Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MAINAN Lego nyaris tamat riwayatnya dua tahun lalu. Serbuan mainan elektronik membuat permainan menyusun balok ini kurang lagi diminati anak-anak. Bahkan, perusahaan Lego asal Denmark mencatat kerugian untuk pertama kalinya pada 1998 sejak berdiri pada 1930-an. Namun, produk baru yang diluncurkan pada 1999 berhasil kembali membalik peruntungan. Produk bernama Lego Mindstorm, Lego berteknologi tinggi, mendongkrak angka penjualan hingga 300 persen.
Dengan mainan baru ini, peminat bisa menciptakan sendiri robot-robot sesuai dengan imajinasi mereka. Itu dimungkinkan karena Lego ini dilengkapi program yang dikemas dalam CD-ROM, motor, serta sensor gerak dan cahaya. Untuk berhubungan dengan komputer sebagai pengatur program, digunakan transmiter inframerah. Bahkan, para hacker berhasil mengutak-atik kode pemrograman sehingga lahir kreasi baru yang lebih kompleks: mesin fotokopi mini serta robot yang bisa menyalak seperti anjing, memanjat tangga, dan membawakan koran pagi. Dulu, proses semacam ini hanya menjadi keahlian istimewa yang dimiliki segelintir orang.
Kaum dewasalah yang paling berminat menubruk Mindstorm. Harap maklum, bermain-main bukanlah monopoli anak-anak. Bukankah filsuf Socrates pernah menyatakan bahwa di dalam diri seorang dewasa selalu ada anak-anak yang bermain-main? ’’Mainan ini bisa menghilangkan stres dan membuat imajinasi terus menggelinding,” kata Tom Stangl, insinyur berusia 34 tahun, menjelaskan ketertarikannya. Mindstrom juga menjadi media favorit para pengajar. ’’Ada sesuatu yang mengasyikkan dari proses membuat obyek fisik bergerak,” kata Mitchel Resnick, pengajar di Massachusetts Institute of Technology.
Meskipun penggemar berat Lego baru ini kaum dewasa, itu bukan berarti anak-anak sulit memainkannya. Robotic Command Explorer (RCX) adalah program visual yang mudah dimengerti anak-anak. Dengan cara ini, anak-anak bisa mengatur sendiri kapan robot maju, berhenti, ataupun berputar-putar. Pemula yang hanya memahami kemampuan dasar bahasa pemrograman pada personal computer (PC) bisa mendesain dan membuat robot sederhana dalam waktu satu jam. Bagi peminat yang tak memiliki PC, tersedia pula produk untuk mereka.
Di Amerika Serikat, kegandrungan terhadap Mindstorm terlihat pada maraknya lomba merancang mainan ini setiap bulannya. Namun, sampai saat ini, kreasi yang tergolong paling spektakuler adalah mesin fotokopi mini yang diciptakan Anthony Fudd. Prinsip kerja mesin ini sama dengan mesin asli. Kertas master dihadapkan pada sensor cahaya: bila mengenai daerah hitam, pena pada printer akan turun dan mewarnai kertas salinan; bila mengenai daerah putih, pena terangkat. Peranti luar yang menyelundup dalam mesin ini cuma pena. Menurut Fudd, warga AS, ia memerlukan waktu 60 jam untuk menyelesaikan mesin. ’’Semua keping Lego yang dipakai fungsional. Tak ada yang dekoratif,” kata Fudd. Selain menyelesaikan mesin ini, Fudd yang berkulit hitam itu telah berhasil membuat robot-robot lain sehingga namanya masuk dalam Mindstorm’s Hall of Fame.
Hadirnya Mindstorm juga menegaskan kembali reputasi Lego di bisnis mainan. Lego memang punya sejarah panjang. Industri yang kini meraksasa ini sebetulnya bermula pada usaha kecil saja. Perintisnya adalah tukang kayu bernama Ole Kirk Christiansen dan anak lelakinya bernama Godtfred, pada 1930-an, di Billund, kota kecil di Denmark. Saat itu, plastik belum hadir, sehingga pelbagai mainan produk mereka murni dari kayu. Nama Lego dipilih karena, dalam bahasa Denmark, leg godt berarti ’’bermain baik”, sementara dalam bahasa Latin bermakna ’’rangkaikan”. Lego plastik mulai digunakan pasca-Perang Dunia II. Godtfred-lah yang merancang agar tiap keping Lego yang warna-warni ini bisa digabung dengan keping yang lain dalam pelbagai kombinasi. Karena tingkat presisinya tinggi, keping generasi pertama tetap akan nyetel dengan generasi terbaru.
Yusi A. Pareanom
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo