Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Hasil kerja 10 tahun

Bupati bolaang mongondouw, mokoagouw, telah 10 tahun memimpin daerahnya. kini telah ada bandar udara proyek air dan listrik sedang dikerjakan. yang belum terjamah adalah jalan ke desa-desa. ( dh)

31 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MOTOBATU molintak kon Totabuan". Ini semboyan Kabupaten Bolaang Mongondouw. Maksudnya, "bersatu padu membangun daerah Totabuan". Seraya teringat itu semboyan, Bupati UN Mokoagouw menilai rakyat Bolaang Mongondouw alias Totabuan mampu membangun daerahnya. Ini konon sesuai dengan pendapat Gubernur Worang sendiri yang dinyatakannya dalam setiap laker. Yakni daerah Bupati Mokoagouw ini paling getol membangun ketimbang 6 kabupaten lain di propinsi Sulawesi Utara. Itu sebabnya -- barangkali -- Bupati Mokoagouw yang sebentar lagi meraih 3 bintang di pundaknya alias naik pangkat Kolonel, tetap dipertahankan Worang. Padahal itu bupati sudah memimpin daerah kelahirannya sendiri itu sejak masih Kapten CPM sepuluh tahun lalu. Dan karena itu pulalah rupanya sang Bupati dinilai berkesanggupan membangun daerahnya. Selain itu konon ia punya penasehat-penasehat tangguh, terdiri dari pejabat-pejabat utama Kantor Gubernur yang berasal Totabuan. Namun yang paling mengesankannya ialah kabarnya karena rakyat Bolaang Mongondouw amat enak diperintah, rajin dan penurut. Juga alam daerahnya memang makmur dan banyak masih perawan. Tak berarti sang Bupati tak mengeluh. "Akhir triwulan II tahun 75/76 terasa terdapat hambatan-hambatan", ucap Bupati di depan raker para camat dan pembantunya Desember kemarin. Hingga, menurutnya, pelaksanaan pembangunan proyek di daerahnya cuma mencapai target 87,76% untuk proyek 172 desa, 67,85% proyek sektoral dan 70% proyek propinsi. "Ada pemborong yang menyebabkan keadaan bisa fatal", tambahnya tanpa memerinci lebih lanjut. Tapi dimintanya rakyat jangan berkecil hati. Sebab, apa yang telah dinikmati sampai sekarang, cukup alasan bagi rakyat akan masa depan yang cerah. Ini semua bisa diperincinya. Daerah ini, katanya, dulunya cuma dikenal sebagai daerah transmigrasi dengan proyek irigasi Doloduo yang mampu mengairi ribuan hektar sawah. Tapi kini bertambah makmur dengan banyak proyek besar lainnya. Jalan raya 126 Km yang disebut Proyek Amurang -- Kotamobagu Doloduo (AKD) yang dibiayai dana Bank Dunia Rp 4,6 milyar dan dikerjakan kontraktor Korea dan Jepang, menurut Bupati, "sudah 40% selesai". Lalu bandar udara yang berlandasan 1,2 Km hasil kerja swadaya murni masyarakat di desa Tungoy, kini telah siap didarati pesawat Twin Otter atau Convair. Dan bandar udara yang diberi nama Haji Doli Mokoginta, angkasawan paman Bupati Mokoagouw yang gugur dalam kecelakaan pesawat di Kolombo itu, masih akan diperpanjang jadi 1,8 Km. Sementara itu 2 proyek yang pernah dijanjikan Menteri PUTL Sutami pada kunjungannya ke sana akhir 1974 (TEMPO, 28 Desember 74), yakni proyek air dan listrik, sedang sibuk dikerjakan. Sejumlah mesin pembangkit tenaga listrik berkapasitas 250 KVA, sedang dipasang. Pipa-pipa air minum berkapasitas 75 liter per detik, sudah menggeletak di sepanjang jalan dari Kotamobagu ke Bukaka asal sumber air yang jauhnya 3 Km. Tinggal pasang. Sedang bak induknya sudah selesai. Pipa-pipa sumbangan PAM Yogyakarta dan Jakarta itu menurut Ambari Musrif BE, Kepala Proyek, beranggaran Rp 650 juta itu, "sudah melebihi kebutuhan". "Sedikit waktu lagi Kotamobagu akan mandi cahaya listrik dan air", komentar seorang petugas PU. Bopeng-bopeng Tentu saja tak ketinggalan pembangunan prasarana fisik pamong praja. Di desa Sinindia sebelah selatan kota, Kantor Bupati berlantai dua sedang dibangun dengan biaya Rp 44 juta. Sedang kantor lama yang tak kalah anggunnya, menurut Bupati "akan jadi kantor instansi vertikal". Dan buat Bupati sendiri, rumah jabatan berbiaya Rp 14 juta, baru saja selesai dibangun dan diresmikan Gubernur Worang. Dari rumah ini Bupati bisa menimba ilham sambil menikmati seluruh sudut kota dan pemandangan indah di sekitarnya. Apalagi jalan raya Kotamobagu-Manado sepanjang 180 Km telah beraspal licin. Hingga sang Bupati tak kan terganggu pandangannya oleh kemacetan lalu lintas. Tapi bopeng-bopeng pada suksesnya hasil kerja Bupati Mokoagouw memang masih banyak tampak. Jalan raya sepanjang 73 Km menyusur pantai Kotamobagu-Manado lewat mobonto da Poigar, yang 40 Km belum beraspal jalan menuju Gorontalo sepanjang 260 Km dimulai desa Kaya, lewat Atinggola Buroko, yang juga pernah mendapat perhatian Menteri Sutami, belum terjmah. Menyebabkan sulitnya hubunga dengan 6 kecamatan di sana. Hingga mencapai desa-desa cuma bisa mengandalkan jalan laut yang juga tak lancar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus