TIDAK lama lagi, para asisten di kamar bedah akan melayani robot yang berfungsi tidak sembarangan: membantu diagnosa dan menangani tumor otak dari pasien yang sedang menjalani operasi. Bulan lalu, di Memorial Medical Center (MMC) di Long Beach, California, AS, percobaan terhadap "robot juru bedah" itu dinyatakan sukses. "Inilah penerapan pembedahan teknologi robot yang pertama di dunia," tulis kantor berita Gamma, Paris, pekan lalu. Pengujian memperlihatkan betapa lengan robot yang dikomputerisasikan berhasil dengan tepat menemukan sebutir logam berukuran satu milimeter, yang dibenamkan ke dalam buah semangka. Lokasi logam itu sendiri ditentukan melalui prosedur pelarikan tomografis yang dikomputerisasikan (tomographic scanning procedure). Prosedur ini menggabungkan metode sinar-X serta teknologi komputer dan video, untuk mencapai citra tiga dimensi yang menyajikan informasi penting bagi penentuan secara tepat lokasi tumor. Dalam waktu singkat, robot ini akan menyimulasikan penerapan bedah saraf. Setelah itu, ia bakal diproramkan untuk menusukkan jarum pada tumor yang tumbuh di otak, baik untuk keperluan blopsi maupun menginjeksikan obat penangkal. "Zaman robot memang telah membuka dimensi baru bagi dunia pengobatan," ujar William J. Wilsonj direktur radiologi MMC. Ia menambahkan, "Inilah bukti paling jelas betapa inovasi mutakhir di bidang robot dan komputer bisa dikombinasikan untuk membuat pembedahan yang musykil menjadi lebih aman dan efektif." Proyek pengembangan robot ini dipimpin Yik San Kwoh, 38, sarjana lulusan Institut Politeknik Louisana, yang meraih gelar doktor dari Universitas California Selatan. Kwoh, yang lahir di Shanghai, berimigrasi ke Amerika Serikat pada 1968, setelah 18 tahun mukim di Hong Kong. Di MMC, ia kini direktur teknologi riset pelarikan tomografi. Penggunaan robot dalam bedah saraf, menurut Kwoh, "Akan menimbulkan banyak implikasi penting." Robot ini, katanya, lebih aman, lebih cepat, dan lebih dalam menerobos sasaran ketimbang prosedur konvensional. Ia juga menyimpulkan, robot akan mencapai derajat akurasi yang selama ini sulit diharapkan bisa dicapai oleh manusia. Bila dibandingkan dengan kraniotomi "tradisional", penggunaan robot ini dipandang sebagai lompatan besar. Selain lebih cepat dan lebih akurat, ia juga menjanjikan pembatasan pemblusan total, yang selama ini sulit dihindarkan. Operator pun tidak lagi perlu melihat langsung seluruh permukaan otak yang akan ditangani, dan, konon, pasien yang akan ditangani robot bakalmengalami kesembuhan pascabedah yang jauh lebih cepat. Mungkin juga ada segi lain, yaitu faktor emosional, yang sama sekali tidak mempengaruhi sang robot dalam melakukan tugasnya. Robot ini terdiri dari enam sendi, dengan akurasi 1/2.000 inci. Penelitiannya memakan waktu tiga tahun. Dan kini, setelah sukses dengan percobaan pertama, MMC sedang bersiap-siap menguji robot ini dalam penerapan lain, misalnya pengobatan cedera tulang punggung, yang memerlukan injeksi cymopapain. Atau pada cedera tulang sendi, yang - membutuhkan pembedahan mikro. Berakhirkah tugas para dokter setelah robot mulai masuk kamar bedah? "Sama sekali tidak," kata Kwoh. "Perasaan, kebijaksanaan, dan. pengalaman seorang dokter bedah tidak bisa digantikan oleh robot ini." Apalagi, dalam melayani penyakit-penyakit otak, sering sekali muncul temuan-temuan mendadak yang menuntut "improvisasi', yang sama sekali belum bisa diprogramkan untuk sebuah robot. Karena itu, Kwoh tetap menempatkan robotnya sebagai tenaga bantuan yang bisa dimanfaatkan para ahli bedah. Bahkan, Kwoh yakin, penerapan robot tidak akan pernah menggantikan tempat para ahli bedah itu. Kwoh sendiri bekerja di MMC sejak 1977, segera setelah ia meraih gelar doktornya. Ia mula-mula ditempatkan sebagai konsultan untuk pengembangan perangkat lunak pelarikan tomografi, kemudian padapengembangan peralatan tengkorak kepala stereo taktik. Lima tahun lalu, tokoh yang meninggalkan daratan RRC dalam usia empat tahun itu ditunjuk sebagai direktur teknologi riset pelarikan tomografi MMC. Di lembaga inilah ia banyak terlibat dalam kegiatan mengembangkan kerangka tubuh stereotaktik, yang sangat berperanan untuk analisa dan penelitian pembedahan. Dari kegiatan itu, MMC mulai mencari bentuk-bentuk kemungkinan penerapan robot pada pengobatan pembedahan, sampai pada pengujian yang dinyatakan sukses bulan lalu itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini