Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Setelah tikus dan penyu menyergap

Berbagai operasi anti judi berhasil menangkap ribuan penjudi. di jawa timur dinamai operasi tikus, di ja-bar operasi penyu, dan di ja-teng operasi balak candi. juga di batam ada anggota dpr yang terlibat.

7 Mei 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI benar-benar baru berita. Dalam bulan April ini, dari berbagai operasi yang dilakukan polisi, lebih dari 2.000 penjudi telah disergap. Polda Jawa Timur menduduki peringkat teratas dalam soal jumlah itu. Sampai Kamis pekan lalu, Operasi Tikus - nama sandi yang digunakan tim antijudi itu - yang digerakkan Polda bekerja sama dengan aparat bawahannya, telah menjerat 723 penjudi. "Inilah jumlah penjudi terbesar yang pernah ditangkap di sini," kata Kolonel Muharsipin, Kadit Serse Polda Jawa Timur. Tak kepalang tanggung, jumlah polisi yang dikerahkan untuk operasi itu lebih besar dari banyaknya penjudi yang tertangkap. Semua ada 979 personel. Polda Jawa Tengah memberi nama operasinya dengan Balak Candi, dan digerakkan sejak 28 Maret sampai 24 April yang lalu. Hasilnya, 521 bandar terjaring. Sebagian besar para tersangka judi di dua daerah tadi adalah pengedar buntut TSSB maupun KSOB. Yang lain judi domino, ceki, dan sabung ayam. Di Cianjur, Jawa Barat, Operasi Penyu yang diluncurkan Polda setempat, Rabu malam pekan lalu, berhasil menggulung 12 penjudi. Sebelumnya, di Ciamis, 20 April malam, 54 penjudi ditangkap. Secara keseluruhan, sejak Penyu merayap di Jawa Barat 10 Maret yang lalu, sudah terjaring 487 penjudi. Hasil paling kakap dari perang melawan judi tampaknya diperoleh di Jakarta itu terjadi dalam penggerebekan kasino di bangunan rumah makan Sari Wangi, di kawasan Pancoran, Jakarta Barat, yang dilakukan satuan reserse Mabes Polri, 23 April yang lalu. Lantai tiga bangunan itu - lantai satu rumah makan, lantai dua dijadikan amusement centre - sudah diubah menjadi arena kasino. Di situ digelarkan empat meja rolet bakarat, dan peralatan judi lainnya. Ketika sore itu polisi menggerebek, di sana ada 257 penjudi dan petugas rumah judi. Untuk mengangkut para tersangka ke Mabes Polri, terpaksa digunakan dua bis dua truk, dan lima mobil lain. Barang sitaan pun cukup lumayan: uang kontan dan cek bernilai ratusan juta rupiah. Koin yang digunakan tak tanggung-tanggung. Mulai bernilai nominal Rp 1.000 sampai Rp 1 juta. Rupanya, rumah judi ini menggarap langganan mulai kelas teri sampai kakap. Nilai semua koin ditaksir Rp 2 milyar lebih. Perang besar-besaran untuk menghajar perjudian ini digerakkan langsung oleh Mabes Polri. Satuan-satuan tugas yang dibentuk seperti Penyu di Jawa Barat, Tikus di Jawa Timur, dan Balak Candi di Jawa Tengah, bergerak melaksanakan instruksi yang diberikan Kapolri secara serempak ke seluruh jajarannya, 10 Maret yang lalu. Pengendalian operasi antijudi itu, seperti dikatakan Kapolda Jawa Barat Mayor Jenderal (Pol.) Sidarto, "terpusat di Mabes Polri di Jakarta." Salah satu penggerebekan yang paling seru mungkin yang terjadi pada dinihari 22 AFril yang lalu, tatkala satuan tugas dari Mabes Polri bergabung dengan unsur ABRI lainnya menggerebek perjudian besar-besaran di Hotel Hill Top, Pulau Batam, Riau. Dalam operasi yang konon juga memakai helikopter itu, polisi menahan 44 penjudi, termasuk pengurus hotel, berbagai peralatan kasino, dan uang sekitar Rp 160 juta. Belum semua daerah menghajar perjudian. Di provinsi Sum-Ut, yang disebut-sebut sebagai daerah yang rawan perjudian, hingga awal pekan ini belum terdengar ada operasi mengganyang Judi. Mengapa operasi besar-besaran ini baru dilakukan sekarang? Perjudian di lantai tiga rumah makan Sari Wangi, misalnya, sudah berlangsung cukup lama. Seperti dikatakan Kolonel (Pol.) Utoyo, Sekretaris Direktorat Reserse Mabes Polri, yang memimpin penggerebekan, "Kalau melihat karpet penutup lantai yang sudah sangat kotor, saya duga perjudian sudah berlangsung dua atau tiga bulan." Melihat jumlah yang terjaring di saat penggerebekan - lebih dari 200 orang tampaknya perjudian itU tak lagi berlangsung secara sembunyi-sembunyi. Apalagi penjudi yang tertangkap bukan cuma dari Jakarta. Ada yang dari Bandung dan Medan. Juga agak aneh, mengapa petugas Mabes yang turun tangan langsung ke Sari Wangi bukan dari Polda Metro? Keramaian yang sama, di Hotel Hill Top Batam, juga sudah berjalan sejak Maret yang lalu, bersamaan dengan peresmian dibukanya hotel itu. Majelis ulama setempat sudah sempat melayangkan protes keras ketika itu, tapi anehnya, para pejabat Batam yang dihubungi TEMPO, awal April, semua pada angkat bahu, seolah-olah tak tahu di kotanya sedang terjadi perjudian besar-besaran, yang mengundang penjudi dari Jakarta, malah Singapura (TEMPO, 16 April 1988). Kapolri Jenderal (Pol.) Mochamad Sanoesi memang menyebutkan, adanya oknumoknum yang seolah-olah membeking perjudian akan menyulitkan pemberantasan judi secara tuntas. Ia mengimbau semua pihak agar memberikan kepercayaan kepada Polri untuk menangani perjudian, dan jangan ada yang mengganggu pelaksanaan tugas itu. "Kami siap melaksanakan amanat Presiden untuk memberantas judi dari bumi Indonesia," katanya kepada wartawan Jumat pekan lalu. Tak dijelaskannya siapa oknum yang mengganggu tugas polisi itu. Tapi agaknya perjudian memang sulit berlangsung aman tanpa beking. "Hambatan itu antara lain karena deking-dekingan. Mereka dari bermacam unsur masyarakat, yaitu golongan yang ikut nebeng mencari makan," kata Brigjen. Koesparmono Irsan, Direktur Resers, Mabes Polri, kepada TEMPO. Menurut Kapolda Jawa Barat, sekarang kelihatan kualitas judi sudah meningkat. "Lihat saja, di Bandung jaipongan sudah dijudikan, dan di Jawa Tengah keroncong pun jadi judi," kata Mayor Jenderal Sidarto. Di Taman Wisata Satwa Taru Jurug, Solo, sejak 18 April memang berlangsung semacam permainan kim dengan lagu keroncong. Baru seminggu berjalan, "kuis keroncong" itu ditutup, setelah Pangdam IV Diponegoro Mayor Jenderal Setijana menegaskan, di daerahnya tak boleh berlangsung permainan judi dalam bentuk apa pun. Di Bali, tim gabungan polisi berhasil menyergap puluhan penjudi di seputar Denpasar, 16 April yang lalu. Dua di antara yang tertangkap tangan itu adalah anggota DPRD provinsi tersebut. Wah, wah. Amran Nasution, Riza Sofyat (Bandung), Herry Mohamad (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus