Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Cerita Wahyu, Mahasiswa Tunarungu Pertama yang Lulus S2 di UNY

Wahyu adalah penyandang disabilitas pertama yang berhasil lulus S2 di Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY. Selama belajar, dia dibantu oleh penerjemah.

18 Februari 2022 | 18.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Wahyu Tri Wibowo, Teman Disabilitas Tuna Rungu, Menyelesaikan Program Magister di FIK UNY. uny.ac.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ada yang berbeda ketika yudisium di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dilaksanakan pada pertengahan Februari lalu. Saat pembacaan ikrar alumnus yang biasanya hanya dibacakan seorang perwakilan mahasiswa, kali ini dibacakan secara auditori dan visual.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Agus Sari M. Rifai dari Prodi S2 Ilmu Keolahragaan membacakan ikrar alumnus secara langsung dan Wahyu Tri Wibowo dari Prodi S2 Pendidikan Kepelatihan Olahraga menerjemahkannya ke dalam bahasa isyarat. Wahyu adalah penyandang disabilitas tunarungu pertama yang berhasil lulus Program Magister di Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY. Ada dua mahasiswa lain penyandang disabilitas yang saat ini juga kuliah di FIK Program Sarjana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Selama kuliah S2, Wahyu dibantu oleh temannya yang seorang volunteer untuk penyandang disabilitas tunarungu sebagai penerjemah saat kuliah maupun saat Wahyu harus presentasi. Saat ini Wahyu adalah pegawai negeri sipil yang bekerja di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY bidang Pendidikan Khusus. Dia memiliki harapan untuk memperjuangkan dan memberdayakan atlet disabilitas khususnya tunarungu yang masih belum setara dibandingkan dengan atlet biasa.


Keinginan Wahyu untuk melanjutkan Studi S2 di Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNY itu karena memiliki cita-cita menjadi pelatih. Dia ingin mengimplementasikan ilmunya untuk bisa menjadi pelatih bagi para disabilitas terutama tunarungu. Wahyu mengatakan penyandang disabilitas tunarungu dianggap setara dengan orang biasa lantaran secara fisik mereka terlihat sama.

Perlakuan terhadap mereka pun disamakan. Padahal, kata dia, ada berbegai kelemahan seperti tidak dapat mendengar instruksi dari pelatih, wasit, atau pengumuman yang disampaikan oleh panitia. "Sehingga ada gap yang harus mereka lalui selama ini," ujar Wahyu seperti dikutip di laman resmi UMY pada Jumat, 18 Februari 2022.

Oleh karena itu, Wahyu ingin mengubah paradigma dan memperbaiki sistem yang ada supaya teman disabilitas tunarungu mendapat apa yang mereka perlukan selama ini.

Wahyu dahulunya adalah atlet Deaflympics cabang Olahraga Bulutangkis. Dia mengikuti Deaflympics di Taiwan 2009 di Taiwan dan behasil merebut juara III, dan tahun 2017 di Turki, namun belum berhasil menjuarainya. Banyak yang ingin dicapai dan diraihnya untuk bisa memperjuangkan teman-teman atlet tunarungu. "Masih banyak yang belum terwujud. Semoga nanti bisa berhasil dan terwujud," ujarnya.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus