Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAGAR Indonesia Gelap menjadi perbincangan di media sosial. Tagar tersebut semakin menggema seiring dengan aksi para mahasiswa yang digelar pada Senin, 17 Februari 2025. Badan eksekutif mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi menggelar aksi unjuk rasa dengan tajuk Indonesia Gelap, dengan menuntut pertanggungjawaban atas berbagai kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang mereka nilai tidak berpihak pada rakyat.
Tagar Indonesia Gelap yang viral pada platform X awalnya merupakan slogan yang digunakan oleh warganet untuk menyoroti berbagai permasalahan dalam pemerintahan era Presiden Prabowo Subianto-Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Koordinator BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) Satria Naufal mengatakan tagar Indonesia Gelap itu dimaknai sebagai ketakutan warga Indonesia terhadap nasib masa depan bangsa. “Bagi kami, Indonesia Gelap sudah cukup mewakilkan ketakutan, kekhawatiran, serta kesejahteraan warga,” kata dia saat dihubungi pada Senin.
Menurut Satria, di bawah kepemimpinan Prabowo, masyarakat justru sering kali dibayangi oleh isu dan kebijakan yang tidak mendukung kepentingan rakyat. Karena itu, dia menyatakan aksi demonstrasi ini seharusnya menjadi pengingat bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan. “Teguran bagi pemerintah untuk terus melihat pada seluruh aspek dalam menjalankan pemerintahan,” ujarnya.
Ramainya tagar Indonesia Gelap tersebut mendapat tanggapan dari berbagai kalangan.
Mahfud Md: Banyak Kebijakan Pemerintah yang Terang
Mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud Md merespons tagar Indonesia Gelap yang ramai diperbincangkan di media sosial. Dia menyebutkan banyak kebijakan pemerintahan Prabowo yang “terang” dan perlu dihormati. “Oh tidak, tidak seluruhnya ‘gelap’. Banyak juga yang ‘terang’ dan yang terang itu tidak perlu diprotes kan,” ujarnya di Balairung Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, D.I. Yogyakarta, Kamis, 20 Februari 2025, seperti dikutip dari Antara.
Dia mengatakan, meski ada yang perlu dikritik, bukan berarti semua kebijakan pemerintah buruk. Mahfud lantas mencontohkan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) sebagai salah satu kebijakan pemerintah yang perlu diapresiasi. “Saya kira bagus sebagai sebuah program,” kata dia.
Mahfud juga menyoroti kebijakan efisiensi anggaran yang tengah dijalankan pemerintah saat ini. Dia berpendapat efisiensi merupakan langkah yang diperlukan untuk mengoptimalkan penggunaan anggaran negara. “Siapa yang bilang efisiensi itu jelek? Sejak zaman Orde Baru kita marah karena negara tidak efisien, lalu reformasi juga keluar karena anggaran negara tidak efisien,” tutur Mahfud.
Dia lantas mengingatkan semua pihak inefisiensi sejatinya sudah menjadi persoalan sejak masa Orde Baru. Dengan mengutip temuan ekonom Sumitro Djojohadikusumo yang tak lain ayah Prabowo, dia menyebutkan tingkat inefisiensi kala itu mencapai 30 persen. “Nah, sekarang itu mungkin melanjutkan temuan ayahnya Pak Prabowo, efisiensi harus kita lanjutkan. Kita hormati itu,” ujar dia.
Namun Mahfud menegaskan penerapan efisiensi juga harus selektif sehingga tidak asal menyasar anggaran di sektor-sektor yang justru membutuhkan perhatian lebih besar. “Tetapi harus dikritik. Kalau lalu bidang ini (asal dipotong) 10 persen, bidang ini 20 persen, bidang ini 60 persen. Nah, dipotong-potong gitu kan kurang,” tuturnya.
Menurut Mahfud, kebijakan itu perlu menyasar pengeluaran negara yang tidak efisien seperti kickback dalam proyek, perjalanan dinas yang tidak penting, serta praktik flexing (pamer) di kalangan pejabat dengan memanfaatkan anggaran negara. “Nah, saya kira itu harus diefisienkan, dan Pak Prabowo betul, menurut saya,” ucapnya.
Luhut Binsar Pandjaitan: Yang Gelap Kau, Bukan Indonesia
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menanggapi aksi Indonesia Gelap yang menjadi kritik publik terhadap kebijakan pada pemerintahan Prabowo. “Kalau ada yang bilang Indonesia gelap, yang gelap kau, bukan Indonesia,” kata Luhut dalam acara The Economic Insights 2025 di Jakarta, Rabu, 19 Februari 2025.
Luhut mengatakan masyarakat seharusnya bangga menjadi orang Indonesia. Dia menilai Indonesia berkembang dengan baik hingga sejauh ini. “Ada orang bilang di sini lapangan kerja kurang. Di mana yang lapangan kerja kurang? Di Amerika juga bermasalah, di mana saja bermasalah,” ujarnya.
Menurut dia, publik terlalu berfokus pada kekurangan negara dan abai dengan kelebihan yang ada. Dia mencontohkan Indonesia memiliki talenta muda yang sedang mengembangkan sistem digital di Perusahaan Umum Percetakan Uang (Perum Peruri). Peruri mendapat mandat dari negara untuk mewadahi urusan layanan digital pemerintah atau government technology (govtech).
Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi itu meyakini contoh tersebut menjadi keunggulan Indonesia yang perlu mendapat apresiasi dari publik. “Mereka bilang bangga jadi orang Indonesia, karena melihat harapan bahwa kemampuan mereka digunakan untuk ini,” tuturnya.
Di sisi lain, Luhut berpendapat Indonesia tidak memiliki warga tunawisma. Sementara Amerika Serikat mempunyai banyak warga tunawisma. “Jadi jangan kita hanya melihat yang jauh, yang di depan mata kita ini ditangkap masih kurang. Yang kurang banyak, itulah tugas kita semua untuk memperbaiki dan kita berada pada jalan yang benar untuk memperbaiki itu semua,” kata dia.
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf: Ini Pemerintahan Baru
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU Yahya Cholil Staquf mempertanyakan maksud Indonesia Gelap. Yahya mengatakan pemerintahan Prabowo Subianto baru berjalan beberapa bulan. Menurut dia, tagar itu tidak cocok untuk memberikan penilaian terhadap pemerintahan saat ini. “Indonesia gelap, itu gelap dari mana? Orang ini pemerintahan baru, ini juga baru berapa bulan. Belum ada yang menurut saya bisa diandalkan untuk membuat penilaian,” ujarnya saat ditemui di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Rabu, 19 Februari 2025.
Pria yang akrab disapa Gus Yahya itu menuturkan tagar Indonesia Gelap lebih cocok jika semua program Prabowo telah terlaksana sepenuhnya. Dia kembali mempertanyakan dasar penilaian dari Indonesia Gelap ini berasal dari mana. “Agenda-agenda sudah disampaikan. Sebetulnya kami masih harus menunggu sampai agenda-agenda itu bisa terlaksana dengan baik,” kata dia.
Yahya pun menilai program Prabowo yang telah berjalan sebagian merupakan suatu harapan demi kebaikan masyarakat Indonesia. “Kalau kami lihat dari apa yang disampaikan selama ini sebetulnya justru ada harapan-harapan di situ, dan seperti saya katakan tadi, semua agenda ditujukan untuk kemaslahatan rakyat,” ujarnya.
Dia mengatakan PBNU selalu menghormati berbagai program yang dicanangkan oleh Prabowo. “NU siap untuk menghormati,” ujarnya.
M. Raihan Muzzaki, Novali Panji Nugroho, dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Ramai Tagar Kabur Aja Dulu: Alasan KP2MI Gandeng Raffi Ahmad dan Influencer
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini