Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Percayakah Anda bahwa kaburnya Adrian Waworuntu semata-mata karena kelalaian Polri?(15-22 Oktober 2004) | ||
Ya | ||
58,04% | 184 | |
Tidak | ||
39,43% | 125 | |
Tidak tahu | ||
2,52% | 8 | |
Total | 100% | 317 |
Pekan-pekan ini polisi disibukkan urusan kaburnya tersangka kasus pembobolan Bank BNI yang merugikan negara Rp 1,7 triliun, Adrian Herling Waworuntu. Sejumlah perwira polisi bahkan dituding berkomplot membiarkan Adrian meninggalkan Indonesia. Salah satu yang diperiksa adalah Direktur II Ekonomi Khusus Brigjen Polisi Samuel Ismoko. Polisi berbintang satu ini dituduh menerima uang dari Adrian US$ 20 ribu (sekitar Rp 180 juta) ketika pergi ke Bangkok, Thailand, akhir tahun lalu.
Dugaan ada penyuapan terhadap Ismoko bermula dari pernyataan Rudi Sutopo, salah satu tersangka kasus BNI. Rudi bercerita bahwa Adrian pernah meminjam uang kepadanya, dan ketika ditanya, Adrian menjawab bahwa uang tersebut untuk uang saku Ismoko ke Bangkok. Namun tim penyidik Mabes Polri menyatakan tidak menemukan indikasi penyuapan terhadap Ismoko dan jajarannya. Beberapa saat kemudian, Kepala Kepolisian RI, Da’i Bachtiar, memindahkan Ismoko menjadi Kepala Biro Pembinaan Operasi Polri. ”Dia dimutasi bukan karena terkait dengan isu suap, tapi karena tidak cakap,” kata Inspektur Jenderal Polisi Paiman, Kepala Hubungan Masyarakat Kepolisian RI, Kamis pekan lalu.
Sebagian besar responden yang mengikuti jejak pendapat Tempo Interaktif mempercayai kaburnya Adrian semata-mata karena kelalaian polisi. Seperti yang dikatakan Zukran dari Jakarta, ”Polisi RI pasti sudah profesional.” Meskipun demikian, jumlah yang tidak percaya bahwa kaburnya Adrian karena kelalaian polisi juga lumayan besar. Hampir 40 persen responden menduga ada apa-apa di balik kasus ini. Menurut Bero, responden Jakarta, polisi Indonesia adalah polisi yang cerdas dan cakap di bidangnya, yang tidak akan lalai menjaga Adrian Waworuntu. ”Satu hal yang memungkinkan Adrian kabur adalah polisi sendiri.”
Indikator Pekan Ini: Dalam pidato pertamanya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan program 100 hari pertama merupakan salah satu dari tiga agenda penting dalam pemerintahannya. Dua agenda lain, kata Yudhoyono, adalah rekonsiliasi proses transisi dan proses alih jabatan dari pemerintahan lama (pemerintahan Megawati) ke pemerintahan baru dan penyusunan kabinet 2004-2009. Struktur kabinet Indonesia Bersatu sudah terbentuk. Jumlah pembantu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini lebih banyak dibanding Kabinet Megawati, yakni 35 menteri dan satu pejabat negara setingkat menteri. Pro dan kontra terhadap sejumlah menteri mewarnai pelantikan kabinet. Nama-nama yang diusung SBY tidak semuanya diterima masyarakat. Presiden Yudhoyono mengatakan bahwa munculnya pro-kontra atau kesangsian terhadap para menteri Kabinet Indonesia Bersatu harus dijadikan cambuk untuk bekerja lebih baik. ”Kita harus menjawabnya dengan kerja dan karya yang nyata,” kata Presiden. Yakinkah Anda, Kabinet Indonesia Bersatu dapat bekerja efektif dalam waktu seratus hari? Pendapat Anda kami tunggu di www.tempointeraktif.com |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo