Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Anda, tepatkah komposisi profesional (60 persen) dan politikus (40 persen) dalam kabinet SBY-JK? (8-15 Oktober 2004) | ||
Ya | ||
63.46% | 66 | |
Tidak | ||
31.73% | 33 | |
Tidak tahu | ||
4.81% | 5 | |
Total | 100% | 104 |
Presiden dan wakil presiden terpilih, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla pekan lalu sudah mulai memanggil para calon menteri. Sejumlah nama sudah disebut. Mereka diajak berdialog secara langsung untuk mengetahui konsep, visi, dan misi mereka seandainya terpilih. Ia berharap bisa mempertajam fungsi dan misi kabinet sesuai dengan agenda dan prioritas pemerintahan lima tahun ke depan.
Yudhoyono mengatakan, menteri kabinet yang akan membantunya nanti haruslah memenuhi tiga kriteria, yakni memiliki kapasitas, integritas, dan dedikasi. Susunan kabinet nanti akan mempertimbangkan keseimbangan unsur partai dan profesional. ?Kira-kira 40 persen diisi orang-orang partai politik, 60 persen kalangan profesional,? kata Yudhoyono.
Responden yang mengikuti jajak pendapat ini sebagian besar menilai komposisi kabinet SBY sudah tepat. Mayoritas res-ponden setuju dengan komposisi kabinet yang ditetapkan SBY. Meski begitu, Suromenggolo, responden Solo, menilai porsi 40 persen terlalu besar untuk partai. ?Mengapa masih harus ada menteri dari parpol pendukung Koalisi Kerakyatan? Bagi-bagi kue kemenangan atau sekadar membalas jasa?? ujarnya.
Indikator Pekan Ini:Pembobol Bank Negara Indonesia Rp 1,7 triliun Adrian Herling Waworuntu kabur. Di tengah proses hukum yang hampir selesai?sebagian tertuduh sudah divonis?ia menghilang dan kini diduga berada di Amerika Serikat. Adrian yang membobol Bank BNI dengan modus letter of credit (L/C) palsu bisa lolos dari jerat polisi?kendati sudah dicekal?berkat surat keterangan sakit dari seorang dokter di Kotamobagu, Sulawesi Utara. Surat itu terbukti palsu. Adrian buron setelah tim penyidik kepolisian menerima pemberitahuan dari Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta bahwa berkas penyidikan sudah lengkap. Tim penyidik Markas Besar Polri diminta menyerahkan Adrian dan seluruh berkas penyidikan ke kejaksaan untuk memasuki tahap penuntutan pada 22 September lalu. Wakil Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri Irjen Pol. Dadang Garnida mengaku lalai dengan kaburnya Adrian. ?Bukan kecolongan, tapi kelalaian. Jujur saya katakan, apakah kita terlalu percaya atau kita yang dibohongi,? kata Dadang. Saat ini, Markas Besar Polri telah membentuk empat tim untuk mencari buron tersebut. ?Tim ditugaskan menyebar untuk menangkap Adrian,? kata Direktur II Ekonomi Khusus Brigjen Pol. Samuel Ismoko. Ismoko sendiri diduga menerima suap US$ 20 ribu (setara Rp 180 juta) dari Adrian. Uang itu kabarnya diserahkan ke Ismoko sebagai uang saku perjalanan dinas ke Bangkok, Thailand, pada Desember 2003. Hal ini berdasarkan pengakuan Rudi Sutopo, terdakwa kasus BNI kepada salah satu media nasional. Namun, Ismoko membantah. Jumat pekan lalu, Ismoko diperiksa berkaitan dengan tuduhan itu. Percayakah Anda, kaburnya Adrian Waworontu semata-mata karena kelalaian Polri? Kami tunggu pendapat Anda mengenai hal itu di www.tempointeraktif.com |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo