Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perubahan iklim dan bencana alam menjadi dua tantangan yang harus dihadapi manusia modern. Bencana alam seolah terasa semakin sering terjadi. Ada yang menyebut, perubahan iklim menjadi salah satu penyebab semakin seringnya terjadinya bencana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain bencana alam seperti gempa bumi, gunung erupsi, tsunami dan sebagainya memiliki dampak perusakan yang merugikan kehidupa, banjir dan longsor seperti makin sering terjadi karena tata kelola lahan yang serampangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun jika ditelaah kembali, kita mungkin lebih setuju bahwa kerusakan alam dan lingkungan yang disebabkan oleh manusia lebih parah imbasnya terhadap alam. Sebut saja, global warming atau pemanasan global yang terjadi saat ini tak lain dan tak bukan adalah disebabkan oleh kelakuan manusia.
Manusia jorjoran membuang karbon dioksida ke alam, semenjak revolusi industri yang semuanya serba mesin yang dihidupkan dengan bahan bakar minyak, menghasilkan sisa pembakaran yang bisa merusak lapisan berharga pelindung bumi, ozon.
Alam berbaik hati mengurangi kelimpahan karbon dioksida lewat tumbuhan dan menukarnya dengan oksigen. Tapi memang dasarnya tidak punya rasa terima kasih, hutan penyedia pohon sebagai paru-paru dunia pun dibabat habis atas nama pembangunan. Jadi, setujukah Anda jika manusialah penyebab kerusakan lingkungan di bumi ini?
Banyak pula disebutkan dalam al quran perihal larangan membuat kerusakan di muka bumi, seperti difirmankan Allah dalam alquran Surah al-‘Araf ayat 56;
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.”
Allah SWT melarang manusia membuat kerusakan bumi dalam bentuk apa pun karena akan berakibat merugikan dan mendatangkan bencana alam bagi semua makhluk hidup termasuk manusia itu sendiri.
Ada beberapa riwayat yang menceritakan tentang cara Rasulullah SAW menjaga lingkungan, yang bisa kita teladani sebagai umatnya.
1. Melarang pencemaran lingkungan
“Jauhilah tiga perilaku terlaknat; buang kotoran di sumber air, di pinggir jalan, dan di bawah naungan pohon.” (HR Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah).
2. Menghilangkan segala bahaya di jalan dan melarang duduk-duduk di pinggir jalan
“Janganlah kalian duduk-duduk di pinggir jalan.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana kalau terpaksa untuk duduk dan mengobrol?” Rasulullah menjawab, “Bila terpaksa, maka tunaikan semua hak jalan.” Mereka bertanya, “Apa haknya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Menundukkan pandangan mata, menjauhkan bahaya, menjawab salam, amar makruf dan nahi mungkar.” (HR Bukhari dan Muslim).
3. Kebersihan lingkungan
Dalam salah satu hadir riwayat Abu Daud, Ahmad dan Ibn Majah, Rasulullah Saw bersabda: “Jauhilah perilaku laknat; membuang kotoran di sumber air, di pinggir jalan, dan di bawah naungan pohon.”
4. Penghijauan
“Tidaklah seorang Muslim menanam pohon kecuali buah yang dimakannya menjadi sedekah, yang dicuri sedekah, yang dimakan binatang buas adalah sedekah, yang dimakan burung adalah sedekah, dan tidak diambil seseorang kecuali menjadi sedekah.” (HR Muslim dan Ahmad).
Dalam hadis lain disebutkan: “Barang siapa yang menghidupkan lahan mati, baginya pahala. Dan semua yang dimakan burung dan binatang menjadi sedekah baginya.” (HR An-Nasai, Ibnu Hibban dan Ahmad).
5. Hemat energi
Suatu hari, Rasulullah melewati Sa’ad sedang berwudu dan banyak menggunakan air. Beliau mengkritik, “Mengapa boros wahai Sa’ad?” Sa’ad menjawab, “Apakah ada pemborosan air dalam wudu?” Rasul menjawab, “Ya, walaupun kamu berada di sungai yang mengalir.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad).
Rasulullah SAW pada 15 abad yang lalu telah menuntun kita untuk ramah terhadap lingkungan dan alam. Dengan petunjuk itu manusia seharusnya siap dan mampu menekan laju perubahan iklim yang semakin cepat saat ini.
HENDRIK KHOIRUL MUHID