SEBENARNYA bukan hanya rencana buku matematika yang ditangguhkan pencetakannya. Ada 17 rencana buku yang diajukan ke BP3K - termasuk delapan rencana buku matematika itu - yang merupakan perbaikan dari buku yang kini dipakai. Dan 17 rencana buku itu, September tahun lalu sudah dikritik Harsja. Waktu itu Harsja mengatakan, masih "banyak ketidakseragaman penulisan istilah," masih "banyak istilah asing yang bisa diIndonesiakan." Juga disinggung oleh Ketua BP3K itu, "nama-nama orang asing kadang-kadang ditulis tidak lengkap." Yang seru, banyak kalimat panjang yang maksudnya tidak jelas. Harsja memang tak menyebutkan contoh-contoh. Tapi bila hasil kerja tim itu ternyata ditolak Harsja lagi, Desember 1983, karena memang tidak mudah menyusun buku teks yang baik. Contoh soal, yakni buku-buku teks dari Departemen P & K yang kini dipakai di SD dan sekolah lanjutan. Dalam buku Manusia dan Lingkungannya I, untuk kelas IV SD, pada halaman 36 disebutkan pencipta balon pertama adalah Von Zeppelin. Tapi pada halaman berikut, 37, disebutkan pencipta pesawat terbang adalah Wright. Nah, Wright yang mana? Seharusnya disebutkan dua bersaudara Wright. yakni Orville Wright dan Wilbur Wright. Sebab, setidaknya ada Wright lain, Frank Lloyd Wright, arsitek kenamaan. Bahkan dalam buku Bahasa Indonesia 6A, halaman 41 ada kalimat yang tak membentuk makna. "Lambat laun terjadilah perkampungan antara penduduk kampung satu dengan penduduk kampung lamnya merasa saling membutuhkan. Apakah "perkampungan" itu, dan siapa yang "saling membutuhkan," tak jelas. Padahal, masalahnya hanyalah tanda koma antara "perkampungan" dan "antara" hilang. Barangkali itu sebabnya, Ibu Anidar, guru di SDN 80, Padang, terpaksa lebih banyak berbahasa Minang bila mengajarkan matematika. Agar, murid-murid lebih bisa memahaminya, katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini