Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Ada lagu untuk makua

Kebun binatang surabaya dalam suasana berkabung karena matinya gorilla keturunan zaire. dugaan sementara gorille mengidap penyakit agak lama. para dokter hewan meraba-raba tentang kematiannya.(ilt)

29 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RIBUAN pengunjung Kebon Binatang Surabaya lewat alat pengeras suara -- mendengar lagu pelan dan syahdu, menggugah rasa pilu. Anak-anak yang biasanya riang gembira turut terpengaruh oleh suasana berkabung itu. Seorang anak, teman setia Makua, Minggu pagi itu membawa makanan untuk gorilla itu. Ia menemukan kandangnya sudah kosong. Pada malam sebelumnya, jam 21.05, 8 Desember, Makua menghembuskan nafas terakhir dalam usia hampir 16 tahun. Semula diberitakan ia meninggal akibat serangan jantung, tapi belakangan diduga akibat berbagai komplikasi penyakit paru-paru, jantung dan radang di lambung. "Tapi kami sementara hanya bisa menduga penyakitnya," ujar drh. I Nyoman Pasek dari FKH UNAIR seperti dikutip koran Surabaya Post. Konon gorilla itu sudah lebih 2 bulan mengidap penyakit. Nyoman serta rekannya dari FKH UNAIR baru diberitahu tentang gawatnya keadaan Makua beberapa jam sebelum ia mati. "Kami tak dapat berbuat apa-apa lagi," ceritanya. Bambang Suhardjito, Sekretaris KB Surabaya, menjelaskan bahwa kebanyakan jenis kera dalam kebon itu mengidap penyakit paru-paru. Ia menduga bahwa Makua ketularan penyakit dari kera tetangganya atau dari pengunjung. Masih Diperiksa Di kebon binatang seluruh dunia memang sudah diketahui bahwa jenis kera mudah terserang berbagai penyakit paru-paru. Karena itu di beberapa kebon binatang yang mampu, kandang kera itu dilindungi oleh kaca. Drh. Moh. Munif dari bagian Patologi FKH UNAIR, menurut Surabaya Post, menyatakan bahwa akhir ini ada semacam wabah di KB Surabaya itu. Banyak binatang yang tidak sempat diselamatkan. Misalnya binatang hadiah Ho Chi Minh, ikan lumba-lumba, dan lain-lain. Tapi kesehatan binatang di situ "biasanya cuma ditangani seorang mantri," ujarnya menurut Surabaya Post. Drh. Subarkah pekan lalu dari KB itu masih tak bersedia memberikan keterangan medis mengenai kematian Makua. "Masih diperiksa di laboratorium," ujarnya kepada TEMPO. Memang sudah dilakukan autopsi atas jasad Makua. Sebetulnya penyakit paru-paru sebagai sebab utama kematiannya juga belum pasti. Sejak seminggu sudah, suhu badan Makua naik. "Kita memang tidak bisa mengukurnya, tapi menurut rabaan tangan, panas itu terasa lebih tinggi dari biasanya," cerita Bambang. Ia menduga suhu badan itu naik karena luka di tangan Makua yang tidak pernah sembuh. Obat luar yang dioleskan untuk itu selalu tidak bermanfaat karena Makua mengusap-usap tangannya di tanah. Menurut Sutikno, petugas yang merawat Makua sehari-hari, luka di tangannya sudah ada sejak gorilla itu datang di Indonesia. Mungkin karena itu pula Makua tidak pernah kelihatan riang. "Dia baru gembira kalau ada kucing di dekatnya," cerita Sutikno. Sutikno satu-satunya perawat yang akhirnya berani masuk ke kandang Makua, tapi menemukannya sudah mati. Ia menceritakan perangai Makua yang lucu. Rupanya kalau senja sudah tiba, Makua senang sekali mengintip pasangan orang utan di kandang sebelahnya sedang bercumbu. Gorilla tidak sebesar dan sekejam seperti digambarkan orang dalam film King Kong. Ketika tahun lalu Makua baru mulai menghuni KB itu, Burhanuddin, 32 tahun, berangkat sekeluarga dari Banyuwangi menuju Surabaya, khusus untuk menyaksikannya. "Saya kira seperti King Kong dalam film," katanya kemudian. "Ternyata ia hanya sedikit lebih besar dari orang utan." Namun Burhanuddin sekeluarga merasa puas dapat menyaksikan gorilla hidup. Dalam alam bebas gorilla bisa mencapai umur sekitar 35 tahun, tinggi badan 170 cm. Tinggi Makua hanya 150 cm, tapi berat badannya ketika meninggal sampai 287 kg, bahkan pernah 300 kg ketika baru tiba. Tabiat gorilla sangat tenang dan pendiam, berbeda jauh dengan kera lainnya seperti simpanse. Juga ia pemalu, dan amat tidak suka kalau ditonton, lebih-lebih waktu sedang makan. Jauh bertentangan dengan rupanya yang buas, gorilla lebih suka mengalah dan menghindar daripada menyerang, kecuali dalam keadaan terdesak. Makanannya pucuk daun, akar dan buah-buahan. Sejak sakitnya menjadi, Makua kurang berselera. "Bahkan hari Jumat dan Sabtu ia sama sekali tidak mau makan," cerita Sutikno. Tahun 1978 biaya makannya masih sekitar Rp 2.500, tapi kemudian mencapai Rp 10.000 sehari. Ini bukan karena Makua bertambah makan banyak, tapi karena harga makanan naik. Makua biasanya mulai jam 8 pagi sudah diberi sarapan dan selanjutnya hampir setiap 2 jam diberikan tambahan makanan. Menunya antara lain terdiri dari buah-buahan seperti peer Korea, apel Australia, papaya Meksiko, berbagai macam pisang termasuk yang direbus, nasi tim, wortel, sirup dan hampir 5 liter susu. Gorilla itu konon lahir di Zaire, Afrika Tengah, tahun 1964. Ia diberi nama Makua -- nama orang kebanyakan di sana seperti di sini misalnya Paiman. Ketika masih berumur 2 tahun ia diangkut dari Zaire dan ditempatkan di Kebon Binatang Blijdorp di Rotterdam. Tanggal 15 November 1978, direktur Kebon Binatang Blijdorp, Dirk van Dam menyerahkan Makua kepada Ketua Perhimpunan Kebon-Kebon Binatang Indonesia, Harsono. Sejak itu masyarakat Ja-Tim ramai datang menyaksikan gorilla pertama di Indonesia. Selama setahun pengunjungnya sudah mencapai lebih 900.000, memancing penghasilan sekitar Rp 180 juta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus