Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Si tua penghuni immanuel

Dibuat tahun 1840 mulai dipakai di jakarta th 1843 gert oost dari utrecht mengadakan konser orgel. akan diperbaiki dengan biaya yang cukup besar.

1 Maret 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MALAM itu, kursi Gereja Immanuel, Jakarta, tidak seluruhnya penuh. Walaupun konser orgel Dr. Gert Oost -- dosen Musikologi Universitas Utrecht --diselenggarakan tanpa bayaran. Tetapi yang hadir, cukup puas disuguhi 8 buah lagu klasik dengan tambahan sebuah lagu Indonesia, Syukur, ciptaan Dr. Liberty Manik. Orgel tua yang telah berusia 140 tahun di gereja itu tentu saja memegang peranan utama dalam konser itu. Para penonton hampir tak percaya bahwa alat musik itu sedang dalam keadaan rusak. Orgel (orang Inggris menyebutnya organ) adalah salah satu alat musik kuno. Pembuatnya yang pertama adalah seorang Yunani bernama Ctesibius di Kota Alexandria, Mesir, sekitar abad ke III Sebelum Masehi. Di Indonesia, banyak terdapat orgel tua yang telah berusia di atas 100 tahun. Biasanya ditempatkan di gereja-gereja. Di Jakarta saja, ada 5 buah orgel. Di Gereja Sion (biasa dipanggil Gereja Portugis) dibuat pada abad XVII, di Gereja Kathedral, Gereja Paulus, susteran Santa Maria dan Gereja Immanuel. Dari semua orgel kuno (berusia 100 tahun ke atas), hanya yang di Gereja Immanuel saja yang masih agak lengkap. Malahan masih menunaikan tugasnya, paling tidak pada 5 kebaktian di hari Minggu. Orgel pabrik Fa. J. Batz di Utrecht, Belanda, ini dibuat tahun 1840. Sampai di Jakarta dan mulai dipakai tahun 1843. Pipanya yang berjumlah 1.100 buah itu terbuat dari timah hitam dan putih, dan terbagi atas 16 suara. Tinggi orgel ini kurang lebih 12 meter, panjang 9 meter, lebar 2 meter dan menjadi pusat perhatian utama di dalam gedung yang berbentuk bulat (dome) itu. Panjang pipanya mulai dari 10 meter sampai yang cuma 2 cm berkerangka kayu mahoni coklat. Dewasa ini, "hanya 80% saja yang masih orisinal," kata Gerst Oost, 38 tahun. 8« Oktaf Sejak Februari Gerst Oost khusus datang ke Indonesia untuk melaras orgel ini. Dalam keadaan rusak seperti sekarang, orgel ini hanya bisa mencapai nada 4« oktaf. Diharapkan kalau kondisinya pulih, bisa mencapai 8« oktaf. "Kerusakan orgel ini cukup parah," kata Gerst Oost, "kalau didiamkan 5 sampai 10 tahun lagi, sudah pasti tidak tertolong lagi." Bersama H.A. van Dop dari Yayasan Musik Gerejani DGI, Oost telah menyelidiki beberapa orgel yang ada di Jakarta. "Tapi kebanyakan rusak dan tidak bermutu tinggi," kata van Dop. Yang paling lumayan dan bisa dibikin betul serta bermutu orgel di Immanuel inilah. Tambah van Dop: "Hanya beberapa nada terompetnya tidak berbunyi karena ada bangkai tikus." Di seluruh dunia, orgel keluaran pabrik Batz hanya ada dua buah yang dibuat pada tahun 1840/1841. Yang sebuah lagi ada di Paramaibo, Suriname. Pabriknya sendiri sejak 1900 telah tutup. Orgel Immanuel akan dipugar selama 6 bulan. Konon akan menelan biaya sebanyak Rp 45 juta, dan jumlah itu didapat dari dana Yayasan Pangeran Bernhard. Beberapa onderdil telah dipesan dari Fa. Flentrop, Zaandam, Belanda Sebelum Gerst Oost mengadakan konser orgel 11 Februari lalu, bersama van Dop dan beberapa pencinta orgel, telah mengutak-utik orgel ini selama seminggu agar suaranya bisa dilaraskan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus