Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Dari Redaksi

Reportase Dari Yerusalem

Wartawan Tempo di Paris, Sapta Adiguna, 29, mengunjungi perkampungan Palestina di daerah pendudukan Israel. Ia mengunjungi kota Yerusalem dan menyumbangkan laporan hasil reportasenya di wilayah itu.

26 November 1988 | 00.00 WIB

Reportase Dari Yerusalem
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
PALESTINA adalah cerita panjang. Bisa menarik tapi bisa membosankan. Agar tak membosankan, kami mengirim wartawan kami di Paris, Sapta Adiguna, untuk mengunjungi perkampungan kaum Palestina di wilayah yang kini diduduki Israel. Sejak akhir bulan lalu, selama beberapa hari, ia sempat merekam kehidupan bangsa Palestina di kawasan kota tua Yerusalem dan sekitarnya. Perkampungan di sebelah timur Yerusalem, kata Sapta, benar-benar kelihatan sebagai kota tua. Tembok kelabu yang berliku-liku seperti labirin dan kehidupan masyarakat kumuh menjadi pemandangan mencolok di permukiman orang Palestina itu. Orang Palestina rata-rata kelihatan angker dan suka mencurigai orang lain. Ketika Sapta masuk ke tengah perkampungan Palestina, anak-anak kecil yang tengah riang bertiba-tiba menghentikan suka-citanya ketika melihat Sapta membidikkan kamera. Belakangan ia tahu, bangsa Palestina itu gampang curiga, jangan-jangan wartawan yang datang itu ternyata mata-mata Israel. Setelah ia memperkenalkan diri dari Indonesia, ada beberapa orang yang mau mengerti. Namun, mereka tetap tidak mau menyambut dengan ramah. "Saya berterima kasih, Indonesia mendukung gerakan kami. Tapi jangan di forum internasional saja. Tolong kirimi obat-obatan dan senjata," kata seorang Palestina yang menemuinya. Ia juga sempat melihat Yerusalem Barat, yang penuh gedung-gedung menjulang tinggi, tempat permukiman orang Yahudi Israel. Keadaan jauh berbeda dengan tempat kaum Palestina yang serba miskin dan menderita. Sebagian besar orang Palestina menjadi pedagang kaki lima. Mereka berjualan di pinggir jalan. Ada yang berjualan rokok, film, pakaian loak. "Mereka suka memaksa orang untuk membeli dagangannya," kata Sapta. Untuk tulisan Palestina pekan ini, Sapta menyumbangkan laporan hasil reportasenya di wilayah itu. Juga, suasana perkampungan orang-orang Arab itu sekitar proklamasi kemerdekaan dikirimnya ke Jakarta. Belum semua yang dicatat dan dilaporkannya bisa kami tulis selengkapnya. Ketika kami menyiapkan cerita panjang dari sana mendadak berita dari Pakistan dirasa lebih hangat: Benazir menang pemilu. Bagi Sapta, 29 tahun, kunjungannya ke kota tua Yerusalem dan mengunjungi perkampungan Palestina itu merupakan perjalanan jurnalistiknya yang pertama ke luar Eropa sejak bergabung dengan TEMPO sebagai koresponden di Paris 1985. Selama ini ia lebih banyak menyumbangkan laporan hasil wawancaranya dengan tokoh-tokoh seperti bekas Presiden Iran Bani Sadr, Menlu kelompok Mujahiddin Hamid Bokai, petenis terkenal Mat Wilander dan John McEnroe. Ia juga mewawancarai tokoh pantomin, Marcel Marceau, sebelum ke Indonesia tempo hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus