JALAN tahan air formula baru sedang dicoba di tiga tempat di
JaTim. Menteri Pekerjaan Umum Dr. Purnomosidi Hadjisarosa
kelihatan senyum dan manggut-manggut ketika meninjau tempat
percobaan itu baru-baru ini. Ir. Agoes Abdoel Manan yang
menemukan formula "tahan air" itu dapat dorongan Menteri PU,
mengingat besarnya kerusakan jalan bila musim hujan tiba. Tahun
ini, misalnya, hampir sepanjang jalan bagian utara Ja-Teng rusak
berat. Juga jalan-jalan dalam kota seperti terjadi di Surabaya.
Sudah ada formula lain memang yang ditemukan untuk maksud yang
sama. Misalnya dengan konstruksi "Sarang Laba-laba" (TEMPo, 26
Januari '80) dan "Jalan Plastik" (TEM Po, 23 Mei '81). Tapi
keduanya masih belum juga diterapkan secara meluas antara lain
karena biayanya yang mahal.
"Yang saya temukan ini pun juga lebih mahal biaynya dari pada
jalan biasa tapi tidak sampai 5%," ujar Agoes, kini Kepala
Proyk Jalan Gempol-Banyuwangi 240 km). Lulusan ITS tahun 1973,
Agoes mahir dalam penggunaan aspal Buton (butas). Dia memang
bertolak dari butas itu. Butas, menurue dia, mengandung batu
kapur yang sifatnya plastis. "Ini baik sekali digunakan sebagai
filler (bahan pengisi)," katanya.
Selama ini sebagai filler umumnya digunakan kapur abu batu
semen, au bahkan semen .asli. Yang terakhir misalnya ketika
membuat landasan di lapangan terbang Ngurah Rai, Denpasar.
Menurut Agoes, dengan filler yang lazim itu jalan memang jadi
keras tapi tidak fleksibel. Jalan yang keras itu bisa merldapat
tekanan air dari bawah, - sesuai dengan prinsip pipa
kapiler-bisa retak. Tekanan air ke atas itu terutama besar di
daerah yang biasa digenangi air.
Bila jalan sudah retak kerusakan semakin bertambah oleh besarnya
beban yang lewat di atasnya. "Jalan di daerah yang biasa
tergenang air menjadi rusak bukan karena air yang di atasnya,"
ujar Agoes.
Insinyur yang jangkung itu kini bertugas menggarap jalan di
daerah yang terkena genangan air. "Tentu hal ini saya anggap
sebagai tantangan," katanya.
Penggunaan butas sebagai filler dianggapnya cocok karena butas
mengandung kelebihan filler sampai 30%. Aspal biasa --yang
berasal dari minyak--justru kekurangan ftller. Keperluan fller
untuk pembuatan jalan berjumlah 5% dari seluruh keperluan
material.
Agoes menguji formula "tahan air" di laboratorium konsultannya
saat ini, Lion Association.
Hasilnya stabilitas jalan mencapai 980 sampai 1250. Ini di atas
stabilitas normal yang 700. Sedang index kekuatannya 80,09%,
lebih tinggi dari yang norrnal 70%, mengukur kekuatan jalan
terhadap air, Agoes menggunakan peralatan Marshall yang dikenal
dengan ASSHTO-T 165. Kekuatannya di lapangan diduga bisa
dibuktikan dalam waktu setahun ini.
Di dalam laboratorium "ramuan" Agoes ini direndam dalam air
selama empat hari dengan suhu 49øC. "Direndam selama itu pada
jalan biasa suda menunjukkan kekuatan di bawah 700,' katanya.
Biaya pembuatan jalan tahan air akan lebih mahal sedikit menurut
Agoes, tapi diimbangi oleh rendahnya biaya pemeliharaan. Dengan
formula Agoes ini badan jalan untuk daerah genangan tidak perlu
ditinggikan seperti lazim dilakukan selama ini. "Badan jalan
yang ditinggikan memang bisa mengurangi kerusakan jalan, tapi
rakyat sekitarnya akan menderita, sebab daerah sekitarnya akan
tergenang," tambahnya.
Purnomosidi, ketika ditanya TEMPO, belum bersedia memberikan
komentarnya. Tapi dua mahasiswa (ITS dan Unibraw) kini menyusun
skripsi tentang penemuan Agoes itu. Sedang Agoes sendiri
kemudian diundang ke Korea Selatan oleh Penta Jung Woo,
kontraktor yang mengerjakan jalan itu, selama sebulan. Sekalian
ia berbulan madu di sana dengan wanita yang baru saja
dinikahinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini