Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ISMAIL Fahmi seperti masuk ke dunia baru ketika mengumpulkan data dari platform media sosial TikTok. Pendiri Drone Emprit, pemantau percakapan di media sosial, itu harus menuliskan satu per satu kata kunci di fitur pencarian TikTok. Setelah itu, dia membuka satu demi satu akun yang berkaitan dengan pencariannya. “TikTok itu dunia yang berbeda, crawling data susah, dan kata kuncinya perlu dites,” ujar Ismail ketika dihubungi, 5 Januari 2024.
Ia membandingkan dengan percakapan media sosial X—dulu Twitter—yang tinggal memasukkan kata kunci di aplikasinya. Dari situ bisa terlihat hasil analisis percakapan dan akun-akun mana saja yang melakukan penyebaran suatu kata tertentu. Ismail mencontohkan saat Drone Emprit meneliti percakapan soal “gemoy” di TikTok pada 23-29 Desember 2023.
Di platform itu, kata kunci “gemoy” tak spesifik merujuk pada Prabowo Subianto. Ismail harus mempersempit pencariannya menjadi “gemoy Prabowo”. “Ada banyak konten yang dibuat oleh akun pro-Prabowo,” ucap Fahmi. Hingga 6 Januari 2024, video dengan tagar #GemoyPrabowo ditonton 1,1 miliar kali.
Meski Prabowo tak punya akun resmi di TikTok, tagar nama Menteri Pertahanan itu dilihat lebih dari 13 miliar pengguna media sosial asal Cina tersebut. Tagar #AniesBaswedan dilihat oleh 7,7 miliar penonton. Anies baru membuat akun TikTok dengan 960 ribu pengikut. Sedangkan tagar tentang Ganjar Pranowo, yang punya 7,3 juta pengikut, telah dilihat oleh 14,6 miliar penonton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang kolega Prabowo bercerita, pengurus Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran memang lebih menggiatkan penggunaan TikTok. Sebab, ada banyak pemilih muda yang menggunakan media sosial itu. Laporan We Are Social dan Hootsuite menunjukkan jumlah pengguna TikTok di Indonesia mencapai 106,52 juta orang pada Oktober 2023.
Tim Prabowo-Gibran tak hanya memanfaatkan video dari acara resmi untuk berkampanye di TikTok, tapi juga video dari kamera telepon seluler. Dengan begitu, video-video itu terlihat tak formal dan bisa mendekatkan Ketua Umum Partai Gerindra tersebut dengan pemilih. Video-video itu pun diedit dan disesuaikan dengan tren anak muda.
Juru bicara Prabowo-Gibran, Andre Rosiade, menampik jika disebut ada tim khusus yang mengelola TikTok. Menurut dia, banyak pendukung Prabowo-Gibran yang sukarela mengunggah berbagai macam video di sejumlah platform, bukan hanya TikTok. “Di Instagram, Twitter juga banyak yang membuat itu,” kata Andre.
Samuel Alexander Pieter, relawan pendukung Ganjar-Mahfud, menilai TikTok punya algoritma berbeda dengan media sosial lain. Menurut Samuel, yang dikenal sebagai Young Lex, TikTok merupakan distributor dari konten-konten. Agar video menjadi viral, perlu racikan khusus yang menyesuaikan dengan algoritma TikTok.
Ia mencontohkan, video perlu disertai lagu yang sedang banyak didengarkan atau menggunakan gaya interaksi yang mudah diterima penonton. Young Lex, yang mengelola akun TikTok Mahfud Md., menyarankan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan itu mengucapkan kata “tabrak” dalam debat calon wakil presiden pada 22 Desember 2023.
“Waktu itu lagu ‘Tabrak-tabrak Masuk’ di TikTok lagi viral,” ujar Young Lex. Saran itu diikuti Mahfud. Dalam debat, ia menyatakan akan melawan korupsi. “Koruptor, kutabrak kau. Hai wir, mundur kau wir, korupsi saya tabrak,” tuturnya. “Wir” kerap dianggap sebagai singkatan dari warga Indonesia Raya.
TikTok punya aturan sendiri agar suatu video, termasuk konten politik, bisa viral. Sistem TikTok mempertimbangkan keterangan, teks, suara, hingga tagar. Unggahan itu disaring melalui mesin dengan sejumlah parameter, seperti tak ada adegan kekerasan dan minuman beralkohol. Jika parameter itu dilanggar, video tersebut otomatis diturunkan.
Dalam laman pedoman komunitas TikTok disebutkan ada aturan khusus untuk akun pemerintah, politikus, dan partai politik. TikTok tak mengizinkan promosi politik berbayar, iklan politik, monetisasi konten, hingga penggalangan dana oleh politikus dan partai politik. TikTok mengklaim tidak mengizinkan misinformasi dalam pemilihan umum.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Egi Adyatama dan Francisca Christy Rosana berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Racikan Khusus untuk Wir"