Pers Malaysia sudak agak maju menerapkan laporan investigasi.
Para wartawannya belakangan ini bahkan terdorong oleh sikap PM
Dr. Mahathir Mohamad, menurut pembantu TEMPO di Kuala
lumpur, Azlan Ahmad. Laporannya.
DI kantor redaksi Berita Hanan (oplah 190.000). telepon
berdering tak henti-hentinya lebih-lebih di bagian
Pengkhidmatan Gerak Kilat (Pelayanan Kilar) Suaru hari datang
telepon dari seorang penghuni perumahan baru yang dlbangun
Perusahaan Perumahan Perbadanan Kemajuan Selangor (PKNS). Dia
memberilahukan bahwa rumah-rumah bikinan perusa haan iru tak
beruang dapur.
Yunos Alias, wartawan suratkabar Malaysia itu, segera
meninggalkan kantornya. Bersama seorang fotografer, dengan mobil
yang diserirnya sendiri, Yunos meninjau lokasi perumahan itu.
"Wah, memang benar. Rumah-rumah ini tidak berdapur," gerutunya.
"Karena tidak berdapur, Mak Cik terpaksa membuat pondok kecil di
belakangnya," keluh seorang penghuni.
Bagaimana terjadi demikian? Kenapa diluluskan pemerintah
Malaysia? bukankah ini menjengkelkan para penghuni? segitu
banyak pertanyaan timbul di kepala Yunos Alias Ternyata 200 unit
rumah di sana dengan keadaan sama. Segera Yunos melanjutkan
penelitian. Investigasi pun diadakan ke mana-mana. Hari itu juga
dia berhasil menyusun beritanya Dan dengan huruf-huruf besar
berirama muncul berjudul 200 rumah PKN tanpa dapur.
Pernah ada kasus lain. Jabatan (Departemen) Kerja Raya di Kuala
Lumpur membeli 20 trakror. Tapi ternyata mesin-mesin itu
terbengkalai tak dioperasikan. Departemen tersebut pada mulanya
tak mau memberi konfirmasi Tapi Yunos Alias tak mau berhenti.
Dia mengecek lagi jumlah traktor yang nganggur itu. Kenapa
terjadi demikian? Padahal melibatkan jutaan dollar Malaysia,
uang rakyat? inikan muhazir? Dengan fakta yang dikumpulkannya,
akhirnya Yunos bisa memaksa pejabat pemerinrah yang bersangkutan
huka mulut.
"Saya banyak dapat halangan dari pejabat pemerintah yang
tersangkut perkara ketidakberesan pekerjaannya," tutur Yunos
Alias. Bila terbentur, katanya dia biasanya mencari sumber lain
yang bisa memberi kepastian. Maka sebagai investigative
reporter, Yunos Alias bekerja tak kenal lelah. Dia berani,
pintar dan sabar. Sewaktu-waktu dia bisa berseloroh, tapi
langkahnya tangkas dan pikirannya selalu berputar.
Ancaman? "Saya tak pernah lagi diancam siapa pun," rutur Yunos.
Nama wartawan di Malaysia selalu dicantumkan dalam berita Meski
begitU, menurut Yunos, dia tak gentar, selama yang ditulisnya
benar. "Masyarakat memerlukan bantuan kami,' katanya. Dan dia
tak segan-segan menyamar sebagai pegawai pemerintah, agar pihak
yang bersalah mau buka mulut rupanya mereka gentar menghadapi
pejabat pemerintah.
Keberanian para wartawan Malaysia bertambah, sejak mereka yakin
pemerintahan PM Dr Mahathir Mohamad bersikap "liberal Buktinya?
Pekan lalu, misalnya, Berita Harian mengungkapkan bahwa ada satu
sekolah negeri telantar, hingga bangunannya sudah buruk dan
usang Begitu tersiar esoknya, Departemen Pendidikan langsung
bereaksi. "Kami akan mengambil tindakan sepatutnya untuk
memperbaiki sekolah yang terletak di Kampung Estet Getah," kata
pihak Departemen Pendidikan.
Tapi koran Malaysia memang bekerja cukup hati-hati. Pernah Malay
Mail (berbahasa Inggris, oplah 70.000), misalnya, dalam November
191 mengungkapkan pekerja-pekerja di Rumah Sakit sesar Kuala
Lumpur mencuri bahan makanan rumah sakit itu. Kasus tersebut
disiarkan secara besar-besaran di koran berbentuk tabloid yang
berpengaruh di negara-bagian Selangor dan Negeri Sembilan itu.
Berita iru menyebabkan nelanemen Kesehatan mengerahkan Baglan
Rumah Sakir meneliti lebih lanjut kasus itu. Dan Menteri
Kesehatan mengeluarkan perintah menindak berat siapa Siapa yang
didapati bersalah.
Berita iru, menurut warrawan senior Malay Mail, disiarkan
setelah selama sepekan beberapa reporter dan fotografer
dikerahkan menelitinya. Dengan bersembunyi di belakang dapur
rumah sakit, mereka memperhatikan tindak-tanduk para pekerja di
sana. "Peranan pers seharusnya bertindak sebagai pengawas
(Watch dog)," ujar wartawan senior tadi. Sekarang ini sedang
ramai di Malaysia dibicarakan kasus uang komisi dari anggaran
belanja Departemen Pendidikan. yang menyangkut berbagai
pembelian Uang komisi ini bahkan bisa masuk kantung Kepala
Sekolah. Jumlahnya jutaan dollar Malaysia.
Investigative reporting dipelopori koran The New Straits Times,
Berita Harian dan Malay Mail yang bergabung dalam kubu The New
Straits Times Press (Malaysia) Berhad. Kantornya menempati
gedung berlantai lima di Jalan Riong, Daerah Bangsal, Kuala
lumpur. Gedungnya serta lengkap dengan peralatan pers yang
modern Laporan investigasi oleh The New Straits Times biasanya
muncul dalam rubrik Timesprobe. Masyarakat menyambut hangat.
Hingga media lain pun seperti Warta Terbaru, Perdana, Tanah Air
Watan, Star dan Echo melakukannya .
Kubu The New Straits Times sendiri melakukan kegiatan ini sejak
Dr. Nordin Sophee pertengahan tahun lalu dilantik sebagai
editor. Dan mereka semakin bergairah, karena PM Dr. Mahathir
Mohamad merestuinya. Ini sejalan dengan semboyan pemerintahan
bersih, cakap dan jujur. Ironisnya di sana masih lumayan banyak
peraturan yang berupa "ranjau" pers.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini