Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo memberikan tanggapannya terhadap wacana libur sekolah selama satu bulan penuh pada Ramadan. Ia turut mempertimbangkan tiga opsi libur Ramadan yang disebut Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Opsi pertama, ada yang mengusulkan libur diterapkan secara penuh selama satu bulan. Usulan ini dibarengi ide untuk mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang diselenggarakan di masyarakat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Opsi kedua, yakni menerapkan libur sebagaimana skema libur yang masih diterapkan hingga Ramadan terakhir pada tahun lalu. Ia menjelaskan, pada opsi kedua, hari libur diterapkan pada dua atau tiga hari hingga empat sampai lima hari di awal dan akhir Ramadan.
Sementara itu, opsi ketiga adalah meniadakan libur Ramadan sama sekali. Artinya, para pelajar hanya akan mendapat jatah libur sebagaimana libur akhir pekan yang diterapkan sekolah pada hari-hari biasanya.
Heru menilai opsi kedua yang disebutkan Mendikdasmen merupakan solusi terbaik, melihat mekanisme tersebut juga telah diterapkan selama ini. “Selama ini itu adalah jalan keluar yang terbaik,” ujarnya ketika dihubungi melalui sambungan telepon pada Rabu, 15 Januari 2025.
Heru menjelaskan tiga alasan yang mendasari pernyataannya tersebut. Alasan pertama, karena kebijakan tersebut menghormati adanya keberagaman beragama.
Alasan kedua, yakni menghormati capaian akademik yang menjadi target. Heru menyatakan, dalam hal ini, target capaian akademik berkaitan dengan kesuksesan murid di masa depan.
Menurut Heru, apabila wacana libur satu bulan penuh jadi diterapkan, maka perlu dilakukan perombakan ulang struktur kalender pendidikan. "Kalau strukturnya tetap dipaksakan sama dengan tahun-tahun sebelumnya, beban mengejar ketertinggalan tersebut pada akhirnya malah akan ditanggung oleh para murid," ujarnya.
Berdasarkan perhitungan kasarnya, jika libur Ramadan diberlakukan mulai 28 Februari hingga 30 Maret, kegiatan belajar mengajar baru akan mulai efektif pada 9 April 2025, yakni usai libur Idul Fitri atau Lebaran. Sedangkan, waktu tersebut, pada penerapan struktur kalender akademik di tahun-tahun sebelumnya merupakan periode ujian akhir semester dan ujian praktik.
“Kalau, anggap saja, baru masuk tanggal 9 April, apakah siswa terus langsung siap untuk melaksanakan ujian akhir semester?” kata Heru.
Alasan ketiga yang Heru ungkapkan bahwa tidak ada yang bisa menjamin semua siswa benar-benar menumbuhkan keterampilan beribadahnya ketika diberlakukan libur satu bulan penuh selama Ramadan. “Oleh karena itu, dengan libur di awal dan libur di akhir, itu adalah solusi selama ini agar siswa di dalam kegiatan selama di bulan Ramadan pun akan terpantau di sekolahan,” kata dia.
Adapun isu pemberlakuan libur selama satu bulan penuh pada saat Ramadan mulai menemukan titik terang. Abdul Mu’ti menyebut wacana tersebut sudah melalui pembahasan lintas kementerian dan telah menghasilkan kesepakatan.
"Sudah kami bahas tadi malam lintas kementerian, tetapi nanti pengumumannya tunggu sampai ada SE bersama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Agama, serta Kementerian Dalam Negeri. Tunggu sampai surat edarannya keluar, mudah-mudahan dalam waktu singkat," kata Mendikdasmen Abdul Mu'ti saat ditemui usai menghadiri Tanwir 1 Aisyiyah di Jakarta, Rabu, 15 Januari 2025, dikutip dari Antara.