Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Basmi Satu, Lahir Seribu

13 Juni 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mark Stevens meramal serbuan bakteri Escherichia coli delapan tahun lalu. Kala itu peneliti di Institute for Animal Health, Inggris, ini mengingatkan, kemungkinan penyebaran kuman Escherichia galur 026 akan jauh lebih dahsyat ketimbang serangan bakteri itu di daerah Wishaw, Skotlandia, pada November 1996.

Escherichia galur 0157 membunuh 17 orang dan membuat lebih dari 500 orang terbaring di rumah sakit; mereka memakan daging yang tercemar bakteri ini. ”Escherichia 026 ada di sini dan kita mesti waspada,” kata Stevens ketika itu. Perkiraan Stevens sedikit meleset. Bukan ”nomor” 026 yang berulah hari ini, melainkan saudaranya yang lain, yakni Escherichia 0104:H4.

Penyakit yang dibawa ”nomor” 0104 ini jauh lebih gawat. Sebab, galur Escherichia yang satu ini sedemikian sakti, tak mempan dihajar rupa-rupa obat antibiotik. ”Saya belum pernah melihat jenis Escherichia yang seperti ini,” ujar Phillip ”Dr Kuman” Tierno, peneliti senior di Sekolah Kedokteran New York University, takjub.

Sebenarnya bukan kali ini saja muncul bakteri supersakti. Ketika antibiotik pertama, penisilin, mulai diproduksi massal pada 1943, kemunculannya disambut sukacita. Obat ini banyak menyelamatkan nyawa prajurit yang terluka dalam Perang Dunia II. Namun hanya empat tahun setelah penisilin diproduksi, lahir jenis bakteri Staphylococcus yang kebal obat itu.

Saat beberapa prajurit Amerika Serikat yang terluka dipulangkan dari penugasan di Irak pada pertengahan 2004, ternyata mereka juga membawa Acinetobacter baumannii. Bakteri ini masuk melalui luka, beredar dalam pembuluh darah, dan bisa menginfeksi organ tubuh, seperti paru-paru dan hati.

Biasanya keluarga Acinetobacter cukup dihajar antibiotik carbapenem sudah beres. Namun, belakangan, kuman ini semakin bandel. Tak lagi mempan carbapenem. Penanganan korban perang pun semakin sulit dan mahal. ”Kita perlu senjata baru untuk berperang melawan bakteri ini,” kata Joyce Johnson, Wakil Presiden Ilmu Kesehatan Batelle, seperti dikutip McClatchy-Tribune News bulan lalu.

Ada banyak faktor yang menyebabkan bakteri-bakteri superbandel ini terus bermunculan. Faktor pertama, secara alamiah bakteri membangun mekanisme pertahanan diri melawan pelbagai ancaman, termasuk dari obat-obatan. Mereka juga bisa saling bertukar gen dengan bakteri lain, melahirkan galur baru yang lebih perkasa.

Penggunaan antibiotik secara ngawur membuat pertahanan bakteri semakin kuat. Alih-alih membunuh kuman, gempuran antibiotik secara serampangan malah membuat bakteri bermutasi dan menghasilkan jenis baru yang kebal. Dari tahun ke tahun, jumlah bakteri yang kebal antibiotik ini semakin banyak. ”Dalam beberapa kasus, bisa sepuluh kali lipat,” kata Stuart Levy, Presiden Alliance for the Prudent Use of Antibiotics.

SP (Guardian, BBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus