Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

BPPT: Kawasan Wisata Perlu Alat Pendeteksi Tsunami

Potensi bencana alam seperti tsunami yang terjadi di Tanjung Lesung pada akhir 2018 lalu menjadi perhatian khusus pemerintah.

25 Januari 2019 | 14.38 WIB

Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT Hammam Riza saat menjelaskan mitigasi bencana di Kantor BPPT, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada Kamis, 4 Oktober 2018. TEMPO/Khory
Perbesar
Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT Hammam Riza saat menjelaskan mitigasi bencana di Kantor BPPT, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada Kamis, 4 Oktober 2018. TEMPO/Khory

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Tangerang Selatan - Potensi bencana alam, seperti tsunami yang menerjang kawasan ekonomi khusus (KEK) Tanjung Lesung pada akhir 2018 lalu, menjadi perhatian pemerintah terkait ketentuan pengembangan KEK zona pariwisata. "Kawasan Ekonomi Khusus dalam hal ini kami usulkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana melalui pemanfaatan teknologi," kata Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza, dalam keterangan tertulisnya, Kamis 24 Januari 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Riza, Kawasan Ekonomi Khusus, seperti kawasan pariwisata penting untuk memerhatikan potensi dan kerawanan bencana. Sehingga, mitigasi sangat penting untuk dilakukan. "Perlu perangkat teknologi deteksi dini terhadap kerawanan bencana di wilayah tersebut. Indonesia sebagai negara yang berada di wilayah ring of fire, memiliki potensi bencana seperti gempa bumi, gunung meletus, dan tsunami," katanya.

Untuk itu, kata Riza, diperlukan adanya mekanisme yang dapat mengantisipasi bencana serta menanggulangi pasca terjadinya bencana. "BPPT dalam hal ini akan berperan dalam memberikan rekomendasi teknologi yang tepat sebagai perangkat deteksi dini bencana. Seperti BUOY Tsunami, Alat deteksi kabel bawah laut atau CBT, serta teknologi lainnnya," ujarnya.

Agar KEK dapat berperan maksimal, kata Riza, diperlukan adanya instrumen teknologi multi bencana untuk menghadapi berbagai bentuk ancaman fenomena alam. "Terkait keberadaan BUOY, aksi vandalisme dan pencurian membuat BUOY rusak atau bahkan ditarik masyarakat setempat ke perairan terdekat," ungkapnya.

Pengembangan BUOY kali ini dilengkapi dengan sensor khusus untuk mengetahui keberadaan BUOY, serta dibuat dari bahan yang tidak berpotensi untuk dicuri di tengah laut. "BUOY merah putih ini nantinya akan dibuat dengan menggunakan bahan polimer. Kemudian kami lengkapi dengan berbagai instrumen termasuk sensor lokasi dan tekanan (pressure gauge) supaya BUOY bisa bekerja secara realtime," ujarnya.

Riza juga mengatakan bahwa saat ini BPPT tengah merevitalisasi beberapa buah BUOY untuk dapat segera dipasang di berbagai lokasi. Untuk dipasangnya nanti akan menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya BPPT. "Kami harap dukungan berbagai pihak untuk bersama berkomitmen untuk menjaga BUOY di perairan nusantara. Demi kesiapsiagaan dan keselamatan kita bersama," kata dia.

Simak kabar terbaru dari BPPT atau artikel lainnya seputar tsunami hanya di kanal Tekno Tempo.co.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus