Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo - Pemerintah Kota Solo memfasilitasi pertemuan antara pengelola pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) Putri Cempo Solo, dengan warga Kampung Jatirejo, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo. Dalam pertemuan yang digelar pada Senin, 28 Oktober kemarin, mereka membahas dampak yang ditimbulkan akibat operasional PLTSa, yang dikelola PT Solo Citra Metro Plasma Power (SCMPP), terhadap kawasan lingkungan di sekitarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan Eksekutif Mahasiswa Sebelas Maret ikut mengadvokasi warga Jatirejo yang terdampak PLTSa Putri Cempo. Menteri Aksi Kreatif dan Propaganda BEM UNS, Rafi Ichsan, mengatakan warga Jatirejo yang berada di sekitar PLTSa mengeluhkan dampak negatif setelah lokasi pembangkit listrik itu beroperasi. "Keluhan mereka disampaikan kepada pemerintah Kota Solo dua pekan lalu," kata Rafi saat dihubungi, Selasa, 29 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat menyampaikan keluhan kepada pemerintah daerah, warga didampingi perwakilan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Tengah (Jateng) dan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (BEM UNS), serta BEM Fakultas Hukum (FH) UNS.
Adapun pembangkit listrik yang diberi nama PLTSa Surakarta itu diresmikan operasionalnya oleh Gibran Rakabuming Raka pada Senin, 30 Oktober 2023. Saat itu, Gibran masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. Acara peresmian PLTSa kala itu turut dihadiri perwakilan enam bupati di wilayah Solo Raya, yakni Karanganyar, Sukoharjo, Sragen, Boyolali, Klaten, dan Wonogiri.
Rafi mengatakan dampak negatif yang dirasakan warga Jatirejo di antaranya polusi udara hingga menyebabkan sesak nafas, kebisingan suara, pencemaran limbah abu padat hitam hingga limbah cair yang menyebabkan banyak tumbuhan mati. Walhi Jawa Tengah, kata dia, juga telah memberikan perhatian terhadap pencemaran tersebut dan meninjau ke lokasi.
"Dari peninjauan oleh Walhi Jateng itu diketahui bahwa pengelolaan limbah dari operasionalisasi PLTSa masih kurang baik sehingga menimbulkan banyak dampak negatif tersebut ke masyarakat," kata dia.
Adapun menurut Asisten Pembangunan Ekonomi Sekretaris Daerah (Setda) Solo, Gatot Sutanto, Pemerintah Kota Solo telah menindaklanjuti keluhan yang disampaikan oleh warga Jatirejo mengenai PT SCMPP. Pemerintah kota memfasilitasi pertemuan antara warga dengan perusahaan yang menaungi PLTSa Putri Cempo itu.
Menurut dia, PT PCSMPP saat ini telah memperbaiki pengelolaan limbah. "Warga waktu itu nuntutnya kan selain karena adanya gangguan juga ada yang dikeluhkan, juga ingin ada rembugan. Tadi sudah dicoba dan memang salah satunya komunikasi," ujarnya saat diwawancarai wartawan seusai pertemuan pada Senin, 28 Oktober 2024.
Ia mengatakan limbah cair berupa air kondensat yang sebelumnya luber hingga mengalir ke sungai sudah ditanggulangi dengan membuat tampungan berukuran lebih besar. "PT SCMPP juga telah menanam bambu di area pembuangan limbah padat dan mengganti alat berat penyebab sampah berterbangan," tuturnya.
Menurut Gatot, PT SCMPP baru memasuki tahap awal pengelolaan PLTSa Putri Cempo sehingga masih memerlukan waktu untuk menyempurnakan operasionalnya. Agar warga mengetahui informasi terbaru terkait operasional PLTSa, kata dia, pihak PT SCMPP menawarkan pertemuan sebulan sekali.
"Perlu banyak perbaikan termasuk misalnya penyekat debu, perubahan alat-alat dari yang menimbulkan debu menjadi tidak, termasuk penggantian alat yang tidak menimbulkan kebisingan," kata dia.
Ia mengatakan saat ini sudah terbuka komunikasi. Bahkan perusahaan menawarkan setiap bulan ada pertemuan. "Karena kalau tidak ada komunikasi kan saling memperkirakan sendiri," lanjut Gatot.
Salah seorang warga yang mewakili Ketua Paguyuban Pemulung Putri Cempo, Karni, menuturkan pihaknya baru pertama kali melakukan pertemuan dengan pihak PT SCMPP. Dalam pertemuan itu, kata dia, PT SCMPP mengaku telah menjawab tuntutan warga dengan melakukan penanganan limbah cair dan padat hasil operasional PLTSA.
"Katanya sudah, yang limbah cair dibuatkan kotak besar. Limbah padat warna hitam itu dijual laku katanya," papar dia.
Karni menyebut bahwa PT SCMPP juga berinisiatif mengajak warga untuk tur melihat proses operasional PLTSa. PT PT SCMPP juga menawarkan adanya pertemuan sebulan sekali dengan warga. "Katanya besok ada pertemuan kami bisa lihat -lihat. Mungkin bulan depan tak keliling-keliling biar tahu," kata dia.
Sementara itu Warga Jatirejo, Slamet menyebut bahwa tuntutan untuk bertemu dengan pihak PT SCMPP sudah terealisasi. Untuk selanjutnya, pihaknya akan memantau tindak lanjut dari PT SCMPP.
"Nanti kalau ada agenda pertemuan kita lihat sebulan ke depan tindak nyata dari PT seperti apa nanti bisa kami simpulkan pas ada pertemuan," tutup dia.
Sementara dari pihak Pengelola PLTSA Putri Cempo atau PT SCMPP belum memberikan pernyataan. Wartawan yang hendak mewawancarai harus membuat janji bertemu terlebih dulu dengan Direktur Utama.