Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Seratus juta ke indonesia

Wawancara tempo dan media lain dengan pm li peng dan menlu qian qichen. li peng menyebutkan hubungan dagang ri-rrc punya prospek yang baik. cina tidak akan memanfaatkan keturunan cina untuk kepentingan rrc.

18 Agustus 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JUMAT pekan silam TEMPO bersama empat lain, Kompas, Jakarta Post, Suara Pembaruan, dan Antara mewawancarai khusus PM Li Peng dan Menlu Qian Qichen di Pertamina Cottage, Denpasar, Bali. Wawancara yang semula yang dijadwalkan pukul 18.00 itu terlambat 20 menit, konon karena Li Peng "tak enak badan". Mungkin ini karena jadwal PM Cina itu di Bali terlalu padat. Kamis petang ia tiba di Denpasar lalu malamnya ia dijamu makan malam oleh Gubernur Ida Bagus Oka sambil menyaksikan tari Kecak. Keesokan harinya, Jumat pagi, ia melewatkan acara kunjungan ke istana Tampak Siring yang sudah dijadwalkan. Tak heran kalau Li Peng, yang petang itu mengenakan setelan jas abu-abu dan kemeja putih, memang tampak kurang segar ketika menghadapi para wartawan. Ia hanya bertahan sekitar setengah jam, kemudian kembali ke kamar 321 tempat ia menginap. Wawancara kemudian dilanjutkan dengan Menlu Qian Qichen. Menjawab pertanyaan soal langkah kerja sama yang nyata antara RI dan RRC setelah normalisasi, Li Peng menjelaskan, dalam bidang politik kedua negara bisa bersama-sama mencari stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia Tenggara, khususnya dalam masalah Kamboja. Begitu juga dalam hal perdagangan, ia yakin ada prospek yang baik di wilayah ini. Malah, soal kerja sama RI -- RRC bisa dimulai dalam bidang perdagangan. Karena pola ekonomi dari semua negara didasarkan atas saling melengkapi. Misalnya ada produk yang diperlukan Indonesia bisa ditemukan di Cina. Atau sebaliknya. "Kunjungan saya kemari sudah menghasilkan kontrak pembelian kayu lapis dan pupuk kimia," katanya. Dalam hal sikap Beijing terhadap keturunan Cina, PM Li kembali menegaskan bahwa pemerintahnya tak akan memanfaatkan orang-orang keturunan Cina untuk kepentingan RRC. Jika mereka sudah menjadi warga negara Indonesia, apa yang mereka lakukan adalah urusan pemerintah Indonesia. "Namun, kami tetap menyambut mereka yang datang ke daratan Cina untuk mengunjungi sanak keluarga, atau melakukan penghormatan kepada arwah nenek moyang mereka," katanya. Ia kemudian menyebut contoh Presiden Corazon Aquino yang merupakan keturunan Cina generasi ketiga yang sudah berdiam di Filipina. Tahun lalu, sewaktu Cory mengadakan kunjungan kenegaraan ke Cina, ia juga mengunjungi daerah asal leluhurnya. "Dapat Anda lihat, dia adalah Presiden Filipina, dan Cina merupakan negara lain buat dia," kata Li. Karena itu, Li Peng meminta agar masyarakat keturunan Cina di Indonesia, yang ditaksir jumlahnya sekitar empat juta orang, hidup bersahabat dengan penduduk setempat. Deng Xiaoping beberapa waktu lalu mengeluarkan pernyataan yang memperkirakan banyak orang Cina yang akan lari ke luar negeri apabila ada kekacauan di RRC. Seratus juta orang bakal lari ke Indonesia, sepuluh juta orang ke Hong Kong, dan puluhan juta ke negara-negara di kawasan Asia Tenggara lainnya. Ada apa di balik pernyataan itu? Menjawab pertanyaan TEMPO tentang hal ini, Menlu Qian Qichen menjelaskan bahwa pernyataan itu didasarkan atas fakta adanya perubahan besar yang terjadi di dunia ini, khususnya di Eropa Timur. Perubahan-perubahan ini menyebabkan banyak orang meninggalkan negaranya. Di mana-mana orang mulai menyeberangi perbatasan. Berangkat dari situlah Deng Xia- ping, kata Qian Qichen, memikirkan bahwa Cina, yang berpenduduk 1,1 milyar orang, dan dunia, memerlukan stabilitas. Itu sebabnya pemerintah Cina berharap agar negara-negara asing tak melakukan manuver destabilisasi di negeri itu dengan berharap bisa mengambil keuntungan. "Kalau itu yang terjadi, maka tak hanya stabilitas Cina yang terancam, tapi juga stabilitas dunia, katanya tegas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus