Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Soal Tagar Kabur Aja Dulu, Mendiktisaintek: Itu Aspirasi Masyarakat

Kemendiktisaintek menanggapi ramainya tagar Kabur Aja Dulu sebagai aspirasi masyarakat yang perlu dievaluasi.

8 Maret 2025 | 14.09 WIB

Wamendiktisaintek Stella Christie dan Mendiktisaintek Brian Yuliarto dalam acara buka bersama forum wartawan pendidikan di kantor Kemendiktisaintek, pada Jumat 7 Maret 2025. Tempo/Rizki Yusrial
Perbesar
Wamendiktisaintek Stella Christie dan Mendiktisaintek Brian Yuliarto dalam acara buka bersama forum wartawan pendidikan di kantor Kemendiktisaintek, pada Jumat 7 Maret 2025. Tempo/Rizki Yusrial

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Brian Yuliarto mengatakan ramainya tagar Kabur Aja Dulu di media sosial merupakan aspirasi dari masyarakat yang menjadi evaluasi bagi pemerintah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Itu kan aspirasi atau suara yang berkembang di masyarakat, itu sebagai sesuatu yang kami perlu lihat sebagai apa yang ada yang harus dievaluasi," kata Brian di Kantor Kemendiktisaintek pada Jumat malam, 7 Maret 2025.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski begitu, ia menekankan bahwa secara fundamental, batas geografis kini semakin kabur, terutama dalam dunia kerja. Sebab, menurut Brian, ada juga beberapa masyarakat yang tinggal di Indonesia namun bekerja di perusahaan luar negeri.  

"Memang keperluannya kami tingkatkan nih dari sisi iklim, atmosfer kerja, dan sebagainya. Tapi kan setiap negara pasti punya kondisi yang berbeda-beda, budaya yang berbeda-beda," kata Brian.  

Ia juga yakin bahwa masyarakat Indonesia memiliki rasa nasionalisme yang kuat. Menurut Brian, siapa pun yang pergi ke luar negeri pasti akan merindukan berbagai hal dari Indonesia, seperti budaya, kuliner, dan lainnya.  "Saya sih yakin kalau orang Indonesia pasti kangen lah kerja di Indonesia, minum-minumnya, gorengan tuh susah dicari di luar negeri," kata dia.  

Sementara itu, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie menilai tagar tersebut juga memiliki sisi positif. Menurut dia, banyak diaspora berkualitas di luar negeri yang berkontribusi besar dalam pembangunan negara.  

Ia mengutip konsep brain circulation, yaitu gagasan di mana individu berpendidikan dan berbakat, terutama profesional dan akademisi, menimba ilmu atau bekerja di luar negeri, lalu kembali ke tanah air dengan membawa pengalaman, keterampilan, serta jaringan yang lebih luas. Menurutnya, hal ini tidak hanya mendorong kemajuan di bidang sains dan teknologi, tetapi juga memperkuat perekonomian negara.  

"Jadi brain circulation ini sebenarnya sangat penting sekali untuk meningkatkan discourse power of Indonesia, itu sangat penting," kata Stella. 

Sebagai informasi, tagar Kabur Aja Dulu ramai dibicarakan di media sosial dalam beberapa hari ini. Pembicaraan mengenai #KaburAjaDulu diduga bermula dari kekecewaan beberapa warga negara Indonesia (WNI) terhadap sejumlah kebijakan pemerintah. Salah satu isu yang memantik ramainya kampanye tersebut adalah kebijakan efisiensi anggaran besar-besaran oleh Presiden Prabowo Subianto hingga sulitnya mencari pekerjaan.  Tren warganet yang mengajak WNI menetap di luar negeri tersebut juga dipengaruhi oleh situasi politik hingga ekonomi di Indonesia yang tak menentu.

M. Rizki Yusrial

Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam ini mulai bergabung ke Tempo pada 2024. Awal karier aktif meliput isu ekonomi dan bisnis

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus