JARINGAN televisi terbesar di Jepang, NHK, Selasa malam pekan lalu sampai dua kali menampilkan sampul depan Majalah TEMPO. "TEMPO, majalah berita mingguan terkemuka di Indonesia, pada penerbitan hari ini menurunkan laporanutama tentang jugun ianfu. Dan menurut berita majalah TEMPO itu, ternyata ada pula wanita Belanda yang dipaksa menjadi jugun ianfu." Begitu kira-kira ucapan penyiar televisi milik pemerintah Jepang itu, setelah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Sampul depan TEMPO berupa gambar barisan pasukan Dai Nippon di bawah bendera Matahari Terbit, dilengkapi sketsa wanita berkimono, disemprotkan kepada jutaan pemirsa televisi itu. Jugun ianfu, para wanita yang digunakan sebagai penghibur tentara Dai Nippon, memang menjadi berita menarik setelah Perdana Menteri Jepang Kiichi Miyazawamenyebut-nyebut mereka akan memberikan ganti rugi untuk kasus jugun ianfu. Karena itulah, agaknya, selain oleh NHK, berita TEMPO itu dikutip pula oleh koran Jepang Asahi Shimbun, edisi sore di hari yang sama. Setelah itu, Seiichi Okawa, kepala biro TEMPO di Tokyo, mendapat pekerjaan ekstra. Dia "diburu" oleh sejumlah wartawan Jepang. Telepon di kantor biroTEMPO di Distrik Shinjuku, Tokyo, tak henti-hentinya berdering. "Repot juga,"kata Okawa. Ide cerita utama ini memang datang dari Okawa, seorang warga negara Jepang. Padahal, cerita ini bisa ditafsirkan menjelek- jelekkan Jepang, karenamembongkar perlakuan kejam militer negeri itu kepada para wanita, yang terdiri dari wanita Korea, Taiwan, juga Indonesia. Kok, Okawa tega? "Itu kenyataansejarah namanya, yang tak dapat dihapus oleh siapa pun," ujar Seiichi Okawa. Usaha membongkar kenyataan sejarah yang dilakukan generasi tua, menurut Okawa, memang amat menyedihkan, tapi itu diperlukan untuk pelajaran generasi muda. Dan Okawa melakukan kerja keras untuk melengkapi laporan ini. Selain melakukan berbagai riset, ia juga melakukan sejumlah wawancara, antara lain dengan seorang bekas kapten Jepang yang bertugas di Ambon. Kapten itumengungkapkan betapa sejumlah wanita Indonesia dipaksa untuk menjadi jugun ianfu. Sementara itu, koresponden TEMPO di Amsterdam, Asbari Nurpatria Khrisna, berhasil melengkapi laporan ini dengan bahan-bahan eksklusif dariarsip nasional Belanda. Di situ, ia temukan berita acara pemeriksaan terhadap seorang letnan jenderal Jepang di Jakarta. Sang jenderal bersama sejumlah perwira Jepang lainnya terbukti memaksa puluhan wanita Belanda di Indonesia untuk menjadi jugun ianfu. Para wanita itu diambil dari kamp tawanan, lalu dipaksa melayani serdadu Jepang. Tentu saja ini berita baru, karena sebelumnya wanita Belanda tidak disebut-sebut sebagai korban. Dan ini rupanya menarik NHK dan korankoran Jepang. Sebagaimana biasa, tulisan TEMPO adalah hasil dari sebuah kerja sama. Selain Okawa dan Asbari, para reporter TEMPO di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Ujungpandang, dan Manado, dikerahkan untuk melengkapi bahan-bahan tadi. Phil M. Sulu di Manado, misalnya, berhasil menemui salah seorang korban yang kini menetap di sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini