Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Surat

SAYA Bambang Heru Prasetyo, berusia 63 tahun. Saya adalah salah satu contoh dari orang yang tidak miskin menurut kriteria Badan Pusat Statistik

29 April 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mohon Bantuan Pembaca Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAYA Bambang Heru Prasetyo, berusia 63 tahun. Saya adalah salah satu contoh dari orang yang tidak miskin menurut kriteria Badan Pusat Statistik, tapi dimiskinkan karena kehilangan kesempatan untuk bisa lebih produktif sehingga bisa menafkahi anak dan istri. Karena tidak memenuhi kriteria, saya tidak memiliki fasilitas apa pun yang diberikan pemerintah, seperti Kartu Indonesia Pintar untuk anak saya atau fasilitas lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saya mengalami kecelakaan sehingga saya cacat di sisa hidup saya sekarang, walau keinginan untuk lebih produktif masih ada. Saya masih memiliki seorang anak gadis yang sekarang duduk di bangku sekolah menengah atas, dan saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk membiayainya. Saya hanya ingin berjualan jajanan/kue pasar. Karena sudah mentok, saya memberanikan diri menulis surat ini ke majalah Tempo. Adakah pembaca majalah Tempo yang bisa membantu?

Bambang Heru Prasetyo
Sleman, Yogyakarta
0818-0427-5515

Untuk Menteri Pendidikan

SAYA mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknologi Indonesia STIE Nasional Indonesia (STTI-STIENI) di Jalan Matraman, Jakarta Timur. Saya seharusnya sudah semester VI saat ini karena mendaftar kuliah pada September 2015. Saya baru tahu kampus saya masuk daftar kampus yang perlu ditinjau ulang karena beberapa hal. Dari informasi yang saya kumpulkan, kampus terdaftar aktif, tapi Jurusan Teknik Arsitektur dan Sipil nonaktif. Semua nama mahasiswa Fakultas Teknik dan Ekonomi tidak terdaftar.

Kami beberapa kali menggelar rapat internal dengan Badan Eksekutif Mahasiswa, teman- teman himpunan, juga dengan para petinggi kampus untuk meminta kejelasan mengenai hal yang kami mulai khawatirkan. Beberapa hasil rapat kami dengan petinggi kampus membuahkan harapan. Kampus akan memproses akreditasi dan pengaktifan Jurusan Teknik Sipil dan Arsitektur, menambah dosen tetap, lalu meng-input nama-nama mahasiswa. Proses selesai pada September 2017.

Saya memutuskan cuti kuliah selama satu semester dan melihat perkembangan. Suatu ketika, saya dikabari bahwa kami akan dipindahkan ke kampus Universitas Jakarta tanpa perlu mengulang kuliah dari awal. Namun Unija memutuskan kami harus mengulang dari awal. Sekarang STTI sedang membuat kesepakatan agar kami tak harus mengulang kuliah.

Adakah solusi dari Dinas Pendidikan dan Kementerian Pendidikan untuk kami, 200 mahasiswa yang statusnya tidak jelas? Empat tahun bukan waktu sebentar. Kami hanya ingin mendapatkan kejelasan dan keadilan.

Mahasiswa STTI
Nama dan alamat ada pada redaksi

Kecewa Home Credit

SAYA pertama kali tahu ada perusahaan bernama Home Credit ketika saya mencicil televisi layar datar pada Januari 2016. Pertengahan Maret lalu, saya membutuhkan dana cepat untuk suatu urusan, saya mendapat panggilan telepon dari seorang perempuan yang mengabarkan bahwa saya mendapat kredit multiguna. Kami setuju melakukan percakapan esoknya.

Nona sales meminta data lengkap, nomor kartu tanda penduduk, nama dan nomor telepon kerabat selain suami, serta nomor rekening. Proses pengambilan/pemberian data terjadi dalam kira-kira tiga kali percakapan telepon, semua dalam satu hari. Ketika akhirnya saya akan segera dikirimi kontrak, nona sales menuntun saya agar tidak lupa untuk segera mengirim tanda tangan digital. Saya mulai tersentak.

Semua data saya ada pada seseorang yang tidak pernah saya jumpai, tidak tahu namanya, dan tidak tahu kesahihan cara kerjanya ataupun perusahaan tempat dia bekerja. Maka saya meminta petugas itu menahan proses berkas saya dan saya akan menyambangi kantor Home Credit. Dalam perjalanan pulang bekerja, saya melihat pesan di telepon seluler bahwa pengajuan kredit saya ditolak karena ada berkas yang tidak bisa divalidasi. Penolakan itu disampaikan dalam kurun sekian menit seusai percakapan telepon saya dengan nona sales, seolah-olah verifikasi data bisa dilakukan dalam lima menit.

Di kantor Home Credit di Gedung Oleos Satu, Jalan T.B. Simatupang, Jakarta, saya dilayani dua petugas yang mengatakan permohonan kredit ditolak tanpa alasan karena rahasia. Di lobi gedung, saya menelepon customer care yang mengatakan kredit saya ditolak tanpa alasan yang bisa disebutkan. Dua hari kemudian, petugas memberi tahu bahwa alasan kredit ditolak adalah saya tercatat di Bank Indonesia tengah mengambil kredit yang belum lunas. Saya mengatakan data itu tidak benar.

Esoknya malah ada informasi lagi bahwa saya punya kredit di Maybank. Sejak membeli televisi, saya tidak mengambil fasilitas kredit di mana pun. Saya bahkan bukan nasabah Maybank Indonesia Finance. Saya minta Home Credit menghapus berkas atas nama saya. Saya menolak menjadi pelanggan Anda.

Debra H. Yatim
Cinangka, Sawangan


Ralat

Album di halaman 12 majalah Tempo edisi 23-29 April 2018 tidak menyebutkan siapa yang menobatkan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan Terbaik 2018. Penobatan ini dilakukan oleh majalah FinanceAsia.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus