Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Alonzo di jakarta

Auro alonzo, 40, perancang terkenal filipina, ikut menjadi juri lomba perancang mode 1979. namanya terkenal di dunia barat, memperoleh camel internasional award di italia. (ils)

13 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEUSAI lomba Perancang Mode 1979, sambil menunggu keputusan Juri' tampil pameran pakaian karya-karya perancang yang sudah kebeken. Iwan Tirta dengan batik-batiknya, Prayudi dengan polkadots yang kabarnya habis dibeli orang (rata-rata harga baju Prayudi sekitar Rp 75.000-Rp 100.000) dan yang mengagumkan ialah karya perancang Filipina terkenal, Auro Alonzo. Ketiganya menjadi juri lomba tersebut di samping Irma Hadisurya dan Ursulla Quarello. Alonzo sejak kecil secara isengiseng senang membuatkan sketsa baju saudara-saudara perempuannya. Biarpun dia dilahirkan di sebuah desa nelayan miskin, Citarasanya tidak pernah punah akan keindahan. Ketika usianya mencapai 20 tahun, Alonzo mulai terkenal tetapi masih dalam lingkungan kalangannya saja. Tahun 1975, pria yang berusia sekitar 40-an ini namanya meroket di negeri Barat ketika dia berhasil memperoleh Camel International Award di Italia untuk baute couture. Setelah itu, berbagai medali dan penghargaan bagaikan tertumpah di pangkuannya. Kini sebagian besar waktunya dihabiskan di kota-kota besar dengan gelimangan karya-karyanya. Guntingan karya Alonzo sederhana. Tetapi dia begitu trampil dalam menyulap kain georgette, sutera atau chif: fon yang lembut dan feminin itu menjadi sebuah baju yang harganya bisa mencapai AS$ 1.000 (minimum) sampai AS$ 25.000. Karyanya bisa digolongkan sebagai hasil karya kerajinan tangan, karena dia tidak setuju bahan baju yang lemas itu digilas oleh jarum mesin jahit. Distudionya, selalu berkumpul orang-orang yang begitu ahli memainkan jarum dan benang lewat tangan. Dengan untaian pailletjes, mutiara (tiruan) dengan motif yang indah, Alonzo seakan seorang Midas yang mengubah wanita yang mengenakan gaunnya menjadi emas: wanita mempesona. Tak pelak lagi, langganannya adalah mereka yang mempunyai nama Ratu Sirikit, Farah Diba (ketika suaminya masih berkuasa), Ratu Fabiola atau Imelda Marcos. Biasanya, dia menangani langganan ini secara pribadi. Busana untuk Imelda Marcos misalnya akan digunting secara berlainan dengan busana untuk Ratu Fabiola. "Juga saya harus tahu," kata Alonzo, "untuk acara apa baju itu akan dipakai." Raja perancang mode dari Filipina ini juga menangani kaum pria. Barong Tagalog yang dijadikan baju nasional Filipina, kalau disainnya sudah ditangani Alonzo, harganya jadi melambung ke langit. Untuk tahun-tahun terakhir ini, nama Alonzo bahkan populer di Timur Tengah. Ciptaannya tentu saja tidak dilewatkan oleh wanita-wanita Timur Tengah yang sedang banjir minyak. Juga ciptaan Alonzo cocok untuk alam di sana. Ketika dia akan kembali ke Manila Alonzo masih sempat beramal. Kepada Pia Alisjahbana dia menyumbangkan satu baju untuk Yayasan Sekar Mlatti. Oleh Pia baju itu kemudian dilotre di kalangan yang lebih kecil dan setiap peserta diwajibkan membayar "cuma" AS$50. Dan siapa di Indonesia yang beruntung mendapatkan baju ciptaan Alonzo ? Amati sajalah setiap cara kaum hartawan di Jakarta, nanti anda tahu siapa dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus