Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

Nasib Paus yang Terdampar

Mengapa paus kelaparan dan mendapat serangan jantung?

24 April 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ketika Paus Pilot Terdampar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LEBIH dari 50 paus pilot mati terdampar di Pantai Modung, Bangkalan, Madura, Jawa Timur, pertengahan Februari lalu. Hasil tim investigasi tim Kementerian Kelautan dan Perikanan mengumumkan pada 12 April 2021 bahwa penyebab kematian paus-paus itu adalah kelaparan dan gangguan pernapasan serta jantung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fenomena matinya paus pilot di Indonesia bukan kali ini saja terjadi. Artikel majalah Tempo edisi 21 September 1985 berjudul “Ramai-ramai Bunuh Diri di Pantai Bali” mereportase bagaimana paus pilot terdampar di Bali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Semua sudah mati dibantai” ujar Tas’an, penuh sesal. Kalau saja diberi tahu lebih cepat, ia tak akan menjumpai ujung pesta pembantaian 86 paus pilot yang terdampar di Pantai Selabih, Kabupaten Tabanan, 55 kilometer sebelah barat Denpasar.

Tas’an, ahli mamalia air dari Gelanggang Samudra Ancol, Jakarta, diberi tahu lewat telepon, siang hari, 5 September lalu, kabar tentang terdamparnya puluhan paus pilot di Selabih. Pada hari itu juga, ia langsung terbang ke Bali. Tapi ia sampai di Selabih hampir tengah malam. Jangankan ikan paus utuh, tulang-tulangnya pun ternyata sudah punah. 

Pantai berpasir hitam dan berbatu karang itu cuma menyuguhkan bercak darah, serpihan daging, dan isi perut. “Padahal jenis mamalia ini bisa tahan 36 jam di daratan,” ucap Tas’an. 

Petang itu, 4 September, sehari sebelum Tas’an tiba, Pan Budi, 45 tahun, terkejut melihat dua ikan besar sekali di alur Sungai Selabih. Ia kemudian memanggil teman-temannya. Ikan berkulit abu-abu tua dengan moncong tumpul itu dicoba didorong ke bibir pantai. Sia-sia. Ikan bergeming kalau cuma diangkat tiga-empat orang.

Denyut napasnya makin turun, sedangkan tubuhnya menjadi luka-luka karena terkena batu karang ketika ditarik, sementara malam mulai tiba. Ternyata bukan dua ikan saja yang mengalami nasib nahas seperti itu.

Di sepanjang 1 kilometer pantai yang berangin kencang itu, keesokan harinya ditemukan 86 paus tergeletak tanpa daya. Pantai Selabih yang biasanya sepi pun kemudian ramai dikunjungi orang. Makin siang, makin banyak orang datang.

Perbekel (kepala desa) Wayan Kayantara, yang kebetulan mempunyai hobi ngebrik, melapor kepada Bupati Tabanan, Dinas Perikanan, dan pejabat kepolisian setempat. Menghadapi paus yang panjangnya 3-6 meter dengan berat rata-rata 500 kilogram itu, Bupati Tabanan Sugianto merasa kewalahan. Ia berpikir, bagaimana kalau ikan-ikan itu membusuk, dan lingkungan tercemar.

Akhirnya, dia mengizinkan siapa pun memanfaatkan ikan itu dengan membayar Rp 8.000 per ekor. Nelayan Selabih, yang kebetulan sedang mengalami paceklik, juga penduduk dari banjar-banjar lain, memanfaatkan kesempatan ini. Paus pun dipotong-potong. “Indonesia adalah daerah lintasan paus,” kata Tas’an.

Binatang yang hidup berkelompok ini diduga tinggal beberapa ratus ekor saja kini. “Saya kira navigasinya kacau,” ujar Tas'an ketika ditanyai mengapa pilot-pilot itu terdampar. Apalagi di tepi pantai, navigasinya makin tidak keruan. “Sebab, paus biasa berada di tempat dalam,” dia menambahkan. 

Mereka akhirnya, entah kenapa, “bunuh diri” beramai-ramai. Untuk Bali, kejadian ini merupakan yang kedua. Pada 1979, sejumlah lumba-lumba (Delphinidae) juga terdampar di Pantai Kedonganan, Kabupaten Badung, 13 kilometer dari selatan Denpasar.

Dan, seperti kejadian sekarang, lokasi terdamparnya ikan-ikan di Kedonganan itu pun di pantai yang dekat stasiun telekomunikasi microwave. “Selalu kandas dekat stasiun microwave,” tutur Tas’an, yang menduga-duga apakah gelombang stasiun pemancar ini berpengaruh terhadap radar si pilot.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus