SEBUAH industri farmasi di AS, Dow Chemical Co. dan anak
perusahaannya, Gruppo Lepetit SpA., menuntut saingannya terbesar
di Korea Selatan, Chong Kun Dang Co. (CKD). Dow menuduh CKD
secara ilegal telah mencuri teknologi formula Rifampicin, obat
antibiotika untuk menyembuhkan penyakit TBC. Selain menuntut
agar Rifampicin tidak lagi diproduksi oleh CKD, Dow juga meminta
ganti rugi sebesar US$ 500.000. Akibat perbuatan GKD, Dow merasa
kehilangan pasaran Rifampicin di Korea.
"Kami yakin Chong Kun Dang telah membeli formula curian
tersebut," kata Paul D. Brink, pengacara senior dari Dow
Chemical Pacific Ltd. di Hongkong. Kpada wartawan Asian Wall
Street Journal, Brink berkata lagi: "Dan mereka tahu dan sadar,
bahwa itu formula curian." Perkara pertikaian inimuncul Januari
lalu. lingga kini problema ini belum selesai. Brink mengakui
bahwa perkara ini cukup rumit. Ada perbedaan pandangan antara
pemerintah AS dan Korea entang masalah keabsahan. Meskipun
kedua negara mempunyai hukum yang melindungi rahasia
perdagangan, pemilikan dan sebangsanya.
Rumitnya lagi (bagi Dow) CKD yang didukung oleh sederetan
pejabat pemerintah Korea, menyangkal keras tuduhan Dow: Lee
Young-Ho, eksekutif senior CKD memang mengakui bahwa resep
pembuatan Rifampicin didapat dari sebuah perusahaan farmasi
Swiss, Trifar S.A. "Rifampicin telah kami pelajari sejak 1975,"
ujar Lee, "sedangkan teknologinya kami kembangkan sendiri." Lee
menolak keras tuduhan mencuri teknologi seperti apa yang
dituntut Dow. Berkata pula Kim Keung-Lim, manajer Promosi
Penjualan CKD "Bisa saja proses pembuatan kami tidak berbeda
dengan Dow. Sebab kami toh mendapatkan spesifikasi awal yang
sama."
Bagi Dow, ribut-ribut tentang Rifampiein bukan baru sekali ini.
Sekitar tahun 1970-an, Archifar SpA, sebuah perusahaan farmasi
Italia, telah memproduksi tifampicin. Keributan yang kemudian
timbul, berakhir dengan janji bahwa Archifar tidak lagi
memproduksinya. Sampai tahun 1980, Dow berpendapat bahwa cuma
ada satu perusahaan saja yang mengetahui formula obat anti TBC
tersebur. Yaitu Ciba-Geigy AG dari. Swiss. Ciba-Ceigy dan
Lepeit sudah mencapai persetujuan saling menukar formula dan
lisensi.
Tetapi Dow tampaknya kesandung batu di Korea. Karena sebuah
koran telah memuat berita bahwa Menteri Kesehatan dan Masalah
Sosial Korea telah menberi selamat kepada CKD atas suksesnya
memproduksi obat Rijampicin. Ini berarti Korea Selatan jadi
negara keempat di dunia yang telah berhasil memproduksi obat
tersebut (selain AS, Swiss, Italia). Lisensi untuk produksi
komersial pun kontan diberikan. sersamaan dengan itu, muncul
peraturan pelarangan impor Rifampicin.
Larangan inilah yang rupanya membuat Lepetit terpukul. Sebab
sebelum larangan impor, penjualan Rifampicin di Korea berkisar
US$ 4-5 juta. Seldin itu, Dow Chemical Co. adalah penanam modal
aset terbesar di Korea Selaan, lebih dari US$ 125 juta. Mereka
merasa tidak diperlakukan dengan semestinya.
Lee Chang-Kee, Dirjen Masalah Obat dan Makanan Korea Selatan
memberi alasan tentang pelarangan impor tersebut. Sederhana saja
produksi dalam negeri perlu dilindungi. "Tetapi yang diributkan
itu, masalah pemasaran atau masalah teknologi?" tanya Lee
Chang-Kee.
"Kalau kebetulan teknologi kami sama dengan Lepetit, mereka toh
tidak ada hak paten di sini," ujar Lee dari CKD.
"Mentang-mentang modalnya besar di sini, dia rnau berbuat
semaunya saja. Ini 'kan tidak betul." Para pejabat Korea tetap
berpendapat bahwa Dow telah membuat klaim sembarangan tanpa
bukti. "Tuduhan Dow tidak etis dan telah merusak nama baik
kami," kata Lee lagi.
Investigasi Dow kemudian menemukan bahwa CKD telah membeli
formula Rifampicin dan bakreriostariknya (unsur yang mencegah
bakteri berkembangbiak selama penelitian) dari Trifar SA, sebuah
prusahaan iwiss akhir 1978. Semula, CKD setuju membeli seharga
US$ 3.).000. Trifar mengirim formula itu ke CKD. Pada tahap
pertama, produksinya tidak memuaskan. Ini terbukti dari berbagai
dokumen Trifar dalam korespondensinya dengan CKD Konsultan
Trifar meneleks kembali ke Seoul. Februari 1979, Trifar sekali
lagi mengirim contoh kedua.
Sebelumnya, karena CKD mendapat kesulitan teknis, Lee Young-Ho
dari CKD ingin bertemu muka dengan Marco Celoria dari Trifar.
Pertemuan diadakan di Hotel Michelangelo, Milan, Italia. Dalam
pertemuan tersebut, Lee mendesak Celoria demikian pengacara
Trifar, Pierfrancesco Compana, dalam pengakuan atas sumpah
--tentang usulan harga. Alasannya. pemerintahnya tidak mau
membayar jumlah semula (US$ 500.000) karena proses pembuatannya
belum tentu berhasil. Keduanya kemudian setuju, harga turun
menjadi US$ l95.000 yang dibayar dua kali (US$ 90. 000 dalam
November 1978 dan US$ 105.000 dalam Juli 1979).
Saputangan
Tetapi Lee Young-Ho dalam keterangan atas sumpahnya menyangkal
telah membayar Trifar. "Karena teknologi yang mereka berikan
tidak sebaik seperti yang kami harapkan," kata Lee, "tentu saja
kami tidak mau membayarnya." Dengan demikian Lee menunjukkan
bahwa perusahaannya tidak melanggar peraturan mata uang asing
Korea (karena Dow menonjolkan juga hal pelanggaran devisa ini).
Selain itu, menurut CKD, teknologi dari Trifar hanya sebagian
saja dari penemuan Rifampicin Korea. "Kami mendapat
bakteri-bakteri dari pihak lain juga," tegas Lee. Ditambahkannya
pula bahwa meskipun hasilnya sama, proses sampai jadi pasti
berbeda.
Brink, pengacara Dow, tetap bersikeras bahwa masalahnya tidak
ada sangkut paut dengan patent atau lainnya. "Tetapi melulu
masalah pembelian dokumen rahasia kami lewat Trifar."
Rahasia tersebut konon memang berasal dari Lepetit. Syahdan
beberapa tahun lalu, seorang pegawai, sebelum menjalani
pensiunnya, berpamitan dengan seantero temannya. Antara lain dla
mengunjungi laboratorium juga. Di situ, pegawai tersebut
menjatuhkan saputangannya ke dalam tong yang berisi zat-zat
kimiawi. Ketika saputangan itu dimasukkannya kembali ke saku,
tidak ada ang menduga, bahwa saar itulah terjadi penumputan
bakteria, produksi istimewa (dan masih rahasia) dari perusahaan
farmasi tersebut.
Leperit, anak perusahaan Vow Chemical Co., baru kemudian
mengeahui bahwa pegawai tersebut juga telah mencuri sejumlah
dokumen. Dia menjual dokumen dan bakteriaitu bukan di Italia,
Eropa, tetapi di Brazil antara lain kepada Trifar.
Kini, CKD mencoba mengekspor Rifampicin tersebut, meskipun
perkara pertikaian dengan Dow belum selesai. Atau tidak pernah
akan bisa selesai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini