MALAM itu, kursi Gereja Immanuel, Jakarta, tidak seluruhnya
penuh. Walaupun konser orgel Dr. Gert Oost -- dosen Musikologi
Universitas Utrecht --diselenggarakan tanpa bayaran. Tetapi yang
hadir, cukup puas disuguhi 8 buah lagu klasik dengan tambahan
sebuah lagu Indonesia, Syukur, ciptaan Dr. Liberty Manik.
Orgel tua yang telah berusia 140 tahun di gereja itu tentu saja
memegang peranan utama dalam konser itu. Para penonton hampir
tak percaya bahwa alat musik itu sedang dalam keadaan rusak.
Orgel (orang Inggris menyebutnya organ) adalah salah satu alat
musik kuno. Pembuatnya yang pertama adalah seorang Yunani
bernama Ctesibius di Kota Alexandria, Mesir, sekitar abad ke III
Sebelum Masehi. Di Indonesia, banyak terdapat orgel tua yang
telah berusia di atas 100 tahun. Biasanya ditempatkan di
gereja-gereja. Di Jakarta saja, ada 5 buah orgel. Di Gereja Sion
(biasa dipanggil Gereja Portugis) dibuat pada abad XVII, di
Gereja Kathedral, Gereja Paulus, susteran Santa Maria dan Gereja
Immanuel.
Dari semua orgel kuno (berusia 100 tahun ke atas), hanya yang di
Gereja Immanuel saja yang masih agak lengkap. Malahan masih
menunaikan tugasnya, paling tidak pada 5 kebaktian di hari
Minggu. Orgel pabrik Fa. J. Batz di Utrecht, Belanda, ini dibuat
tahun 1840. Sampai di Jakarta dan mulai dipakai tahun 1843.
Pipanya yang berjumlah 1.100 buah itu terbuat dari timah hitam
dan putih, dan terbagi atas 16 suara. Tinggi orgel ini kurang
lebih 12 meter, panjang 9 meter, lebar 2 meter dan menjadi pusat
perhatian utama di dalam gedung yang berbentuk bulat (dome) itu.
Panjang pipanya mulai dari 10 meter sampai yang cuma 2 cm
berkerangka kayu mahoni coklat. Dewasa ini, "hanya 80% saja yang
masih orisinal," kata Gerst Oost, 38 tahun.
8« Oktaf
Sejak Februari Gerst Oost khusus datang ke Indonesia untuk
melaras orgel ini. Dalam keadaan rusak seperti sekarang, orgel
ini hanya bisa mencapai nada 4« oktaf. Diharapkan kalau
kondisinya pulih, bisa mencapai 8« oktaf. "Kerusakan orgel ini
cukup parah," kata Gerst Oost, "kalau didiamkan 5 sampai 10
tahun lagi, sudah pasti tidak tertolong lagi." Bersama H.A. van
Dop dari Yayasan Musik Gerejani DGI, Oost telah menyelidiki
beberapa orgel yang ada di Jakarta. "Tapi kebanyakan rusak dan
tidak bermutu tinggi," kata van Dop. Yang paling lumayan dan
bisa dibikin betul serta bermutu orgel di Immanuel inilah.
Tambah van Dop: "Hanya beberapa nada terompetnya tidak berbunyi
karena ada bangkai tikus."
Di seluruh dunia, orgel keluaran pabrik Batz hanya ada dua buah
yang dibuat pada tahun 1840/1841. Yang sebuah lagi ada di
Paramaibo, Suriname. Pabriknya sendiri sejak 1900 telah tutup.
Orgel Immanuel akan dipugar selama 6 bulan. Konon akan menelan
biaya sebanyak Rp 45 juta, dan jumlah itu didapat dari dana
Yayasan Pangeran Bernhard. Beberapa onderdil telah dipesan dari
Fa. Flentrop, Zaandam, Belanda Sebelum Gerst Oost mengadakan
konser orgel 11 Februari lalu, bersama van Dop dan beberapa
pencinta orgel, telah mengutak-utik orgel ini selama seminggu
agar suaranya bisa dilaraskan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini