Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Alasan BRIN Menyasar Kalimantan untuk Ekspedisi Biodiversitas 5 Tahun ke Depan

BRIN berfokus meneliti biodiversitas di Kalimantan pada 3-5 tahun ke depan. Ekspedisi panjang itu juga menjadi peluang sekolah bagi calon taksonom,

1 Maret 2024 | 18.46 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suasana Kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bayu Adjie, ekspedisi biodiversitas oleh lembaganya akan difokuskan ke Kalimantan. Penelitian menunjukkan bahwa data biodiversitas di Borneo—sebutan Kalimantan di dunia internasional—lebih minim. dibandingkan dengan daerah yang berada di garis wallace, seperti, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Garis hipotetis itu memisahkan wilayah geografi hewan Asia dan Australasia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Karena itu adalah garis perbatasan dan kita memiliki pulau terbesar Kalimantan. Di sana ternyata masih sangat jarang riset-riset biodiversity. Makanya kita coba fokus (ke Kalimantan) dalam 3-5 tahun ke depan," ujar Bayu melalui keterangan tertulis, Kamis, 29 Februari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bayu menekankan pentingnya mendokumentasikan biodiversitas Kalimantan melalui ekspedisi ini. Hasil ekspekdisi diharapkan menjadi dasar bagi riset taksonomi selanjutnya.

Salah satu tantangan terbesar dalam riset biodiversitas di Indonesia adalah kurangnya sumber daya manusia dan anggaran. Untuk itu, BRIN berkomitmen melibatkan generasi muda dalam penelitian biodiversitas dengan program manajemen talenta seperti Degree by Research (DBR).

Dalam rencana ekspedisi tersebut, kata Bayu, BRIN berencana menyekolahkan 20 orang talenta muda per tahun untuk menjadi seorang taksonom, baik itu S1 atau S2. Lembaga riset nasional ini juga akan menyediakan beasiswa penuh hingga para calon taksonom itu lulus S3.

BRIN juga menyiapkan platform dan pendanaan untuk mendukung riset dasar maupun terapan dalam bidang keanekaragaman hayati. Bidang yang didukung seperti bioteknologi molekuler, rekayasa genetika, dan lainnya. Dia memastikan penelitian dasar itu bukan untuk mencari benefit. "Itu pentingnya negara hadir,” tutur Bayu.

Kesempatan belajar itu tidak hanya ditawarkan kepada pegawai BRIN, tetapi kepada semua warga negara Indonesia yang berpotensi mengembangkan bidang keanekaragaman hayati. Langkah ini diklaim sebagai upaya menjaga dan memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara berkelanjutan.

Penemuan 49 Taksa Baru Flora dan Fauna

Sepanjang 2023, peneliti BRIN berhasil menemukan 49 taksa baru. Penemuan fauna mendominasi dengan jumlah temuan 1 marga, 38 spesies, dan 2 subspesies. Sisanya adalah flora, sebanyak 7 spesies, dan mikroorganisme 1 spesies.

Dengan penemuan 49 taksa baru, Indonesia dipastikan menjadi surga bagi penelitian biodiversitas. Penemuan spesies baru kini menjadi menjadi salah satu prioritas utama BRIN. Meskipun hanya dianggap sebagai bagian kecil dari cakupan riset biosistematika dan evolusi, taksa baru memiliki dampak besar dalam penilaian biodiversitas serta menarik perhatian publik dan media massa.

 

 

 

Irsyan Hasyim

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus