Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kasus uang palsu terjadi di Kampus II Gedung Perpustakaan Universitas Islam Negeri atau UIN Alauddin Makassar, Jalan Yasin Limpo, Samata, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Saat ini, kepolisian telah mengungkapkan hasil penelusuran dari beberapa tersangka yang sudah ditangkap sejak awal Desember 2024.
Pada konferensi pers di Polres Gowa, pada Kamis, 19 Desember 2024, Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Yudhiawan Wibisono, mengungkapkan, para tersangka yang terlibat dalam pembuatan dan peredaran uang palsu ada 17 orang dengan latar pekerjaan yang berbeda.
Tersangka tersebut ada yang berasal dari BUMN, pejabat dan dosen UIN Alauddin Makassar, aparat sipil negara (ASN), honorer, pengusaha, dan juru masak. Bahkan, ada juga tersangka yang pernah ingin mencalonkan diri sebagai wali kota Makassar dan berkontestasi di Pilkada Kabupaten Barru.
“Sudah sempat mencalonkan wali kota Makassar, namun tidak mendapatkan kursi (dukungan partai),” ujar Yudhiawan, seperti dilansir Antara, pada 19 Desember 2024.
Profil UIN Alauddin Makassar
Menurut uin-alauddin.ac.id, awalnya, UIN Alauddin Makassar yang bernama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Makassar berstatus Fakultas Cabang dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Lalu, atas desakan rakyat, pemerintah daerah Sulawesi Selatan, dan persetujuan Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, berdasarkan Keputusan Nomor 75 pada 17 Oktober 1962 tentang Fakultas Syari'ah UMI melakukan penegerian menjadi Fakultas Syari'ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Cabang Makassar pada 10 November 1962.
Setelah itu, Fakultas Tarbiyah UMI (1964) dan Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta cabang Makassar (1965) juga didirikan.
Setelah itu, berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 27 tahun 1963, Fakultas Syari'ah, Fakultas Tarbiyah, dan Fakultas Ushuluddin berstatus mandiri dengan nama IAIN Al-Jami'ah al-Islamiyah al-Hukumiyah. Perubahan status ini dimulai pada 10 November 1965.
Penamaan Alauddin untuk IAIN Makassar diambil dari nama raja Kerajaan Gowa pertama yang beragama Islam dan memiliki latar belakang sejarah pengembangan Islam pada masa lampau.
Selain itu, penamaan Alauddin ini juga digunakan sebagai harapan peningkatan kejayaan Islam untuk masa mendatang di Sulawesi Selatan dan Indonesia bagian timur. Ide pemberian nama Alauddin ini dicetuskan oleh para pendiri, seperti Andi Pangeran Daeng Rani, cucu Sultan Alauddin sekaligus mantan Gubernur Sulawesi Selatan, serta Ahmad Makkarausu Amansyah Daeng Ilau, ahli sejarah Makassar.
Setelah itu, UIN Alauddin Makassar mengalami perkembangan dengan mendirikan dua fakultas lain, yaitu Fakultas Adab (1967) dan Fakultas Dakwah (1971). Setelah itu, UIN Alauddin Makassar juga mendirikan Program Pascasarjana (PPs) yang berstatus kelas jauh dari PPs IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lalu, pada 1993, PPs IAIN Alauddin Makassar berstatus mandiri.
Lalu, pada 10 Oktober 2005, IAIN Alauddin Makassar dikonversikan menjadi UIN Alauddin Makassar berdasarkan Perpres Nomor 57 tahun 2005. Peresmian konversi ini ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Presiden SBY pada 4 Desember 2005 di Makassar. Peruban mendasar ini dilakukan untuk menampung lulusan jenjang pendidikan menengah di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama.
Saat perubahan status kelembagaan dari institut ke universitas, UIN Alauddin Makassar mengalami perkembangan dari lima menjadi tujuh fakultas dan satu PPs, sebagai berikut:
- Fakultas Syariah dan Hukum (FSH),
- Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK),
- Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF),
- Fakultas Adab dan Humaniora (FAH),
- Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK),
- Fakultas Sains dan Teknologi (FST),
- Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FIK), dan
- Program Pascasarjana (PPs).
Saat ini, UIN Alauddin Makassar dipimpin oleh rektor bernama Hamdan Juhannis. Adapun, lokasi kampus ini dibagi menjadi dua, yaitu di Jalan Sultan Alauddin Nomor 63 Makassar dan Jalan H.M. Yasin Limpo Nomor 36 Samata, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Pilihan Editor: Komentar Rektor UIN Alauddin Makassar Soal Kampusnya Jadi Tempat Produksi Uang Palsu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini