ACEH, yang dihuni 3 juta jiwa besar---besaran menyambut ulang tahun-- kemerdekaan RI. Di dinding depan rumah penduduk, sejak 1 sampai 10 Agustus ditempel bendera kertas merah putih ukuran 8 X 15 cm. Lewat dari tanggal itu hingga 18 Agustus ini bendera merah putih dari kain dikibarkan di depan rumah mereka. Acara makin semarak pagi Minggu lalu. Dipimpin Letnan Kolonel Prabowo, sebagai komandan batalyon, pasukan Lintas Udara Kostrad dan prajurit Kopassus yang diangkut dengan kapal perang dari Jakarta menunjukkan keterampilannya. Sebelum kapal lego jangkar di pantai Idie Rayeuk, Aceh Timur, beberapa pesawat tempur F-5 melintas di udara perairan itu. Dan dengan tank amfibi prajurit marinir mendarat di pantai. Anggota marinir dari kesatuan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) ini di bawah kendali Kolonel Warsono, Komandan Gugus Tugas Sabang Jaya III dari Armada RI Wilayah Barat. Di saat hampir bersamaan, sejumlah pesawat Hercules TNI AU menaburkan pasukan terjun payung di Desa Samalanga, Desa Matang Seujuk (keduanya di Aceh Utara) dan Desa Julok, di Aceh Timur. Seluruh unjuk terampil itu dipadu dengan rakyat yang dipusatkan di Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, dan Pidie. "Kodam I Bukit Barisan tahun ini memang memusatkan kegiatan menyambut HUT RI di Aceh," kata Mayjen. H.R. Pramono, Pangdam I BB, kepada pers Senin pekan ini. Artinya, kegiatan ABRI di Aceh itu tak ada kaitannya dengan menumpas GPK (Gerombolan Pengacau Keamanan). Selesai unjuk kebolehannya pasukan itu kembali ke markasnya. Pramono tak kuasa menyimpan rasa kagumnya melihat penduduk yang setia memasang bendera merah putih tadi. "Mereka memperlihatkan rasa cintanya pada RI," katanya. Imbauan Gubernur Aceh muncul akhir bulan silam. Semua kepala daerah tingkat II di provinsinya diminta membagi gratis bendera mini itu. "Tak ada penduduk yang menolak menempelkan bendera itu," kata sumber di Polda Aceh. Rahman, dan sejumlah penduduk yang diwawancarai TEMPO, memang memenuhi imbauan tersebut. Maksudnya, mereka menunggu sikap Pemerintah melawan teror GPK yang menyebarkan selebaran berisi: Siapa memasang bendera merah putih dibunuh, dan murid sekolah dilarang mengikuti acara HUT RI. "Karena Pemerintah tak ragu, kami pun tidak takut," kata Jamil, penduduk Aceh Utara. Bahkan, penduduk tambah berani menentang GPK. Seminggu sebelum pasukan ABRI menunjukkan kebolehannya, di Stadion Rawa Sakti Lhokseumawe, seluruh penduduk Kecamatan Seuneudon bikin ikrar. Seuneudon terletak 70 km dari Kota Lhokseumawe. Dan Jumat pekan silam, 800-an penduduk Kecamatan Baktiya, tetangga Seuneudon, menyerah ke Koramil. Sebelumnya, GPK membaiat mereka secara paksa. Karena kesadaran ini mereka dibolehkan pulang ke rumah masing-masing. "Kerja sama dengan ABRI menghantam GPK membikin rakyat makin berani," kata Ramli Ridwan, Bupati Aceh , Utara. Lebih nekat adalah Helmi Mahera Al-Mujahid. Putra tokoh Aceh almarhum Husin Al-Mujahid itu bersama ratusan penduduk Idi, di Aceh Timur, membentuk "Laskar Rakyat". Sejak awal Agustus, laskar ini menyatroni tempat yang diduga sarang GPK. "Pada saat seperti apa pun kami dekati rakyat," kata Helmi. Hasilnya penduduk Idi tak peduli lagi diteror GPK. Tindakan ini dimaklumi Ali Hasymi. Dahulu, ketika RI merdeka, tapi kekurangan kain merah, katanya, pemuda tampil menoreh pisau pada tangannya hingga berdarah. Lalu, darah ini disapukan di atas kain putih untuk jadi bendera merah putih. Sekarang, kalau di antaranya ada yang melenceng dari kemauan bendera merah putih, menurut Hasymi, karena melihat pimpinannya tidak becus. Kini, pemuda perlu dibikin patriotik," katanya. FS, Affan Bey Hutasuhut, Irwan E. Siregar, Sarluhut Napitupulu, Erwin Nurdin (Medan)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini