Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Betapa repotnya ketika sedang melaju di atas motor, tiba-tiba ponsel berdering. Dijamin, dalam situasi seperti itu, kita harus menepi, membuka helm, lalu menerima telepon yang masuk. Untuk mengatasi kerepotan itulah, Motorola dan MomoDesign mengembangkan helm canggih yang dilengkapi headset berteknologi bluetooth. Dengan teknologi ini, headset tersambung ke telepon tanpa perlu kabel.
Menggunakan headset seri HS810 yang sudah diproduksi sebelumnya, Motorola menempatkan alat ini pada helm yang dilengkapi visor antigores dan berbahan serat karbon. Dengan alat tambahan itu, semua fungsi seperti menjawab, mengakhiri percakapan, memutar nomor, voice dial, dan volume dapat dilakukan dari cover helm. Bahkan, jika ingin melepas helm, tidak perlu memutuskan pembicaraan karena modul headset-nya bisa dipasang-copot dari helm.
Untuk menyaring agar suara jernih, microphone headset dilengkapi noise reduction. Dengan filter ini, deru mobil di jalanan, atau desau angin saat melaju dengan motor, tak akan terdengar oleh lawan bicara. Untuk yang hobi ngrumpi panjang di jalanan, tak perlu khawatir, headset ini sudah dilengkapi baterai yang mampu bertahan hingga lima jam waktu bicara dan 100 jam waktu siaga. Berminat? Tunggu sampai tahun depan, saat produk itu mulai dipasarkan.
Telepon bagi Tunarungu
Kini penderita tunarungu alias tuli tak perlu minder karena kesulitan berkomunikasi. Harian Israel Yediot Aharonot melaporkan, setelah melakukan penelitian selama empat tahun, perusahaan telekomunikasi negara tersebut berhasil mengembangkan peranti lunak khusus pembaca gerak bibir.
Dengan peranti ini, para tunarungu bisa menerima dan berbicara di telepon layaknya orang normal. Caranya, ketika telepon masuk, komputer yang sudah dipasangi alat tadi akan menampilkan animasi gerak bibir lawan bicara di seberang telepon. Animasi gerak bibir inilah yang "dibaca" oleh penderita tunarungu sehingga seolah lawan bicara ada di hadapan mereka.
Bagaimana jika ada telepon masuk? Tak perlu khawatir. Begitu ada panggilan masuk, sebuah lampu akan berkedip-kedip. Menurut rencana, peranti akan diluncurkan tahun depan dengan harga US$ 200 atau sekitar Rp 1,82 juta.
Si Mickey Penyelamat
Siapa yang tidak jijik pada tikus? Tikus hanya jadi makhluk lucu ketika menjadi Mickey Mouse di kartun Walt Disney. Tapi peneliti dari University of Florida, Amerika Serikat, punya pendapat lain. Menurut mereka, jika dilatih, tikus justru bisa menjadi pahlawan.
Tikus adalah hewan yang penciumannya mahatajam. Sebagai binatang pengerat, dia juga mampu bergerak di ruangan sempit. Nah, kombinasi dua kemampuan itulah yang menurut tim peneliti bisa dimanfaatkan untuk mencari korban gempa bumi yang tertimbun di bawah reruntuhan bangunan.
Untuk melatih tikus agar bisa menemukan para korban, para peneliti menanamkan tiga elektroda berukuran 75 mikrometer di tiga wilayah otak si tikus, yaitu saraf olfactory cortex (sinyal bau), motor cortex (gerak), dan reward centre (rasa). Biasanya, secara alamiah, ketiga wilayah itu akan "bergerak" ketika tikus menemukan bau yang mereka cari. Nah, saat tikus menemukan orang di bawah reruntuhan, elektroda ini akan bereaksi. Reaksi ini kemudian dipancarkan melalui transmisi radio. Dari sinyal inilah regu penyelamat bisa menentukan lokasi korban dan tinggal menggali reruntuhan.
"Ini ide yang fantastis," kata Julie Ryan dari Organisasi Penyelamat Internasional di Skotlandia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo