Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ulang Tahun di Kursi Roda

Soeharto merayakan ulang tahun ke-85. Mengenali para tamunya, memotong tumpeng, dan bicara soal pesawat.

12 Juni 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rumah bercat hijau itu berbau ha-rum. Puluhan karangan bu-nga meme-nuhi tiap sudut, meluber hing-ga pekarangan depan. Nada ucapannya sama, dari Wakil Presiden Ju-suf Kal-la- hingga artis Nia Daniati dan suami-nya-, Farhat Abbas, mengucap-kan se-lamat ulang tahun kepada pemilik ru-mah-.

Hari itu, Kamis pekan lalu, Soeharto-, penghuni rumah di Jalan Cendana 8, Jakarta Pusat, itu berulang tahun ke-85. Ulang tahun yang banyak dinanti orang. Mantan orang kuat itu baru saja me-lewati masa krisis setelah sebulan di-ra-wat di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Orang juga ingin melihat apakah bekas pre-siden yang proses pengadilan korup-si-nya dihentikan penuntutannya oleh Kejaksaan Agung itu benar-benar tak mam-pu berbicara banyak.

Acara ulang tahun ternyata disiapkan me-riah dengan protokoler rapi, mirip ka-la Soeharto masih memerintah. Tak se-mua tamu bisa masuk rumah jika tidak menunjukkan undangan dan meng-isi daftar tamu. Kendaraan tamu pun di-parkir rapi dan ditandai panitia berse-ra-gam. ”Ada dua lapis penjagaan,” kata pe-tugas. Setidaknya 200 personel Brimob dan Polres Jakarta Pusat mengawal ru-mah sejak pagi.

Para tamu mulai berdatangan sehabis magrib. Yang berulang tahun muncul dari kamar tak lama kemudian. Duduk di kursi roda, didorong Sweden, ajudannya, dan putri sulungnya, Siti Hardijanti Rukmana (Tutut).

Berkemeja batik abu-abu warna gelap dengan kembang cokelat muda, Soeharto- terlihat sumringah. Inilah penampilan Soeharto setelah sekian lama terbaring di rumah sakit. ”Agak kurus, tapi sudah- terlihat segar, ” kata sejarawan Des Alwi yang datang malam itu.

Meski dokter sudah menyatakan Soe-har-to sulit berkomunikasi, toh bekas pe-ngua-sa itu masih mengenali tamu-tamu-nya. O.C. Kaligis, pengacaranya, ber-ce-rita, ketika bertemu, bersalaman de-ngan-nya, Soeharto bilang, ”Oh, Pak OC, terima kasih.” Juga, ketika Soeharto bersalaman dengan Soedomo, mantan Pang-kopkamtib yang juga bekas mente-ri-nya. Menurut Soedomo, meski tak bicara ba-nyak, Soeharto masih mengenali-nya.

Soeharto, kata Des Alwi, meski sulit bicara, tak terlihat sama sekali seba-gai orang yang tak mampu menangkap pembicaraan orang lain lebih dari empat kalimat. Malah Soeharto sempat bicara soal pesawat Merpati yang jatuh di Banda Neira, Maluku Tengah, Selasa lalu. ”Beliau tahu soal ini,” ujarnya.

Menjelang pukul 19.00 WIB, Tutut mem-buka acara itu dengan kata sambutan. Atas nama keluarga, dia menyatakan rasa terima kasihnya atas perhatian kerabat dan handai tolan. ”Acara ini sebagai rasa syukur kami atas umur dan kesehatan yang diberikan Tuhan kepada Bapak,” kata Tutut. Ia juga minta para tamu berdoa dan memohonkan keselamatan dan ketabahan bagi ayah-nya dalam menjalani hidup.

Dari ruang tamu, Soeharto dibawa dengan kursi rodanya ke ruang tengah. Tepat di tengah ruangan sudah tersaji tumpeng nasi kuning komplet. Kelima anak Soeharto berkumpul, kecuali Tommy Soeharto yang tengah menjalani hukuman di penjara Cipinang. Juga, cucu-cucu dan menantu Soeharto—kecuali Tata, istri Tommy, dan Halimah, istri Bambang Trihatmodjo.

Selanjutnya, pembacaan Al-Fatihah dan-, dipimpin Tutut, para tamu menya-nyikan selamat ulang tahun. Soeharto di-papah berdiri mendekat ke arah tum-peng. Dibantu Tutut, ia memotong tum-peng. Potongan pertama diberikan pada Si-git, anak lelaki pertamanya. Potongan ke-dua-nya kepada Tutut, putri sulungnya.

Tiga anak Soeharto lainnya ber-bareng-an mendekat, mencium ayah mereka. Jen-deral besar itu menerima ciuman se-lamat dari anak, menantu, cucu, dan ke-rabat dekatnya. Lalu para tamu yang ju-ga berebut berfoto bersamanya.

Acara bersalaman tiba-tiba dihenti-kan. Dokter yang merawat Soeharto meng-ingatkan agar lelaki tua itu ba-nyak beristirahat. Hanya satu jam Soeharto muncul sebelum Tutut minta maaf dan mendorong ayahnya kembali ke kamar.

Para tamu lalu dipersilakan menikmati jamuan di halaman belakang. Tuan rumah menyuguhkan menu istimewa dari Jepang. Sashimi, sushi, tempura. Juga makanan Indonesia, nasi kuning. Hidangan penutupnya anggur, pisang, jeruk, lengkeng, dan es krim.

Meski dikemas sederhana, tetap saja tamu yang hadir lebih dari dua ratus orang. Ada bekas Wapres Try Sutrisno-, Ali Alatas, Fuad Hassan, Moerdiono, Fuad Bawazier, Wiranto. Juga hadir Theo L. Sambuaga, Menteri Perindustrian Fahmi Idris, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta. Terselip di antara para tamu, tampak Ralo, 52 tahun, penjual ketoprak di ujung Jalan Cendana, langganan keluarga Soeharto sejak 1971.

Acara itu berlangsung singkat. Men-jelang pukul 20.30 WIB mantan Menteri Agama Quraish Shihab menutup acara dengan doa. Para tamu pun pamit pulang. Kepada mereka, Tutut pun meng-ucap salam, ” Semoga bertemu lagi tahun depan.”

Widiarsi Agustina, Purwanto, Yuliawati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus