Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Soal KB 4 Anak di Bali, BKKBN Akan Komunikasi dengan Wayan Koster

Hasto Wardoyo mengatakan BKKBN akan berkomunikasi dengan Gubernur Bali I Wayan Koster mengenai program KB dengan empat anak di Bali.

3 Juli 2019 | 16.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden Joko Widodo menyematkan tanda kehormatan Bintang Jasa Utama kepada Bupati Kulon Progo DIY Hasto Wardoyo dalam rangka memperingati HUT ke-71 RI di Istana Negara, Jakarta, 15 Agustus 2016. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional  atau BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan akan berkomunikasi dengan Gubernur Bali I Wayan Koster mengenai program Keluarga Berencana dengan empat anak bagi masyarakat Bali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saya akan segera komunikasikan dengan Bapak Gubernur. Saya akan diskusi dulu, mendengar dulu," kata Hasto kepada Tempo, Rabu, 3 Juli 2019.

Gubernur Bali I Wayan Koster sebelumnya mengampanyekan program Keluarga Berencana (KB) dengan empat anak bagi masyarakat Bali. Menurut tradisi Bali, anak pertama hingga keempat berturut-turut diberi nama Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut. Namun, menurut Gubernur, sekarang semakin sedikit warga Bali yang bernama Nyoman dan Ketut karena anjuran memiliki dua anak sesuai program KB.

Hasto mengaku belum menjadwalkan pertemuan dengan Koster. Pasalnya, BKKBN kini tengah fokus pada acara peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXVI di Kalimantan Selatan. Karena itu, ia pun belum mau menyampaikan lebih jauh tanggapannya atas rencana Koster.

Namun, Hasto menilai bahwa semua daerah membutuhkan program KB dan menjadi akseptor KB atau anggota masyarakat yang mengikuti gerakan KB dengan menggunakan alat kontrasepsi. Ia juga menjelaskan bahwa kependudukan merupakan sebuah struktur dalam pembangunan nasional yang harus dijaga proporsinya dari segi rentang usia.

BKKBN saat ini sedang mengupayakan penurunan angka kelahiran pada wanita subur atau fertility rate. Tujuannya ialah untuk menjaga bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada 2030. Bonus demografi adalah besarnya penduduk usia produktif antara 15-64 tahun.

Friski Riana

Friski Riana

Reporter Tempo.co

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus