Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Wanita Soko Guru Bangsa

11 Juli 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wanita adalah soko guru bangsa. Nabi Muhammad pun pernah bersabda bahwa suatu negara akan baik dan besar jika para wanitanya adalah wanita teladan dan pilihan.

Pada masa pemerintahan Orde Baru berkuasa, PDI pimpinan Megawati Soekarnoputri, yang selalu direcoki, saat ini, pada masa pemerintahan transisi B.J. Habibie, oleh pejabat pemerintah dan beberapa partai berasaskan Islam dipojokkan oleh isu figur wanita Megawati Soekarnoputri.

Tapi ternyata isu itu kontraproduktif karena PDI Perjuangan dalam hasil sementara perhitungan nasional mampu memimpin perolehan suara. Isu kepemimpinan wanita itu semakin berkembang dengan pernyataan terang-terangan dari orang-orang yang memiliki kekuasaan. Dalam Islam wanita tidak diperbolehkan menjadi ”pemimpin”. Sebagian masyarakat pun beranggapan bahwa hal itu juga menunjukan bahwa wanita tidak diperbolehkan menjadi pemimpin negara (presiden). Menurut saya, sikap itu tidak benar.

Dalam Islam wanita tidak boleh menjadi imam (pemimpin) dalam menjalankan ibadah salat berjamaah, mungkin dikarenakan keadaan kodrat wanita yang kadang dalam keadaan (maaf) menstruasi. Begitu pula dalam konteks keluarga bahwa pimpinan dalam sebuah keluarga adalah ayah, yang merupakan kewajibannya untuk melindungi dan memberi nafkah keluarganya, karena adanya pertalian darah dalam keluarga.

Akan tetapi, dalam keadaan tertentu, misalnya jamaah semuanya wanita atau ada laki-laki yang belum balig, yang masih perlu bimbingan, wanita dapat menjadi imam. Islam sendiri adalah agama yang diturunkan untuk kebaikan seluruh alam, bagi setiap umat manusia, dan juga agama yang universal, tidak terbatas oleh waktu. Allah yang Mahabijaksana tidaklah akan mempersulit hamba-Nya dengan aturan-aturan yang ada. Islam adalah agama yang luwes, positif, dan tentu dapat mengikuti perkembangangan zaman selama hal itu tidak menimbulkan angkara dan dosa. Selain itu, Allah tidak membeda-bedakan hamba-Nya berdasarkan apa pun kecuali amalan hidupnya.

Munculnya isu tentang presiden wanita saya percaya akan ditanggapi oleh umat Islam secara rasional. Benazir Bhutto dari Pakistan pernah memimpin negaranya yang berasas Islam. Mungkinkah rakyat Pakistan lebih dapat berpikiran terbuka, maju, serta lebih mampu menghargai hak asasi manusia dalam memandang sisi wanita?

Saya menyayangkan pernyataan Ibu Tuty Alawiyah (Menteri Negara Peranan Wanita) dalam sebuah siaran televisi Sabtu pagi, 12 Juni 1999, yang menyebut Megawati tidak layak menjadi calon presiden karena tidak pernah tampil dalam debat calon presiden. Alasan yang dicari-cari karena pemimpin Ibu Tuty sendiri pun (B.J. Habibie) tidak pernah tampil dalam debat.

Secara jujur bagaimana pendapat Ibu Tuty sendiri dan masyarakat luas akan kepemimpinanya dalam memimpin? Apakah ada perbedaannya sosok seorang wanita Megawati Soekarnoputri dengan wanita Prof. Justika Baharsyah, Menteri Sosial, serta sosok Tuty Alawiyah yang tentu juga membawahkan pegawai kaum pria?

Mari kita buktikan bersama, mudah-mudahan bangsa Indonesia pada akhirnya benar-benar mendapat presiden terpilih yang diridoi Allah, yang mampu membawa bangsa ini ke kejayaan.

SUDIHARTONO
Jalan Nagan Lor KP III/63B
Yogyakarta 55132

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus