SUDAH jelas ini bukan kantor jin. Tapi tamu itu sempat celingukan, sedikit merasa takut, ketika disapa suara lembut, "selamat datang," - dan tak seorang pun tampak ruang itu. Belum sempat ia berpikir yang bukan-bukan, sapaan muncul lagi, "Silakan menelepon, dan putar nomor yang anda kehendaki. Kini sang tamu tersenyum. Keringat dingin tak jadi keluar, ia pun tak lalu ambil langkah seribu meninggalkan kantor itu. Ia sedikit malu, terlambat menyadari bahwa ia masuk sebuah kantor modern yang dilengkapi dengan resepsionis robot, yang ditaruh di belakang meja resepsionis. Robot itu berwujud cewek Jepang berwajah putih bagaikan penari kabuki, tanpa mata, hidung, dan mulut, rambutnya yang berwarna merah jambu dipotong poni. Toh, sang tamu masih kaget juga, tatkala ia mengulurkan tangan hendak meraih pesawat telepon, robot itu tiba-tiba merentangkan tangan, menunjuk sebuah komputer, dan katanya, "Nomor yang Anda kehendaki bisa dicari di komputer ini." Singkat cerita, sang tamu berhasil berbicara dengan yang ia cari. Sehabis bicara di telepon, ia letakkan gagang telepon ke tempatnya, sambil memelototi sang robot jangan-jangan ada tingkahnya lagi yang bisa bikin kaget. Benar. Sambil menunjuk sebuah sofa dengan tangan kiri, robot bicara, "Kalau Anda hendak menunggu, silakan duduk di sana." Para pembaca harap maklum, laporan tersebut sedikit diubah. Sebenarnya, suara robot aslinya dalam bahasa Jepang, si tamu pun orang Jepang, karena adegan yang diceritakan berlangsung di sebuah kantor perusahaan video game di Tokyo. Terpaksa bicara si robot diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, agar Anda tak terkejut. Namun, kantor modern rupanya memang mirip rumah jin - banyak kejutannya. Sementara tamu itu menunggu di sofa sambil mengawasi robot resepsionis, ia dikejutkan sapaan - kali ini kami kutipkan sesuai dengan aslinya, "Irrasshaomase". Si tamu ternganga sambil memandangi yang mengucapkan selamat datang: sebuah robot yang kepalanya setengah bola, separuh bola yang lain tenggelam dalam badannya yang silinder. Lalu robot bermata biru itu menawarkan minuman, "Silakan ambil cangkir, Tuan." Si tamu masih ternganga, tak bergerak dari sofa. Eh, robot itu mengulangi tawarannya. Akhirnya, tamu lelaki itu merasa sungkan juga pada mahkluk hidup tanpa jiwa ini. Diambilnya sebuah cangkir di nampan yang dibawa robot. "Silakan taruh di atas cekungan nampan," kata robot itu. Ketika cangkir telah ditempatkan pada cekungan yang ada di tengah nampan, tangan kanan robot menuangkan kopi dari sebuah teko. Tak setetes kopi pun tumpah ke nampan, ini memang robot teladan. Sambutan robot bulat yang tingginya 83 cm itu tak cuma sampai di situ. "Bolehkah saya memperkenalkan diri," katanya, seraya minta kepada si tamu untuk menekan sebuah tombol di perutnya. Begitu tombol ditekan, robot itu pun berceloteh, "Nama saya QC-03 alias Kyuji-Kun. Tiga bulan saya dilatih melayani tamu oleh ibu-komputer Nes-8.400. Mohon diingat baik-baik." Kedua robot tersebut bikinan perusahaan itu sendiri. Namco, nama perusahaan video game itu, belakangan juga memproduksi robot-robot untuk bermacam keperluan. Robot Uketsuke atau robot resepsionis, dan (Kyuji-Kun atau pelayan, termasuk robot generasi pertama yang kini lagi ditawarkan ke pasaran. Hingga kini, baik Uketsuke maupun Kyuji-Kun belum ada yang naksir. "Belum satu unit pun yang terjual," ujar Yukihusa Nishimura, juru bicara Namco. Kendati demikian, Namco tak merasa produksi perdananya itu mubazir. Kedua jenis robot itu dianggap sebagai robot eksperimen. Namco tengah melakukan riset, tentang kemungkman penggunaan robot untuk tugas pelayanan umum. Bahwa belum ada perusahaan yang memerlukan robot Uketsuke dan KyujiKun, diduga lantaran para pimpinan perusahaan masih percaya bahwa tugas pelayanan umum itu menuntut kehangatan hubungan manusia. Kehangatan itu, tentu, sampai saat ini belum ditemukan dalam produk teknologi sepiawai apapun. Namco sengaja mendesain robotnya menyerupai boneka, tanpa mulut, mata, hidung, atau telinga. Jika robot dibuat mirip manusia, "Akan menimbulkan kesan ngeri, dan manusia cenderung akan membencinya," kata juru bicara Namco itu. Dan membenci sesuatu yang tldak mengganggu, cuma mengejutkan, mestinya termasuk peri laku yang tidak baik. Robot jenis resepsionis dan pelayan sulit laku, tetapi robot jenis koki ternyata laris. Kini sushi, makanan laut mentah khas Jepang dalam kepalan nasi, yang banyak digemari di Negeri Sakura itu, sebagian besar dihidangkan oleh koki-koki mesin bikinan, antara lain, Suzumo Machinery Industry (SMI). Dan karena koki jenis ini tak suka menuntut dan mogok, maka harga sushi pun bisa lebih murah. Larisnya robot koki - dalam 5 tahun belakangan ini SMI menyatakan telah menjual 6.000 generasi pertama robot koki - antara lain karena sebagian dari 49.800 restoran shusi di seluruh Jepang melayani pembeli sampal dinihari. Mau tak mau, para koki harus lembur. Syahdan, suatu hari beberapa tahun lalu, para koki sushi yang disebut itamae mogok, menuntut gaji naik. Berhasil, karena orang Jepang tak bisa hidup tanpa sushi, agaknya. Kini gaji seorang ttamae antara Rp 3 juta dan Rp 6 juta sebulan, tergantung pengalaman. Akibatnya, mudah diduga, harga sushi membubung tinggi. Akhirnya, robot itulah jawabnya. Dengan robot, biaya produksi sushi bisa ditekan. Betapa tidak, "Robo mampu bekerja empat kali lebih cepat," ujar Hideo Ishizaka, Direktur Pelaksana SMI. Dalam satu jam sebuah robot bisa membuat 1.200 buah kepalan sushi. Dalam waktu yang sama, tukang sushi dengan pengalaman 10 tahun paling hanya menghasilkan 300 buah. Sementara itu, sebuah ST-77A, seri robot sushi, sekitar Rp 22,5 juta per unit, dan bisa dipekerjakan bertahun-tahun. Belakangan ini robot sushi tambah laris saja. Seri terbaru dari SMI yang mulai dipasarkan tahun ini, ST-77GN, selama bulan Maret lalu terjual 30 buah, dengan harga Rp 75 juta per unit. ST-77GN mampu sekaligus membungkus kepalan nasi sushi dengan kertas film. Memang, ketika robot koki pertama kali diperkenalkan, para koki sushi melakukan protes. Mungkin karena kebutuhan tenaga kerja lebih besar daripada koki yang ada, akhirnya protes itu berhenti dengan sendirinya. Dan bila robot susht larls, soalnya rasa masakannya tak beda dengan masakan seorang itamae yang pintar. Bahkan "Sushi yang dibuat dengan program komputer jauh lebih enak dibandingkan buatan tangan koki," - itu menurut Ishizaka, tentu, dengan nada promosi. Jepang kini memang boleh dibilang kerajaan robot. Menurut catatan Departemen Perdagangan Internasional dan Industri (MITI) Jepang, dewasa ini tak kurang dari 100.000 unit robot dipekerjakan di sana. Jumlah itu lima kali lipat dibandingkan dengan jumlah robot di Amerika. Sekitar 95% dari robot Jepang itu dipekerjakan di industri mobil dan elektronik. Populasi robot yang tinggi di Jepang disebabkan banyak lapangan kerja yang dimasuki makhluk tanpa jiwa ini. Misalnya, tukang sapu di Jepang pun kini harus bersaing dengan robot. Perusahaan raksasa Toshiba, belum lama ini, melepaskan robot pembersih ruangan yang diberi nama auto sweepy. Dengan kecepatan gerak 20 meter per menit, robot ini mampu bekerja 10 kali lebih cepat dibandingkan seorang tukang sapu. Robot seharga Rp 125 juta itu memiliki alat pemancar dan penerima radiasi laser. Sinar laser dipancarkan ke beberapa penjuru. Pantulannya diterima sebuah sensor, dan data diolah untuk menentukan jarak dinding bangunan dari tubuh robot. Pada auto sweepy itu juga terdapat Giroskop (Gas-rate-Gyro), alat yang mendeteksi sirkulasi arus udara. Gunanya untuk mengendalikan gerak lurus. Ada pula pemancar dan penerima gelombang ultrasonik, yang berguna untuk mengenali benda-benda yang ada di depannya. Jika terdapat sebuah mejadi depannya, secara otomatis, robot ini akan berhenti dan berubah arah. Pokoknya, dia "tukang sapu" yang hati-hati dan rajin. Bahkan kini ada robot pintar main pingpong, dilahirkan oleh perusahaan Toshiba. Sistem koordinat tiga dimensi yang dikendalikan oleh komputer menyebabkan "atlet" tak punya keringat ini mampu membuat reaksi secara cepat. Bola lawan itu akan diubernya, dan dipukul balik. Keluwesan gerakan tangan robot ini dimungkinkan dengan adanya 7 motor DD (Direct Drive motor). Robot pemain pingpong itu sebuah tipe dari ARI, Assembly Robot with Intelligence, atau robot berinteligensi. "Dia mampu mengambil inisiatif pada setiap perubahan situasi," kata seorang ahli di Toshiba. Di bandingkankan robot pekerja di pabrik mobil dan robot koki, robot atlet dianggap lebih cerdas. Robot pabrik mobil hanya bisa bekerja pada keadaan yang terpola, tanpa mengalami perubahan situasi. "Makhluk" ARI ini secara fisik mempunyai ciri seperti manusla. Punya sepasang tangan dan kaki yang bisa bergerak secara luwes. Dia juga punya "mata" di kepalanya. "Mata" itu, yang oleh manusia disebut kamera, mampu menangkap obyek dalam tiga dimensi. Kepada robot-robot pintar itulah, kelak, jenis-jenis pekerjaan berisiko tinggi akan dibebankan. Pekerja di reaktor nuklir, di satuan pemadam kebakaran, atau penyelaman dasar laut. Upaya menciptakan robot cerdas itu kini tengah menjadi proyek besar di,Jepang. Badan riset milik MITI, Kogyo Gijutsu In, dalam program kerja 1983-1990, telah menghimpun dana sebesar Rp 250 milyar, dan melibatkan ahli-ahli dari 21 perusahaan besar. Proyek besar itu dinamakan Kyugoken Sagyo Robot, sekalipun riset gabungan ini belum dapat melahirkan robot cerdas yang siap turun ke lapangan, tapi 335 penemuan baru telah dihasilkan, dan telah memperoleh hak paten. Belum jelas adalah di antara Robot penemuan baru itu yang telah siap bersaing dengan manusia. Kemajuan teknologi, barangkali, tak menutup kemungkinan untuk sekali waktu melahirkan robot yang lebih pintar dari manusia sendiri. Mungkin, sebentar lagi cerita fiksi ilmiah bukan lagi cuma dongeng. Dan Anda jangan terkejut. Putut Tri Husodo (Jakarta), Seiichi Okawa (Tokyo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini