Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Covid-19 di Jakarta, Studi FKM UI: 91,9 Persen Kasus Tidak Terdeteksi

Jumlah kasus Covid-19 di Jakarta sebenarnya jauh lebih tinggi daripada data yang dilaporkan

14 Juli 2021 | 06.16 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin Covid-19 pada warga di Rumah Sakit Lapangan Artha Graha Peduli, Jakarta, Selasa, 13 Juli 2021. Sementara itu, per hari ini pasien sembuh bertambah 20.123 orang. Sehingga, total pasien sembuh berjumlah 2.139.601 orang. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) melaporkan bahwa pendeteksian kasus Covid-19 di DKI Jakarta masih sangat rendah. Temuan ini berdasarkan hasil survei serologi prevalensi antibodi positif SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19, yang menyebutkan 44,5 persen penduduk di DKI Jakarta terinfeksi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam acara virtual, Pandu Riono dari FKM UI, menyebutkan dari total penduduk Jakarta sebanyak 10,6 juta orang dan prevalensi pernah terinfeksi 44,5 persen, artinya jumlah penduduk yang pernah terinfeksi sebanyak 4.717.000 orang. Sementara kumulatif kasus terlaporkan per 31 Maret 2021 adalah 382.055 kasus, artinya proporsi kasus yang terdeteksi hanya 8,1 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Proporsi kasus yang tidak terdeteksi sebanyak 91,9 persen. Deteksi kasus Covid-19 di Jakarta masih sangat rendah,” ujar dia, Selasa malam, 13 Juli 2021.

Dalam penelitiannya, tim yang melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, dan CDC Indonesia itu melakukan survei berbasis populasi dengan metode sampling stratified multistage sampling design. Jumlah sampel yang terkumpul ada 4.919 atau 98,4 persen dari target awal sebanyak 5.000 orang.

Sampel tersebut tersebar di 100 kelurahan di enam wilayah (5 kota dan 1 kabupaten) di DKI Jakarta. Pengumpulan data dan spesimennya dilakukan mulai dari 15-31 Maret 2021, dan deteksi antobodi virus menggunakan tes tetracore-luminex yang cukup akurat.

“Penelitian ini bisa menunjukkan bahwa jumlah kasus Covid-19 di Jakarta sebenarnya jauh lebih tinggi daripada data yang dilaporkan,” tutur Pandu.

Menanggapi studi tersebut, Kepala Bidang Penanganan Kesehatan dari Satgas Penanganan Covid-19, Alexander K. Ginting, mengapresiasi temuan dari tim peneliti. Dia menerangkan bahwa testing di Jakarta paling tinggi daripada provinsi lain, bahkan melebihi standar dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, 1:1000 penduduk per pekan.

“Seharusnya berjalan cukup baik untuk testing. Data studi ini menggambarkan ternyata banyak yang terinfeksi, karena transmisi yang tidak terjangkau oleh stake holder di hulu,” kata dia.

Alex juga menambahkan ini bisa menjadi evaluasi bagi pemerintah mengenai pelaksanaan 3T atau pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment) yang proporsional, serta mencari bagaimana solusinya agar 3T bisa menggambarkan kondisi kasus infeksi yang sebenarnya di Jakarta khususnya.

Menurut Alex, penelitian FKM UI ini membuka mata semua orang dan bisa dimanfaatkan untuk membangkitkan semangat pemerintah dan masyarakat dalam menangani pandemi ini. “Ada sesuatu hal yang harus kita perbaiki, dan model ini bisa diimplementasi di daerah lainnya,” ujar Alex menambahkan.

Baca:
Infeksi Varian Delta, WHO: Orang yang Sudah Vaksin Tak Sakit Parah

Erwin Prima

Erwin Prima

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus