Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Bocornya rahasia dengan saputangan

Industri farmasi di as, dow chemical co, menuduh chong kun dang co (korea selatan) telah mencuri teknologi formula rifampicin. pertikaian melibatkan beberapa negara. (ilt)

20 Maret 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH industri farmasi di AS, Dow Chemical Co. dan anak perusahaannya, Gruppo Lepetit SpA., menuntut saingannya terbesar di Korea Selatan, Chong Kun Dang Co. (CKD). Dow menuduh CKD secara ilegal telah mencuri teknologi formula Rifampicin, obat antibiotika untuk menyembuhkan penyakit TBC. Selain menuntut agar Rifampicin tidak lagi diproduksi oleh CKD, Dow juga meminta ganti rugi sebesar US$ 500.000. Akibat perbuatan GKD, Dow merasa kehilangan pasaran Rifampicin di Korea. "Kami yakin Chong Kun Dang telah membeli formula curian tersebut," kata Paul D. Brink, pengacara senior dari Dow Chemical Pacific Ltd. di Hongkong. Kpada wartawan Asian Wall Street Journal, Brink berkata lagi: "Dan mereka tahu dan sadar, bahwa itu formula curian." Perkara pertikaian inimuncul Januari lalu. lingga kini problema ini belum selesai. Brink mengakui bahwa perkara ini cukup rumit. Ada perbedaan pandangan antara pemerintah AS dan Korea entang masalah keabsahan. Meskipun kedua negara mempunyai hukum yang melindungi rahasia perdagangan, pemilikan dan sebangsanya. Rumitnya lagi (bagi Dow) CKD yang didukung oleh sederetan pejabat pemerintah Korea, menyangkal keras tuduhan Dow: Lee Young-Ho, eksekutif senior CKD memang mengakui bahwa resep pembuatan Rifampicin didapat dari sebuah perusahaan farmasi Swiss, Trifar S.A. "Rifampicin telah kami pelajari sejak 1975," ujar Lee, "sedangkan teknologinya kami kembangkan sendiri." Lee menolak keras tuduhan mencuri teknologi seperti apa yang dituntut Dow. Berkata pula Kim Keung-Lim, manajer Promosi Penjualan CKD "Bisa saja proses pembuatan kami tidak berbeda dengan Dow. Sebab kami toh mendapatkan spesifikasi awal yang sama." Bagi Dow, ribut-ribut tentang Rifampiein bukan baru sekali ini. Sekitar tahun 1970-an, Archifar SpA, sebuah perusahaan farmasi Italia, telah memproduksi tifampicin. Keributan yang kemudian timbul, berakhir dengan janji bahwa Archifar tidak lagi memproduksinya. Sampai tahun 1980, Dow berpendapat bahwa cuma ada satu perusahaan saja yang mengetahui formula obat anti TBC tersebur. Yaitu Ciba-Geigy AG dari. Swiss. Ciba-Ceigy dan Lepeit sudah mencapai persetujuan saling menukar formula dan lisensi. Tetapi Dow tampaknya kesandung batu di Korea. Karena sebuah koran telah memuat berita bahwa Menteri Kesehatan dan Masalah Sosial Korea telah menberi selamat kepada CKD atas suksesnya memproduksi obat Rijampicin. Ini berarti Korea Selatan jadi negara keempat di dunia yang telah berhasil memproduksi obat tersebut (selain AS, Swiss, Italia). Lisensi untuk produksi komersial pun kontan diberikan. sersamaan dengan itu, muncul peraturan pelarangan impor Rifampicin. Larangan inilah yang rupanya membuat Lepetit terpukul. Sebab sebelum larangan impor, penjualan Rifampicin di Korea berkisar US$ 4-5 juta. Seldin itu, Dow Chemical Co. adalah penanam modal aset terbesar di Korea Selaan, lebih dari US$ 125 juta. Mereka merasa tidak diperlakukan dengan semestinya. Lee Chang-Kee, Dirjen Masalah Obat dan Makanan Korea Selatan memberi alasan tentang pelarangan impor tersebut. Sederhana saja produksi dalam negeri perlu dilindungi. "Tetapi yang diributkan itu, masalah pemasaran atau masalah teknologi?" tanya Lee Chang-Kee. "Kalau kebetulan teknologi kami sama dengan Lepetit, mereka toh tidak ada hak paten di sini," ujar Lee dari CKD. "Mentang-mentang modalnya besar di sini, dia rnau berbuat semaunya saja. Ini 'kan tidak betul." Para pejabat Korea tetap berpendapat bahwa Dow telah membuat klaim sembarangan tanpa bukti. "Tuduhan Dow tidak etis dan telah merusak nama baik kami," kata Lee lagi. Investigasi Dow kemudian menemukan bahwa CKD telah membeli formula Rifampicin dan bakreriostariknya (unsur yang mencegah bakteri berkembangbiak selama penelitian) dari Trifar SA, sebuah prusahaan iwiss akhir 1978. Semula, CKD setuju membeli seharga US$ 3.).000. Trifar mengirim formula itu ke CKD. Pada tahap pertama, produksinya tidak memuaskan. Ini terbukti dari berbagai dokumen Trifar dalam korespondensinya dengan CKD Konsultan Trifar meneleks kembali ke Seoul. Februari 1979, Trifar sekali lagi mengirim contoh kedua. Sebelumnya, karena CKD mendapat kesulitan teknis, Lee Young-Ho dari CKD ingin bertemu muka dengan Marco Celoria dari Trifar. Pertemuan diadakan di Hotel Michelangelo, Milan, Italia. Dalam pertemuan tersebut, Lee mendesak Celoria demikian pengacara Trifar, Pierfrancesco Compana, dalam pengakuan atas sumpah --tentang usulan harga. Alasannya. pemerintahnya tidak mau membayar jumlah semula (US$ 500.000) karena proses pembuatannya belum tentu berhasil. Keduanya kemudian setuju, harga turun menjadi US$ l95.000 yang dibayar dua kali (US$ 90. 000 dalam November 1978 dan US$ 105.000 dalam Juli 1979). Saputangan Tetapi Lee Young-Ho dalam keterangan atas sumpahnya menyangkal telah membayar Trifar. "Karena teknologi yang mereka berikan tidak sebaik seperti yang kami harapkan," kata Lee, "tentu saja kami tidak mau membayarnya." Dengan demikian Lee menunjukkan bahwa perusahaannya tidak melanggar peraturan mata uang asing Korea (karena Dow menonjolkan juga hal pelanggaran devisa ini). Selain itu, menurut CKD, teknologi dari Trifar hanya sebagian saja dari penemuan Rifampicin Korea. "Kami mendapat bakteri-bakteri dari pihak lain juga," tegas Lee. Ditambahkannya pula bahwa meskipun hasilnya sama, proses sampai jadi pasti berbeda. Brink, pengacara Dow, tetap bersikeras bahwa masalahnya tidak ada sangkut paut dengan patent atau lainnya. "Tetapi melulu masalah pembelian dokumen rahasia kami lewat Trifar." Rahasia tersebut konon memang berasal dari Lepetit. Syahdan beberapa tahun lalu, seorang pegawai, sebelum menjalani pensiunnya, berpamitan dengan seantero temannya. Antara lain dla mengunjungi laboratorium juga. Di situ, pegawai tersebut menjatuhkan saputangannya ke dalam tong yang berisi zat-zat kimiawi. Ketika saputangan itu dimasukkannya kembali ke saku, tidak ada ang menduga, bahwa saar itulah terjadi penumputan bakteria, produksi istimewa (dan masih rahasia) dari perusahaan farmasi tersebut. Leperit, anak perusahaan Vow Chemical Co., baru kemudian mengeahui bahwa pegawai tersebut juga telah mencuri sejumlah dokumen. Dia menjual dokumen dan bakteriaitu bukan di Italia, Eropa, tetapi di Brazil antara lain kepada Trifar. Kini, CKD mencoba mengekspor Rifampicin tersebut, meskipun perkara pertikaian dengan Dow belum selesai. Atau tidak pernah akan bisa selesai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus