Pada 12 Januari 1992, sekitar pukul 20.30, siaran TVRI terganggu dan tidak bisa siaran lebih kurang selama satu jam. Setelah itu, TVRI baru bisa mengudara lagi. Kemudian, sang penyiar mohon maaf karena studio TVRI Pusat mengalami gangguan listrik. Apakah TVRI Pusat tidak mempunyai generatorset untuk menanggulangi masalah tradisional itu? Padahal, bioskop-bioskop di daerah saja sudah punya sarana untuk mengatasi gangguan listrik tersebut. Karena mereka tidak ingin mengecewakan penontonnya. Acara dilanjutkan kembali. Pada akhir acara "Dunia dalam Berita", penyiar mengatakan bahwa setelah acara "Berita Terakhir" akan ditayangkan sebuah film cerita lepas, yang sudah disebutkan judulnya. Namun, apa yang terjadi? Ternyata, setelah acara "Berita Terakhir", penyiar mohon maaf karena satu dan lain hal, film cerita lepas tidak bisa ditayangkan. Weleh, weleh, di mana letak perhatian TVRI terhadap perasaan penontonnya? Hal seperti itu bukan sekali dua kali dilakukan TVRI, tapi sudah sering. Karena siarannya disela oleh acara-acara yang tak terduga, TVRI membatalkan janji acaranya. Menurut saya, untuk meningkatkan profesionalisme sebuah media elektronik, seperti TVRI itu, soal-soal kepuasan para penonton dan kesigapan petugas -- dalam menangani masalah-masalah yang menghambat siaran -- tidak bisa diabaikan. FERRY INDRAPRATAMA Jalan Jenderal Sudirman 265 Ciamis 46215 Jawa Barat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini