Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

TB Simatupang Bukan Hanya Nama Jalan, Ini Kisah Perjuangannya

Profil TB Simatupang pahlawan nasional pernah menjabat KSAP atau Panglima TNI. 6 tahun jadi jenderal dari pangkat kapten.

3 Januari 2024 | 09.45 WIB

Jenderal TB Simatupang. Arsip Nasional Belanda/Wikipedia
Perbesar
Jenderal TB Simatupang. Arsip Nasional Belanda/Wikipedia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - TB Simatupang merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia, meninggal pada 1 Januari 1990. Ia dikenal sebagai sosok yang cerdas dan berdedikasi tinggi dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Nama TB Simatupang tidak hanya diabadikan sebagai nama jalan di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, tetapi juga sebagai seorang pahlawan nasional yang pernah menjabat Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia (KSAP) atau Panglima TNI saat ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Profil T.B. Simatupang

Tahi Bonar Simatupang atau TB Simatupang lahir di Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara pada 28 Januari 1920. Ia dikenal sebagai murid yang cerdas ketika duduk di bangku sekolah.

Dilansir dari Antara, Sim begitu ia disapa menyelesaikan pendidikan di HIS, Simatupang Sim kemudian melanjutkan pendidikan MULO ke Tarutung, hingga tamat 1937. Tak hanya sampai disitu, putra daerah tersebut itu mengejar cita-citanya dengan melanjutkan pendidikan di AMS Jakarta dan tamat tahun 1940.

Ketika bersekolah di Algemeene Middelbare School (AMS) Salemba, Jakarta, pada 1937-1940, TB Simatupang, akrab disapa Sim, dikenal sebagai murid cerdas yang memiliki pendirian teguh. Bahkan, ia pernah dikeluarkan oleh guru sejarahnya karena tidak sepakat dengan gurunya yang merendahkan kemampuan bangsa Indonesia.

Pendidikan militer Sim dimulai di Koninklije Militaire Academie (KMA) Bandung pada 1941, di mana ia menempuh jurusan zeni. Di dalam akademi militer ini, Simatupang berjumpa dengan Abdul Haris Nasution dan Alex Evert Kawilarang.

Peran dalam Perjuangan Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka pada 1945, TB Simatupang bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Ia juga ikut bergerilya bersama Jenderal Sudirman untuk melawan pasukan Belanda.

Selama bergerilya, ia diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Perang (WKSAP) RI pada 1948 hingga 1949. Dalam menjalankan tugasnya, ia juga mewakili TNI dalam delegasi Republik Indonesia menghadiri Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.

Simatupang diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia (KSAP) dengan pangkat Mayor Jenderal setelah Jenderal Soedirman meninggal pada 1950. Jabatan ini membawahi setiap Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan Laut, dan Kepala Staf Angkatan Udara.

Ia memilih pensiun dini dari militer dengan jabatan terakhir Penasehat Militer Departemen Pertahanan dan berpangkat Letnan Jenderal pada usia 39 tahun, setelah merasa tidak dapat lagi bekerja sama dengan Presiden Sukarno.

Setelah pensiun dini, Sim melanjutkan pengabdian dalam berbagai bidang. Ia menjadi penasehat militer dalam perundingan-perundingan penting, seperti Perjanjian Renville dan Konferensi Meja Bundar.

Pengabdian setelah militer tidak hanya terbatas pada ranah nasional, tetapi juga internasional, seperti ketua Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia dan Dewan Gereja-Gereja se Asia.

M RAFI AZHARI | GERIN RIO PRANATA 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus