi Widjajanto; serta Megawati tak kuat. Salah satu caranya adalah mengadu antara orang Istana sekitar Jokowi dan pihak Teuku Umar. "Padahal, jika ketiganya bersatu, akan menjadi bumper kuat yang menjaga kemenangan Jokowi, yang juga kemenangan PDIP selama lima tahun mendatang," ujarnya.
Boleh jadi karena itu Luhut Panjaitan mulai merapat dan mengklarifikasi bahwa ia tak punya masalah dengan pihak Teuku Umar. Satu hari pada Februari lalu, dia bahkan menggelar makan siang dengan Puan dan menjelaskan soal hubungannya dengan Megawati. Luhut tak menampik ketika dimintai konfirmasi soal pertemuannya dengan Puan. "Yang saya lakukan hanya ingin menjaga Presiden. Bagaimanapun, Presiden punya ikatan emosional dengan Ibu Mega dan PDIP," kata Luhut.
Jokowi mengaku belum bertemu dengan Megawati lagi setelah pengumuman pengganti Budi Gunawan. Menurut dia, pertemuan dengan Mega bukanlah perkara sulit karena yang jadi masalah hanya soal waktu. "Saya setiap saat dengan Ibu Mega, tapi tidak sering."
Ananda Teresia, Agustina Widiarsi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo