Slamet Abdul Syukur, 67 tahun
KIPRAH Slamet Abdul Syukur di belantara musik tak bisa diabaikan, bahkan sebaliknya: perlu ditandai. Terbukti, pemerintah Prancis merasa perlu memberikan perhargaan Chevalier de l’Ordre des Arts et des Lettres buat komponis musik kontemporer ini. Penghargaan itu akan diberikan di Kedutaan Besar Prancis di Jakarta, 24 Oktober mendatang.
Di dunia seni dan sastra, penghargaan Chevalier cukup bergengsi. Sebelumnya, sastrawan Pramoedya Ananta Toer dan aktris Christine Hakim memperoleh penghargaan yang sama. Salah satu komponis dunia yang pernah menerima anugerah itu adalah Philip Glass, tokoh musik minimalis asal New York, Amerika Serikat.
Selama ini, Slamet telah menghasilkan karya berharga di dunia musik. ”Karya-karyanya telah memberikan pencerahan bagi pemikiran manusia,” kata Isaac de Croizand, Atase Kebudayaan Kedutaan Prancis di Jakarta.
Sebagai komponis, Slamet telah menciptakan lebih dari 100 komposisi. Karyanya antara lain Ketut Candu, Jakarta 450 Tahun, dan Daun Pulus. Tidak semua kreasinya laku di pasar. Karena itu, Slamet pernah memproduksi dengan kocek pribadi cakram padat yang berisi komposisi antara lain Ji-Lala Ji (1989), Uwek-Uwek (1992), Svara (1978), dan Yu-Taha (1997).
Seniman kelahiran Surabaya ini sebelumnya memperoleh lima penghargaan dari luar negeri. Salah satunya Millennium Hall of Fame dari American Biographical Institute, Amerika Serikat, pada 1998. Slamet juga pernah tinggal di Prancis lebih dari 10 tahun, antara lain untuk kuliah di Konservatorium Musik Nasional Paris dan melakukan konser di berbagai kota di Eropa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini