Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

3 Bahan Alami Penghadang COVID-19 versi Peneliti Indonesia

Berikut ini bahan-bahan alami tersebut dan penjelasan selengkapnya tentang bagaimana mereka dianggap bisa menjegal virus corona COVID-19

14 Maret 2020 | 20.54 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Satu lagi bahan alami ditawarkan peneliti Indonesia sebagai penghadang serangan infeksi penyakit virus corona 2019 alias COVID-19, yakni jambu biji daging merah. Opsi ini disodorkan tim peneliti gabungan, multidisiplin, Universitas Indonesia dan IPB University.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jambu biji menambah daftar bahan alami ataupun herbal yang sebelumnya juga disebut bisa untuk melawan virus corona yakni propolis dan empon-empon. Mereka disebut memiliki senyawa protein maupun zat aktif yang tak ramah virus. Satu di antaranya bahkan diklaim bisa bikin virus corona COVID-19 tergelincir saat menginfeksi sel di paru-paru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Satu hal yang memembuat ketiganya sama adalah belum ada uji klinis yang dilakukan. Berikut ini bahan-bahan alami tersebut dan penjelasan selengkapnya tentang bagaimana mereka dianggap bisa menjegal COVID-19, virus corona penyebab pneumonia akut, itu mewabah di Indonesia.

JAMBU BIJI DAGING MERAH

Riset gabungan peneliti Universitas Indonesia dan IPB University menyebut senyawa protein pada daging jambu ini paling cocok untuk menghambat virus patogen, termasuk virus corona. Mereka menggunakan metode penelitian bioinformatika yang memanfaatkan basisdata milik Laboratorium Komputasi Biomedik dan Rancangan Obat Fakultas Farmasi UI.

Ilustrasi jambu biji. Unsplash.com/Gregory Culmer

Basisdata yang tersusun dari 1.377 senyawa herbal itu kemudian dipetakan dan hasilnya dikonfirmasi menggunakan metode pemodelan molekuler untuk dievaluasi aktivitas anti virusnya. Pekerjaan itu memakan waktu seminggu.

Hasilnya, diperoleh beberapa golongan senyawa yang berpotensi untuk menghambat dan mencegah COVID-19 yang menginfeksi manusia. “Golongan senyawa tersebut antara lain hesperidia, rhamnetin, kaempferol, kuersetin dan myricetin yang terkandung dalam jambu biji (daging Buah Merah muda)," kata Fadilah dari Departemen Kimia Kedokteran FKUI.

Hasil penelitian yang sudah didapat diaku masih pada tahap awal dan harus dilakukan penelitian lebih lanjut, yakni uji coba pada sel, hewan dan manusia (klinis).

PROPOLIS

Peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Muhamad Sahlan, yang menyodorkan ini. Pemilik gelar doktor yang telah meneliti tentang propolis selama sembilan tahun tersebut menemukan senyawa propolis yang dihasilkan lebah Tetragonula biroi aff berpotensi menjadi penghambat alami bagi virus mematikan itu untuk bisa menginfeksi sel di paru-paru.

Bentuk dan kekentalan cairan Madu lebah Trigona SP di Peternakan Lebah Madu, Maribaya, Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat. 18 September 2014. Lebah penghasil propolis yang kaya khasiat ini tanpa sengat. TEMPO/Aditya Herlambang Putra

Rujukannya adalah penelitian yang dipublikasi Shanghai Tech University pada Januari 2020. Penelitian dari Shanghai berhasil memetakan struktur protein COVID-19 dan menemukan penyebab virus itu bisa menempel pada sel hidup (dalam hal ini paru-paru manusia). Virus menempel lalu menyuntikkan struktur genetiknya pada sel hidup tersebut untuk berkembang biak.

Untuk memutus aktivitas virus itu, tim peneliti di Shanghai mengembangkan senyawa kimia penghambat bernama N3 sebagai alternatif obat untuk infeksi COVID-19. “Yang menarik, propolis yang saya teliti memiliki sifat menghambat proses menempelnya virus terhadap sel manusia yang mirip dengan senyawa N3 itu," kata Sahlan.

Dengan menggunakan struktur model COVID-19 yang ada, Sahlan menguji senyawa-senyawa propolis yang dihasilkan lebah Tetragonula biroi aff untuk melihat apakah dapat membentuk ikatan pada virus COVID-19 yang sama seperti yang dilakukan oleh senyawa N3. Hasilnya, tiga dari sembilan senyawa yang ada di propolis asli Indonesia memiliki kekuatan menempel yang cukup baik pada virus COVID-19.

Sahlan menuturkan, bila senyawa N3 memiliki nilai -8, senyawa propoplis Sulawesins a memiliki nilai -7,9; Sulawesins b -7,6; dan deoxypodophyllotoxin -7,5. Semakin negatif nilai yang dimiliki menunjukkan semakin besar kemampuan senyawa itu menempel pada virus corona COVID-19. "Hal ini membuat virus tidak dapat menempel pada sel hidup manusia untuk kemudian berkembang biak,” ujar Sahlan.

EMPON-EMPON (CURCUMIN)

Tim peneliti di Professor Nidom Foundation (PNF) sedang menguji formula curcumin, zat aktif dalam rimpang atau empon-empon, untuk melawan patogen (virus, bakteri, dan parasit) pada hewan. Terbuka kemungkinan untuk mengujinya pula sebagai obat infeksi virus corona COVID-19 yang saat ini sedang mewabah dari Cina ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Ilustrasi teh curcumin. shutterstock.com

Harapannya, akan bisa diketahui formulasi-formulasi itu cocok dengan patogen apa. Menurut Chaerul Anwar Nidom, ini dalam rangka menyiapkan evident base (bukti ilmiah) bahwa empon-empon bisa digunakan untuk mengendalikan badai sitokin baik yang disebabkan oleh COVID-19 atau virus corona lainnya.

Nidom menyatakan riset praklinis dengan curcumin pernah dilakukannya terhadap virus corona penyebab flu burung atau yang lebih dikenal sebagai virus H5N1. Memang belum terhadap COVID-19 tapi dia yakin efektivitasnya tak berbeda. Formulasi Curcumin, seperti yang juga ada di teh putih dan cokelat yang pahit terbukti efektif menangkal virus flu burung yang menurutnya, "Keganasannya melebihi virus COVID-19 saat ini."

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus