Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Dari Redaksi

Anugerah adam malik

Ed zoelverdi menerima anugerah adam malik. ed tak pernah belajar formal sebagai fotografer. mengawali kariernya sebagai fotografer di harian kami th 1967. pernah jadi juri pemilihan foto maj. asiaweek.

1 Agustus 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI bulan Juli TEMPO banyak jadi berita. Malah ada yang peliputannya lebih panjang ketimbang berita tenggelamnya kapal Tampomas sebuah malapetaka tingkat nasional, lho. Kami sendiri ada kabar kecil: Redaktur Foto Ed Zoelverdi dapat anugerah Adam Malik. Di TEMPO, Ed, 44 tahun, dikenal sebagai "pegawai tinggi". Ed memang orang terjangkung di kantor kami: tinggi 182 cm dan berat 70 kg. Tentang jabatannya, barangkali ia satu-satunya karyawan yang hampir tak bergerak dari posnya. Ia memang pernah menjadi penanggung jawab rubrik Pokok & Tokoh dan Daerah, tapi kemudian ditarik lagi untuk mengurus foto. Di dunia fotografi, terutama foto berita, barangkali Ed pernah Anda lihat memotret pada sebuah acara di Istana Negara atau di mana saja bersama sejumlah fotografer lainnya (Ed gampang dikenali, karena selain jangkung, ia selalu memakai baju lengan panjang). Ia selalu pingin dengan hasil yang cocok dengan majalah ini. Rahasianya "Waktu jadi tukang lay out, ane suka kritik foto orang," pengakuan Ed dalam buku Apa & Siapa 1985-1986 terbitan PT Pustaka Grafitipers. Lelaki berdarah Minangkabau yang sangat doyan rendang ini, di awal Orde Baru, adalah pelaksana tata letak harian KAMI, Jakarta, dan merasa penasaran untuk mencoba memotret. Latar belakang Ed sebelum menjadi Mat Kodak (yang kemudian menjadi judul bukunya, Mat Kodak, Melihat untuk Sejuta Mata) tak cuma sebagai penata letak. Ia juga pernah menekuni pelajaran melukis yang diberikan oleh Pelukis Nashar dan Oesman Effendi di Balai Budaya, Jakarta, pada 1959 -- yang, kata Ed, pengetahuan yang banyak membentuk dirinya sebagai Mat Kodak. Sebagai fotografer, ia memang tak pernah belajar secara formal. "Teori itu lahir dari pengalamannya," katanya. Ed mengawali kariernya sebagai fotografer di harian KAMI, di tahun 1967, bermula dari tustel pinjaman Rais Abin (kini: Duta Besar Indonesia untuk Singapura). Selang setahun, ia sudah berhasil membeli sebuah kamera bekas. Kemudian kepandaiannya bertambah dengan keterampilan mencuci film dan mencetak foto sendiri. Tahun 1985, ia menjadi juri pemilihan foto terbaik majalah Asiaweek terbitan Hong Kong, dan kemudian diundang untuk mengsi buku Salute to Singapore, bersama sejumlah fotografer terkenal di dunia. Di samping itu, ia juga suka memberi ceramah mengenai fotografi di berbagai tempat. Prestasi Ed itu rupanya diam-diam diperhatikan oleh juri Anugerah Adam Malik. Maka. ia terpilih sebagai salah seorang penerima Anugerah untuk 1987. "Pertimbangan lain," guyon seorang menteri kepada Ed dalam acara penyampaian Anugerah Adam Malik, minggu lalu, "Anda tidak keluar dari TEMPO".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus