Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Dari medan ke pulau pinang

Presiden Suharto mengadakan percakapan jarak jauh dengan Mahathir menggunakan sistem komunikasi kabel laut Medan-Penang sekaligus peresmian penggunaan. Terbuka hubungan 24 jam ke seluruh dunia. (ilt)

16 Maret 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAAT menegangkan itU tiba ketika gambar dan suara Presiden Soeharto akan diselaraskan pada percakapan jarak jauh dengan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad, 2 Maret lalu. Suara diantarkan melalui kabel laut, sedangkan gambar dari Bina Graha, "ditembakkan" melalui stasiun bumi Jatiluhur ke Intelsat, lalu "mendarat" di stasiun bumi Malaysia untuk diteruskan ke kantor Mahathir di Kuala Lumpur. Alhamdulillah, semuanya beres. Maka, resmilah Sistem Komunikasi Kabel Laut Medan-Penang (SKKL Menang) yang kedua setelah SKKL ASEAN--Indonesia--Singapura, 1980. Masih layakkah sistem kabel laut, sementara telekomunikasi sudah memasuki era satelit? "Satelit dibatasi oleh kapasitas lalu lintas yang rendah," ujar Ir. C. Sudarijanto, direktur operasi dan teknik PT (Persero) Indosat kepada wartawan TEMPO Yusroni Henridewanto, pekan lalu. Sedangkan kapasitas terpasang kabel laut mampu dibebani 480 saluran, dan bisa dikembangkan sampai 1.200 saluran. SKKL, sebetulnya, saling mengisi dengan sistem satelit. Kelebihan SKKL, biayanya relatif lebih murah, dan kualitas suara lebih bagus, kendati pada cuaca buruk. Kemudian, ada semacam persetujuan di antara negaranegara kawasan Asia, untuk memanfaatkan kabel laut sebagai media komunikasi. Dengan daya tahan 25 tahun - bandingkan dengan sistem satelit yang harus diganti setiap tujuh tahun - SKKL Menang terbentang sepanjang 298,65 km. Kapasitasnya dirancang 400 kanal dengan frekuensi 4Khz, atau 640 kanal dengan frekuensi 3Khz. Sebagai penguat sinyal digunakan 20 repeater (pengulang) yang berjarak masing-masing 15 km. Repeater itu, yang dikontrol setiap hari lewat terminal, sekaligus berfungsi menyampaikan isyarat, bila di suatu titik terjadi hambatan atau gangguan. Kini, "Yang terpakai baru antara 12 dan 18 kanal," kata Ir.D. Habimono Kusubiyono, manaier umum Indosat Divisi Medan kepada Amir Syarifuddin S. Torong dari TEMPO. Hingga awal pekan ini, rata-rata 400 orang menggunakan jasa telekomunikasi itu setiap hari. Tujuan paling banyak adalah Malaysia, Singapura, Hong Kong, Jepang, Eropa Barat, dan AS. Untuk SKKL ini yang menghabiskan US$ 21,884 juta atas tanggungan bersama RI - Malaysia, Nippon Electric Co. -pelaksana pembangunan menggunakan lima jenis kabel. Pemasangan dilakukan kapal khusus yang dilengkapi semacam bajak. Kabel ditanam dengan variasi setengah sampai satu meter, di dasar laut dengan kedalaman rata-rata 40 meter. Rute kabel, yang ditentukan berdasarkan survei, lebih dulu dilaporkan ke pusat pemetaan laut internasional di London. Lembaga inilah yang menyebarkan "peta kabel" itu, agar semua kapal yang melintasi jalur ini bisa berhati-hati - tidak sembarang lego Jangkar. Kebutuhan akan SKKL, di samping jalur satelit, tampaknya tak terelakkan mengingat percakapan telepon internasional yang terus meningkat. Pada 1980, Indonesia baru mencatat 17.666.695 menit percakapan internasional. Pada 1981, meningkat menjadi 28.123.893 menit. Setahun kemudian sudah 40.286.965 menit, dan pada 1983 naik menjadi 52.186.810 menit. Sekitar 70% percakapan itu dilakukan melalui SKKL. Dengan SKKL Menang, terbukalah hubungan 24 jam ke seluruh dunia. Sebab, SKKL Menang bisa dihubungkan dengan SKKL IOCOM (Penang-Madras), SKKL Mesing (Medan-Singapura), dan SKKL Medan-Colombo, yang merupakan bagian SKKL SEA--ME--WE, yang menghubungkan Singapura-Medan-Colombo-Jibouti Jeddah - Suez - Alexandria - Palermo Marseilles. Ketergantungan pada satelit Intelsat pun semakin dikurangi. Bagi Medan, kota ini sekaligus mendapat Sentral Gerbang Telepon Internasional (SGI), yang pertama dengan sistem digital di Indonesia. SGI inilah yang meneruskan komunikasi ke antena gelombang mikro Pantai Cermin, sekitar 33,5 km dari Medan. Dari situ hubungan dikaitkan dengan antena di Kuala Muda, Pulau Pinang, Malaysia. Kelemahan kabel laut ini terletak di kawasan dekat pantai, ketika sang kabel akan "mendarat". Di situ, kadang-kadang, ia tergaet oleh jangkar kapal yang agak sembrono. Tetapi, di Singapura, atau Hong Kong, sudah bersandar kapal khusus yang siap melakukan reparasi. Dan di terminal kabel ada alat deteksi yang mencatat gangguan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus