Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Tuai Polemik Sejak Dalam Rancangan, Kini Istana Garuda IKN Disebut Mirip Kelelawar

Istana Garuda IKN dikritik dan ditolak oleh sejumlah asosiasi profesional sejak dalam bentuk rancangan.

8 Agustus 2024 | 15.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Istana Garuda Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, kembali menjadi perbincangan di media sosial. Warganet menganggap sayap Istana Garuda, yang tampak berwarna cokelat gelap kehitaman, menyerupai kelelawar dibanding burung garuda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bentuk Istana Garuda IKN tuai polemik sejak dalam rancangan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rancangan karya pematung asal Bali, Nyoman Nuarta, itu pernah dikritik dan ditolak oleh sejumlah asosiasi profesional sejak dalam bentuk rancangan. Kritik itu di antaranya berasal dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Green Building Council Indonesia (GBCI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Landskap Indonesia (IALI), hingga Ikatan Ahli Perancangan Wilayah dan Kota (IAP).

Menurut Ketua IAI, I Ketut Rana Wiarcha, bangunan Istana Negara yang berbentuk burung garuda dinilainya tidak mencirikan kemajuan peradaban bangsa Indonesia di era digital. Gedung Istana Negara, kata dia, seharusnya merefleksikan kemajuan peradaban, baik budaya, ekonomi, maupun komitmen pada tujuan pembangunan berkelanjutan Indonesia dalam partisipasinya di dunia global.

“Sangat tidak mencerminkan kemajuan peradaban bangsa, terutama di era digital, dan era bangunan emisi rendah dan pasca Covid-19,” jelas Rana dalam pernyataan sikap, Kamis, 1 April 2021.

Kendati ditolak dan dikritisi, rancangan Istana Negara tersebut telah disetujui Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada 2 April 202. Menanggapi polemik itu, Nyoman Nuarta pun angkat bicara dalam diskusi daring “Menuju Ibu Kota Negara Baru” pada Rabu, 23 Februari 2022.

Seniman dari Bali itu menjelaskan alasan memilih bentuk burung garuda. “Indonesia memiliki lebih dari 1.000 suku bangsa. Ini tidak mungkin diserap di satu bentuk bangunan. Maka dari itu saya pilih Garuda,” kata Nyoman.

Adapun partisipasi Nyoman dalam hal ini membuat desain dasar sebanyak 12 bangunan. Sedangkan konsep bangunan istana buatannya harus merepresentasikan budaya Indonesia yang beraneka ragam. Karena itu, kata dia, simbol garuda dan 12 bangunan lainnya tidak identik pada salah satu budaya saja.

“Di dalam sayap (Garuda) itu ada hutannya. Jadi kalau Bapak Presiden ingin rapat di bawah pohon tetapi tidak kehujanan maka di situ tempatnya,” ujarnya.

Menurut dia, lokasi IKN memiliki kontur yang ekstrem menjadi tantangan. Ia mengaku telah melibatkan 70 ahli, seperti arsitek, ahli jalan, jembatan, green desain, interior, dan lanskap untuk memenuhi syarat gedung yang modern. Nyoman memastikan istana negara ini tetap menghindari efek rumah kaca dan radiasi.

“Bahkan lokasi Istana Garuda itu, 88 meter dari permukaan laut, jadi menanjak, maka dari itu kita buat sedikit berputar. Elevasinya kita sesuaikan,” kata dia.

Arti bentuk Istana Garuda IKN

Dilansir dari situs Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), rancangan kantor presiden yang dinamakan Istana Garuda itu merupakan satu dari beberapa bagian Istana Kepresidenan Nusantara. Bentuk bangunannya seperti burung garuda yang sedang mengepakkan sayap. Istana ini dibangun di atas lahan seluas 55,7 hektare dengan luas tapak 334.200 meter persegi.

Perancang Istana Garuda, Nyoman, mengatakan Istana Garuda didesain sebagai ‘sesosok rumah’ yang berasosiasi pada garuda. Tidak hanya berhenti pada landmark sebuah kawasan, tapi lebih sebagai bentuk pencapaian sinergi antara sains, seni, dan teknologi. Perpaduan ketiganya mewarnai keberadaan bangunan-bangunan ikonik di seluruh dunia.

“Desain Istana Garuda IKN akan benar-benar ditransformasikan dan diwujudkan dalam wujud pola arsitektur yang mempertimbangkan aspek-aspek estetik, nilai guna, dan manfaat bagi kemajuan pariwisata Tanah Air,” ucap Nyoman, dikutip Jumat, 22 September 2023.

Menurut Nyoman, Burung Garuda dipilih karena bentuk bangunan kantor presiden erat kaitannya dengan Indonesia yang memiliki berbagai perbedaan dalam hal keragaman adat istiadat dan perilaku, segala silang pendapat, serta agama dan kepercayaan. Garuda, kata dia, merupakan simbol persatuan dan lambang negara, bagian dari Bhinneka Tunggal Ika.

“Sosok burung garuda pada Istana Garuda akan dibangun dari kerangka baja, bagian cangkang dari tembaga, kuningan, dan galvalum. Tembaga dan kuningan nantinya akan mengalami proses oksidasi, sehingga perlahan-perlahan akan berubah warna menjadi hijau tosca yang matang,” kata dia.

ANTARA | ANDIKA DWI | DANIEL A. FAJRI | TIM TEMPO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus