Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo - Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menyebut potensi zakat fitrah yang dibayarkan oleh muslim di Indonesia mencapai 350 ribu ton beras. Dari angka itu, hanya sebagian kecil yang dikelola oleh badan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Baznas,Irfan Syauqi Beik, menyebut selama ini penyaluran zakat fitrah banyak ditangani oleh lembaga-lembaga di daerah, termasuk masjid. “Pengelolaannya sudah cukup baik,” katanya saat ditemui di Karanganyar pada Senin, 13 Mei 2019.
Pengelolaan yang sudah cukup baik membuat Baznas tidak akan mengintervensi penyaluran zakat fitrah yang dilakukan menjelang lebaran. “Lagi pula kami lebih fokus menangani zakat mal,” katanya.
Seperti tahun lalu, misalnya, Baznas hanya menerima dan menyalurkan zakat fitrah sebesar 100 ton. Sebagian besar berasal dari para Warga Negara Indonesia yang tinggal di luar negeri. “Mereka ingin menyalurkan zakatnya di Indonesia,” katanya.
Zakat fitrah yang dikelola oleh Baznas disalurkan melalui Unit Pelaksana Zakat yang ada di Masjid Istiqlal, Jakarta. Sebagian juga disaluran langsung ke beberapa daerah yang tertimpa bencana alam.
Potensi zakat fitrah cukup besar mengingat Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Dengan potensi sebesar 350 ribu ton beras, jika tiap muslim membayar zakat 2,5 kilogram, maka terdapat 140 juta jiwa yang membayar zakat fitrah tiap tahun.
Pembayaran zakat fitrah juga berdampak pada bergairahnya produk pertanian di Indonesia. Meski banyak masyarakat yang membayar zakat dalam bentuk uang, Baznas membelanjakannya dalam bentuk beras. “Beras yang digunakan merupakan produksi dari petani kita,” kata Irfan.