Veteran tanpa medali

80 cikar di Kecamatan Puger, Jember, sekarang ini selang menjalani saal saat sakarat. Sebab selain Camat Puger sendiri 3 tahun lalu melarangnya berkeliaran di jalan-jalan beraspal, Datsun dan Colt sudah banyak nongol. Kecuali sang cikar berganti roda memakai ban. Para cikarwan enggan memenuhi ini. Karena harus membeli ban, as dan pelingnya yang mahal untuk mengganti roda besi. Kalau ini pun mereka penuhi, para cikar itu tak mampu melawan persaingan Colt dan Datsun. Karena para pengusaha pembakaran kapur yang biasa memakai kendaraan tradisionil itu, lebih suka memilih alat angkutan bermesin itu. Pernah diadakan satu kesepakatan yang melarang kendaraan memakai bensin itu beroperasi sampai ke kaki gunung. Toh tak ada hasilnya. Karena para pengusaha pembakaran kapur yang sejak awal abad ini memakai cikar. Lebih senang memakai kendaraan yang lebih cepat. Maka cikar-cikar yang kebanyakan milik pribumi penduduk desa Grenden, Puger Kulon dan Puger Wetan terpaksa harus minggir. Dan kini cikar-cikar itu terpaksa mesti rela menjadi veteran tak bermedali. Meski dulunya dipandang berjasa sebagai alat pengangkutan bahan-bahan pembangunan dari gunung kapur yang jauhnya 36 kilometer dari kota Jember. Dan yang tinggal hanyalah kenangan bagaimana cikar itu di masa-masa dulu sering melakukan konvoi disertai gamelan di pesta-pesta Idul Fitri, Idul Adha atau 17 Agustusan. Atau juga berlomba ngebut macam kereta Ben Hur di film. Semua ini biasanya diadakan di alun-alun melewati sebelah timur kediaman Camat Puger. Keramaian seperti itu selain ada hadiahnya, cikar yang ditarik sapi betina apalagi yang lagi bunting, merupakan suasana kocak buat penduduk.