Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Guncangan Gempa Selatan Malang M 5,6 Sampai ke Bali

Gempa selatan Malang ini juga dirasakan hingga di Bali, khususnya di Kuta dan Nusa Dua dengan skala II-III MMI.

19 Februari 2019 | 10.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gempa Malang. Kredit: BMKG

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Gempa tektonik yang mengguncang wilayah selatan Malang sampai merambat ke Bali getarannya. Lindu bermagnitudo 5,6 yang terjadi Selasa dinihari, 19 Februari 2019, pukul 02.30.26 WIB itu juga menghasilkan tiga gempa susulan.

Baca: Sejak Awal 2019, Tiga Gempa Guncang Selatan Malang

BMKG mencatat guncangan gempa ini dilaporkan dirasakan cukup kuat di daerah Lumajang, Malang, selatan Malang, Blitar, Karangkates dalam skala intensitas III - IV MMI, dan Sawahan, serta Nganjuk (III MMI).

Skala III menunjukkan getaran dirasakan nyata dalam rumah dan terasa getaran seakan-akan ada truk yang lewat. Adapun skala IV MMI artinya gempa yang terasa oleh banyak orang hingga membuat dinding, jendela, pintu, berbunyi serta membuat barang seperti gerabah pecah terjatuh.

Gempa selatan Malang ini juga dirasakan hingga di Bali, khususnya di Kuta dan Nusa Dua dengan skala II-III MMI. "Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut," kata Kepala Bidang informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono lewat keterangan tertulis, Selasa, 19 Februari 2019.

Hasil pemodelan BMKG menunjukkan gempa itu tidak berpotensi tsunami. Hingga pukul 03.00 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi aktivitas gempa susulan (aftershock) sebanyak tiga kali dengan kekuatan kurang dari magnitudo 5,0.

Episenter atau pusat sumber gempa terletak pada koordinat 9,67 LS dan 112,74 BT. Lokasi tepatnya di laut pada jarak 170 kilometer arah selatan Kota Kepanjen, Malang. Kedalaman sumber gempa (hiposenter) sejauh 42 kilometer.

Gempa selatan Malang ini merupakan jenis gempa dangkal. "Pemicunya akibat aktivitas subduksi landai di zona megathrust," kata Daryono.

Di zona itu lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di bawah Samudra Hindia. Melihat kedalaman hiposenternya BMKG melihat pusat gempa ini tepat berada di bidang kontak antar lempeng atau lazimnya disebut sebagai interplate earthquake.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault). "Mekanisme ini sangat sesuai karena terjadi di zona tumbukan lempeng," kata Daryono.

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus