Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

AS dan Rusia Tegang di Bumi, Bagaimana di ISS di Luar Angkasa?

Soliditas kerja sama di ISS kembali diuji setelah sebelumnya berhasil melalui periode ketegangan gara-gara invasi Rusia ke Krimea.

25 Februari 2022 | 17.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) difoto oleh awak Ekspedisi 56 dari pesawat luar angkasa Soyuz setelah dibuka, 4 Oktober 2018. [NASA / Roscosmos / Handout via REUTERS]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketegangan yang semakin menjadi di Bumi setelah invasi Rusia ke Ukraina memicu kekhawatiran akan gesekan antara AS dan Rusia di luar angkasa. Keduanya bekerja sama dan telah menjadi mitra untuk periode yang panjang dalam menjaga keberlangsungan operasi Stasiun Antariksa Internasional (ISS).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk saat ini, baik NASA maupun Roscosmos mengaku kalau mereka masih berkomitmen menjaga kerja sama itu demi ISS. Seperti diketahui laboratorium yang mengorbit tersebut telah menjadi tujuan ruang angkasa utama bagi para astronot yang berasal dari Amerika, Rusia, dan negara-negara lain di seluruh dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Roscosmos dan NASA telah bekerja sama di ISS selama hampir tiga dekade. Kemitraan keduanya bahkan lebih jauh dari itu. Kedua badan antariksa berkoordinasi di bekas stasiun luar angkasa Rusia, Mir; berbagi kursi di pesawat ulang-alik NASA dan roket Soyuz Rusia; dan bahkan bekerja sama dalam proyek uji Apollo-Soyuz.

NASA dan Roscosmos juga sebelumnya tetap bekerja sama di ISS selama invasi Rusia ke Krimea pada 2014 lalu, dan bahkan setelah Rusia meledakkan satelitnya sendiri hingga menciptakan puing-puing yang mengancam ISS pada November lalu.

“Kami telah mampu membuatnya tak terusik sejauh ini,” kata Todd Harrison, Direktur Proyek Keamanan Antariksa di Pusat Studi Strategis dan Internasional, ASS. Dia menambahkan, “Dan ada nilai untuk memiliki hubungan antara AS dan Rusia seperti itu.” 

Saat ini, tujuh orang tinggal di ISS termasuk empat astronot NASA dan dua kosmonot Rusia. NASA telah menyatakan bahwa tidak ada yang berubah dengan agenda aktual di stasiun tersebut.

“NASA terus bekerja dengan State Space Corporation Roscosmos dan mitra internasional kami lainnya di Kanada, Eropa, dan Jepang untuk mempertahankan operasi Stasiun Luar Angkasa Internasional yang aman dan berkelanjutan,” kata juru bicara NASA Josh Finch dalam sebuah pernyataan beberapa jam menjelang Rusia menginvasi wilayah Ukraina yang didukung Amerika dan para sekutunya di NATO.

Menurut Finch, “NASA dan mitra internasionalnya telah mempertahankan keberadaan manusia yang berkelanjutan dan produktif di ISS selama lebih dari 21 tahun.”

Di kubu Roscosmos, Oleg Bolashev, juru bicaranya, juga mengatakan kalau pihaknya akan terus memenuhi kewajiban internasional memastikan operasional ISS. "Pekerjaan juga sedang berlangsung pada perjanjian penerbangan awak terintegrasi,” kata dia. 

Meski begitu, Makena Young, rekanan di Proyek Keamanan Aerospace di Center For Strategic & International Studies (CSIS), berpendapat ada lebih banyak pilihan bagi NASA untuk menjauhkan diri dari Roscosmos karena situasi di lapangan yang dinilainya menjadi lebih mengerikan. “Ini bukan pilihan untuk tidak berhubungan tentang ISS tapi pada dasarnya hal lain yang menurut saya bisa ditunda atau dibatalkan."

NASA dinilai berada dalam posisi yang jauh lebih genting pada 2014 lalu. Saat itu NASA baru saja mempensiunkan pesawat Ulang-alik pada 2011, dan tanpa kendaraan itu, NASA tidak memiliki cara untuk mengirim astronotnya ke luar angkasa. Jadi, selama bertahun-tahun, NASA mengandalkan roket Soyuz Rusia untuk membawa astronotnya ke dan dari ISS.

Tapi, saat ini, NASA dinilai dalam situasi yang berbeda dan karenanya dapat mengambil beberapa tindakan. Ini juga karena Roscosmos terus mengandalkan NASA untuk menjaga ISS tetap berjalan. NASA menghabiskan $3–4 miliar untuk proyek tersebut setiap tahun.

“Saya pikir adil untuk mengatakan bahwa Rusia akan kalah lebih banyak daripada kita jika kerja sama terhenti,” kata Harrison. Dia menduga bahwa ISS adalah unggulan dari program luar angkasa Rusia. “Jadi mereka akan kehilangan platform sains juga simbol status yang luar biasa sebagai negara adidaya luar angkasa jika mereka tidak memiliki ISS.”

ISS tidak akan kemana-mana dalam waktu dekat, tetapi masa depan stasiun itu masih belum terselesaikan. Pada akhir Desember, pemerintahan Biden mengumumkan niatnya untuk memperpanjang operasi ISS hingga 2030. Roscosmos telah mempertimbangkan perpanjangan serupa.

 

THE VERGE

 

 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus