DI tengah teka-teki naiknya bahan bakar minyak (BBM) dan
kampanye hemat energi, ada alat baru yang ditawarkan. Konon ia
mampu membuat pemakaian besin mobil lebih irit, sampai 20%. Ia
bernama Sistem Pengontrol Bahan bakar Cagle (Cagle Automatic
Fuel Control System). Penemunya ialah Tony Cagle, ahli mesin
mobil Amerika yang namanya menjadi beken setelah menciptakan rem
dengan sistem piringan.
Mirip jam kantung, Cagle--sebutan ringkas alat yang dibuat sejak
1976 itu --dilengkapi dengan tiga pipa karet. Satu ujung
disambung dengan selang bensin ke karburator. Pipa lain yang
segaris dihibungkan dengan pompa bensin mobil, dan selang kecil
yang tegak lurus pada kedua pipa itu disambung dengan ruang
hampa mesin.
Dalam keadaan normal, bensin dipompa dari perut mobil dan
dialirkan ke karburator dengan tekanan 5-7 pon untuk tiap inci
persegi (PSI). "Tekanan pompa sering menyebabkan bensin yang
tertampung di karburator berlebihan," kata Khoo Keng Hong,
Direktur Teknik Energy Management and Consultancy (Enercon) dari
Selangor, Malaysia. "Akibatnya, karburator menyemprotkan uap
bensin berlebihan ke dalam ruang pembakaran." Dia memperkenalkan
Cagle di Jakarta Sabtu lalu.
Dengan bantuan Cagle tekanan pompa bensin terhadap karburator
diperkecil menjadi 1-2 PSI saja. "Prinsip alat ini ialah membuat
agar bensin terbakar secara efisien, tidak hilang percuma," kata
Khoo lagi. "Dan kekuatan mesin sama sekali tijdak-berkurang."
Soal iritnya pemakaian bensin tentu akan menarik pemilik mobil.
Misalkan seseorang memiliki mobil lebih dari sebuah dengan
pemakaian bensin rata-rata 50 liter sehari. Setelah memasang
Cagle, ia akan menghemat 10 liter atau 3.600 liter setahun. Ini
berarti, keuntungan yang bakal dinikmati dalam 1 tahun
sedikitnya Rp 1,2 juta. Kebetulan alat ini supel, bisa dipasang
pada sembarang merk mobil. termasuk tank dan panser yang memakai
bensin. "Asal ada selang antara pompa bensin dan karburator,"
kata Khoo. Sedang kendaraan disel, atau dengan sistem injeksi,
tidak bisa memakainya karena tidak punya karburator.
Pemasarannya paling banyak masih di Amerika Serikat. Di kawasan
Asia baru Malaysia yang mencobanya sejak 6 minggu lalu. "Baru
sekitar 300 buah terjual," kata Mohd. Ali bin Abdul Aziz,
pemilik perusahaan agen utama alat buatan Cagle Corporation itu
di Malaysia. Ia berada di Jakarta minggu lalu untuk menawarkan
alat itu. "Saya mengusahakan agar harga di kawasan ASEAN ini
setingkat," katanya pada TEMPO. Di Malaysia sebuah bisa laku M$
180 (Rp 55.000).
Di Indonesia, pemasarannya oleh PT Indra Utama, milik Turino
Djunaedi, sutradara dan produser film. "Soal harga, masih harus
saya hitung-hitung dengan bea masuk, ongkos kirim dan lain-lain
komponen." Turino memberikan ancar-ancar, harganya sebuah
sekitar Rp 75. 000.
Agen tunggalnya di Jakarta mengadakan peragaan. Tujuh mobil yang
terkenal boros minum bensin dicoba Sabtu dan Minggu lalu mendaki
ke Puncak. Sebelum memakai Cagle, sebuah Mercedes 280
menghabiskan 16 liter bensin super untuk jarak 98 km
(Jakarta-Puncak-Bogor). Setelah memakai alat itu, ia hanya
menghabiskan bensin 10 liter. Sedang Holden Commodore yang
semula memakan bensin super 11,5 liter, kemudian berkurang
menjadi 10,8 liter.
Namun ahli teknik dan Turino Djunaedi yang memimpin peragaan itu
sempat menjadi kaget setelah mobil yallg memakai bensin premium
justru bertambah boros. Jip CJ-7 semula minum bensin 15,5 liter,
kemudian menjadi 16 liter. Dan Toyota Landcruiser dari 14 liter
menjadi 15,3 liter. Dalam perjalanan dengan Cagle kebetulan
rombongan itu memang terpaksa merayap karena terhambat barisan
gerak jalan di Puncak dan hujan lebat sepanjang Jalan Jagorawi.
Pada percobaan kedua, memang ada penurunan jumlah bensin yang
tersedot mesin. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini--baik
sebelum maupun sesudah memakai Cagle--pengisian bensin dilakukan
di tempat sama, sehingga kemungkinan perbedaan angka meteran
pompa dihindari. "Karena sifatnya yang menghemat energi ini,
kami akan menawarkan kepada pemerintah dan siapa saja," kata
Turino.
Nampaknya pihak Hankam yang menyertakan sebuah jip dalam
peragaan itu juga tertarik dengan alat yang mampu bertahan 4
tahun itu. Berkata seorang perwira: "Seandainya bisa menghemat
10 persen saja, sebenarnya sudah untung."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini